Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ranum
Suka
Favorit
Bagikan
19. 19. Cerita Cinta

109 INT. RUANG KERJA ATAS – PERUSAHAAN RIVAL

Cast: Lala, Rea, Puput (manager Lala)

Rea sedari tadi hanya berjalan mondar-mandir karena pikirannya tidak tenang. Tak lama kemudian, ada Lala dan managernya. Lala yang melihat ada Rea langsung memberhentikan langkahnya.

LALA

Jadwal gue setelah ini apa, Put?

Puput memeriksa di note ponselnya.

PUPUT

Meet and Greet di Kemang, La. Masih empat puluh menitan, tapi kalau nggak berangkat sekarang kita bisa telat.

LALA

Good, kita nelat. Bilang aja Lala kejebak macet.

Lala terlanjur berjalan ke arah Rea dengan wajah tersenyum sinis. Puput menghalangi jalannya.

PUPUT

Tapi, La, ini meet and greet acara gede lho. Pak Faris bisa marah kalau aktrisnya telat. 

Lala menatap Puput dengan wajah kesal.

LALA

Sepuluh menit gue bakal langsung ada di bawah, lo tunggu di sana.

Puput menghembuskan napas lelah, sedangkan Lala berjalan mendekat ke Rea. Rea yang sedang berbalik langsung berpapasan dengan Lala.

LALA

Hai, kita ketemu lagi.

REA

(Tersenyum kecil) Aku pikir artis kayak kamu sibuk, ternyata masih ada waktu buat bicara sama aku.

LALA

Justru aku harus meluangkan waktu buat bicara sama kamu, meski aku sangat sibuk.

Rea menatap Lala dengan tatapan bertanya. Rea maju selangkah. Ia menatap ke luar jendela sambil melihat pemandangan kota Jakarta.

LALA (CONT’D)

Aku dan Kamal itu akan menikah bukan karena kami saling cinta. Ini hanya karena perjodohan orang tua kami. Kamu tahu soal ini?

REA

Belum.

LALA

Bagus, sekarang kamu udah tahu. Kamu bebas mengambil Kamal dari aku, Re. Toh, laki-laki kayak dia disuguhin batu berlian mengilap kayak aku juga milihnya tetap ke kamu.

REA

Kamu salah satu dari sekian banyak orang yang ngehina aku. Aku terima.

LALA

Aku punya alasan (menatap Rea sambil bersedekap). Aku nggak pernah dipermalukan sama orang, kecuali sama Kamal. Dia nolak aku mentah-mentah, dia nggak jawab telepon aku, dia nggak mau bicara sama aku langsung. Tapi dia bahkan nanya ke kamu, nanya kabar kamu.

Rea mengernyit.

REA

Kamu tadi lihat?

LALA

Sebelum kalian masuk lift? Iya. Aku lihat dengan jelas.

Lala menghembuskan napasnya. Ia menatap Rea lagi.

LALA (CONT’D)

Dari awal emang aku dipaksa untuk enggak jatuh cinta sama dia. Malah aku kepincut sendiri, padahal dia dingin, nggak nganggep aku ada, tapi masih ngarep balikan sama mantannya.

REA

Kamu tenang aja. (Menatap ke arah Lala) Aku nggak berniat untuk balikan. Toh, aku juga nggak bisa. Di tangan kamu, ada kuasa yang bikin dia nggak bakal bisa ke mana-mana. Sejujurnya, La, dari awal, dia udah jadi milik kamu. Kamu yang nggak sadar akan itu. Kamu punya sesuatu yang bahkan aku nggak pernah punya.

Rea mengambil kertas-kertasnya dan berbalik ingin pergi. Lala menatapnya.

LALA

Maksud kamu?

REA

Restu orang tua Kamal.

REA (CONT'D)

Kami putus karena aku nggak pernah bisa dapetin itu. Sekarang, Kamal mungkin belum jatuh ke kamu. Tapi aku percaya, lama-lama, dia bakal luluh. Kamu cuma perlu sabar. (Tersenyum manis) Aku harus balik kerja, aku duluan, ya. (Berbalik pergi)

Cut to.

110 E/I. CAFE DEVI – SORE HARI

Cast: Rea, Devi, Kia, teman Kia 1, teman Kia 2

Devi duduk di depan Rea. 

DEVI

Lo nggak mau nunggu Pak Rival? Biasanya dia ke sini kalau sore.

REA

Gue nggak tahu harus masang muka kayak gimana. Dan … dia ngapain coba, Dev, sama Kamal? Duh, awas aja Kamal kalau sampai ngomong yang enggak-enggak.

Kia yang sedang belajar bersama teman-temannya menoleh dan menatap Rea. 

KIA

Gue ke Kakak gue dulu, ya.

TEMAN KIA 1

Oke. Kita bentar lagi cabut nih, nggak papa ‘kan Ki? 

KIA

Santai. Power point-nya juga udah jadi ‘kan?

TEMAN KIA 2

Nasib baik dah, lo nggak jadi pindah. Tugas susah begini kalau ada lo mah, jadi gampang.

Kia tertawa. Ia lalu berjalan ke meja Kakaknya dan langsung duduk di sebelah Devi.

KIA

Ngomongin Kak Rival ya?

REA

Bayi nggak usah ikut-ikut.

KIA

Dih. Oh iya, aku lupa mau bilang, tadi Kak Rival dateng ke sekolahku. Jadi sponsor gitu buat acara pensi.

Rea dan Devi langsung menatap Kia.

REA

Sponsor? Sponsor brand apa? Dia ‘kan sutradara.

KIA

Ish, bukan gitu maksudnya. Itu lho kayak … orang yang bantuin dana buat acara pensi. Ah, Kakak mah dulu sekolahnya nggak gaul sih, jadi kayak gini aja nggak tahu.

REA

Yeee, orang bukannya makasih udah disekolahin, malah ngejek yang lebih tua.

DEVI

Terus dia ketemu kamu?

KIA

Enggak. Aku ada praktek di lab. Kata temanku, Kak Rival sempet ngasih motivasi gitu buat anak-anak yang mau ujian. Terus waktu sesi tanya jawab, ada yang godain. Tanya Kak Rival punya pacar enggak, terus Kak Rival jawabnya punya. 

Rea mengernyit.

REA

Punya?

KIA

(Mengangguk) Aku pikir Kakak udah jadian, tapi lihat reaksinya begini, kayaknya belum, ya? Jadi, siapa dong pacarnya Kak Rival?

Cut to.

111 INT. PERUSAHAAN KAMAL – PAGI HARI

Cast: Rea, Rival

Rival dan Rea sedang sarapan di kantin yang ada di perusahaan Rival. Rival tersedak saat memakan sandwich-nya.

RIVAL

(Batuk-batuk) Minum, Re, tolong.

Rea cekatan membukakan botol minum untuk Rival. 

RIVAL (CONT’D)

(Setelah minum langsung menatap Rea) Jadi dari tadi mau nanya-mau nanya itu nanya soal ini? 

REA

Iya. Kia suka ngibul, jadi aku harus pastiin sendiri dari kamu.

RIVAL

(Tertawa kecil) Apa sih, lucu banget.

REA

Kok lucu sih? Aku nanya serius.

RIVAL

Gimana ya, Re … Ya, aku ‘kan emang punya pacar. Kamu. Tapi kalau kamu mau, sih. 

Rea langsung tersipu. Ia langsung memakan sandwich.

REA

Nggak lucu!

RIVAL

Emang. Yang lucu itu kamu.

REA

Apa sih, Val! 

REA (CONT’D)

Aku juga mau nanya soal Kamal.

Rival menatap Rea. Ia tersenyum kecil.

RIVAL

Aku nggak ngapa-ngapain. Kemarin cuma …

REA

Cuma apa?

Flashback on.

112. FLASHBACK – INT. LIFT – PERUSAHAAN KAMAL 

Cast: Kamal, Rival

RIVAL

Saya tahu semuanya. Rea udah cerita.

KAMAL

Termasuk alasan kenapa kami berpisah?

RIVAL

Ya, pagi tadi bahkan saya masih bantuin dia buat ngasih barang-barang pemberian anda ke tukang ojeg. Dia bilang mau mengikhlaskan masa lalunya dan memulai semuanya dari awal. 

RIVAL (CONT’D)

(Menatap Kamal) Anda mungkin nggak tahu seberapa sulit Rea menerima keadaan ini.

KAMAL

Saya tahu. Makanya saya mau menebus semua itu.

RIVAL

Kalau begitu ikhlaskan Rea juga.

Kamal menatap Rival dengan serius.

RIVAL (CONT’D)

Saya cinta sama Rea. Tapi dia nggak bakal bisa balik cinta ke saya kalau masih dibayangi masa lalunya. Untuk itu saya minta tolong kepada Pak Kamal untuk … tidak lagi masuk ke kehidupan Rea.

Rival tersenyum. Pintu lift terbuka. Kamal terdiam dan tidak menjawab.

RIVAL

Rea punya batas untuk hidup dalam kesedihan. Dia berhak bahagia. Tapi bukan dengan anda, Pak Kamal. Jadi, apa bisa permintaan tolong saya kali ini, anda sanggupi? Saya minta ini bukan sebagai partner kerja, tapi sebagai sesama laki-laki.

Flashback off.

114 INT. PERUSAHAAN RIVAL – PAGI HARI

Cast: Rea, Rival

Rea menanti jawaban Rival. Rival tertawa melihatnya.

REA

Tuh ‘kan kebiasaan. Nggak ada yang lucu, tapi ketawa. Aku ini lagi serius.

RIVAL

Aku juga serius kalau kemarin nggak ada apa-apa. Udah, sandwich-nya dihabisin.

Rea mengerucutkan mulut. Ia lalu menghabiskan sandwich-nya. 

RIVAL (CONT’D)

Minggu depan kita bisa mulai reading kalau rapat kali ini lancar. Itu artinya, minggu depan juga kita bisa muali syuting. Progres scene-nya lancar ‘kan?

REA

Heemm (mengangguk), aku sama Tyas bagi tugas buat pengembangan karakter. Toh, kita juga nggak banyak pakai dialog, jadi lebih gampang ditulisin. Kira-kira bisa sukses nggak, ya? Aku takut, ini proyek gede pertama yang aku punya.

RIVAL

Aku usahaiin sebisa aku, ya? (Tersenyum) Yuk, rapat.

Rea balas tersenyum. Rival memberikan tangannya. 

REA

Kalau dilihat orang kita gandengan emang nggak papa?

RIVAL

Emang kenapa?

REA

Nanti pada gosipin kamu. “Eh, Pak Rival deket sama anak baru.” Gimana dong?

RIVAL

Baguslah. Biar nggak ada yang mau deketin kamu, soalnya udah pasti kalah saing.

Rea tertawa. Ia lalu berdiri dan menatap Rival.

REA

Aku belum siap jadi perbincangan orang. Yang lain pacarannya diem-diem, masa aku terang-terangan?

Rea berjalan berlalu dari Rival. Rival terlihat mencerna kata-kata Rea. Ia lalu berbalik dan menatap Rea.

RIVAL

Tadi kamu bilang kita apa? Pacaran?

Rea tersenyum dan menggeleng.

REA

Enggak tuh!

RIVAL

Yha! Jangan bohong! Re!

Rea tertawa gemas. Rival berlari mengejarnya, Rea berlari menghindari sambil tertawa.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar