Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ranum
Suka
Favorit
Bagikan
4. 4. Yang Telah Pergi

19 INT. KAFE – SORE HARI

Devi memberikan segelas air untuk Rea. Sekarang ini, Rea sedang duduk bersandar dengan tatapan kosong.

DEVI

Gue prefer lo pulang aja, deh, Re.

Rea menggeleng lemas.

REA

Gue masih─

DEVI

Miskin. 

Rea menatap Devi yang kini menatapnya.

DEVI (CONT’D)

Gue tahu lo masih jauh dari kata kaya. Muka lo aja udah patut dapet penghargaan sebagai gelandangan. Jadi lo harusnya tahu orang melarat kayak kita nggak boleh sakit. Duit berobat itu mahal, oke? Gue nggak mau lo jadi sakit cuma gara-gara putus cinta. Gue lebih nggak mau lo minjem duit ke gue karena gue juga sama miskinnya kayak lo. Jadi─

REA

Dev …

DEVI

Lebih baik lo pulang sekarang. Istirahat, tidur, makan, atau bahkan nangis sampe mata lo bengkak. Besok baru kerja lagi. Oke?

Rea tertawa kecil. Devi ikut tersenyum.

DEVI

Mau gue panggilin taksi? Gue yang bayar ongkosnya.

20 EXT. DEPAN KAFE – SORE HARI

Rival Bara Ibrahim (28) memakirkan mobilnya di depan kafe. Bersamaan dengan Devi yang sedang melambaikan tangan kepada Rea di sebelah taksi yang dipesan Devi. 

DEVI

Hati-hati!

Rea masuk ke dalam taksi sedangkan Kamal keluar dari mobil. Devi yang berbalik badan mendapati Rival yang sedang menatapnya.

DEVI

(Kaget) Haduh, si Bapak! Bikin saya kaget!

RIVAL

(Tertawa kecil) Kafenya masih buka 'kan?

Devi mengangguk. 

DEVI

Selama saya sama temen saya masih miskin, kafe ini buka 24 jam.

RIVAL

Ha? Maaf?

Devi mengibaskan tangannya sambil tertawa.

DEVI

Ah, bercanda!

Rival ikut tertawa kikuk.

21 INT. DI DALAM TAKSI – PERJALANAN PULANG

Rea menatap jalanan luar. Ia memeriksa ponselnya, ada pesan masuk dari ibunya.

IBU REA (PESAN MASUK)

Nduk … udah maem

Rea tersenyum kecil. Ia menekan tombol telepon dan menelepon ibunya.

REA

Halo? Ibu? 

22 INT. DAPUR RUMAH IBU REA – SOLO

Ibu Rea sedang menguleg sambel, ponselnya diapit di telinga.

IBU REA 

Kamu iki lho! Nggak pernah telepon kalau bukan Ibu yang nelepon, sekalinya nelepon kok ya, ngepas Ibu lagi nguleg sambel. Ada apa? 

Rea terdengar tertawa kecil.

REA

Ibu bikin sambel apa?

IBU REA 

Sambel teri (mencuci tangannya dulu lalu duduk di kursi dapur). Tadi pagi beli teri di pasar, Ayahmu minta dibuatin sambel teri, plus sawi rebus.

23 INT. DI DALAM TAKSI

REA

Emm … enak tuh! 

IBU REA

Kamu udah maem, Nduk

REA

Udah. Tadi makan sama daging dibakar! Uhh … enak pol!

Ibu Rea terdengar mencibir.

IBU REA

Ditraktir sopo kamu? 

REA

Kok Ibu kayak nggak percaya aku makan di restoran enak sama Kia?

IBU REA

Mana mungkin! Duitmu buat beli sampo aja nggak cukup.

Rea tertawa kecil. Lalu terdiam cukup lama.

REA

Tadi makan sama keluarganya Kamal.

IBU REA

Ha? Terus piye? Lancar? Pakai baju bagus to kamu? Nggak malu-maluin Ibu to?

REA

Enggalah! (Rea menatap ke luar jendela) Cuma … keluarganya Kamal kayaknya nggak suka aku, deh, Bu.

IBU REA

Loh, kenopo

Rea menghela napas panjang. Air matanya mulai mengumpul di pelupuk mata.

REA

Bibit, bebet, bobot Rea sama Kamal 'kan udah beda, Bu. Aku harus sadar diri. Orang kecil kayak kita, bisa apa 'kan?

24 INT. DAPUR RUMAH IBU REA – SOLO 

Ibu Rea terdiam.

REA

Tapi, nggak papa, Bu. Nanti juga─

IBU REA

Putus aja, Re.

25 INT. DI DALAM TAKSI

REA

Ha? 

IBU REA

Putus wae, Nduk. Kalau memang jodoh nanti lak ketemu lagi.

REA

Ha? Bu, ini itu bukan masalah gede.

26 INT. DAPUR RUMAH IBU REA – SOLO

IBU REA

Bukan masalah gede gimana to? Yo udah jelas ini masalah paling gede! Kamu diinjak-injak harga dirinya kok masih mau ngemis cinta sama Kamal ki lho, Re, Re! 

IBU REA (CONT’D)

Dengerin Ibu.

27 INT. DI DALAM MOBIL

Rea sudah bersiap untuk mematikan teleponnya.

REA

Aku lanjut nanti teleponnya, Bu.

IBU REA

Rea! Dengerin Ibu dulu!

Ia urung mematikan telepon.

REA

Bu, aku sama Kamal itu lima tahun, lho.

28 INT. DAPUR RUMAH IBU REA - SOLO

IBU REA

Lima tahun dan baru dikenalkan sekarang? Itu tanda kalo pacarmu itu udah tahu bakal begini, Re. Dengerin, kamu boleh cinta sama orang, tapi jangan sampai jadi bodoh. Kita boleh miskin, nggak punya apa-apa, tapi jangan mau diinjak-injak harga dirinya! 

IBU REA (CONT’D)

Bibit, bebet, bobot itu bukan status yang dipunya manusia dari mereka lahir, tapi status yang dicapai manusia waktu mereka sudah dewasa. Itu gunanya Ibu sama Ayah nyekolahin kamu mahal-mahal. Bibit, bebet, bobot Ibu itu nggak seberapa, Re.

29 INT. DI DALAM TAKSI 

IBU REA (CONT’D)

Biar Ibu yang ngerasain diinjak-injak harga dirinya. Anak-anak Ibu, jangan.

Rea menitikkan air mata. Ia lalu menghapusnya dengan kasar.

REA

Bu …

IBU REA

Nggak perlu dipikir. Sekarang memang sakit, tapi kalau bertahan, sakitnya bakal awet, kebawa sampai besok-besok. 

Rea menutup mulutnya dengan tangan. Nafasnya naik turun karena menahan tangis. Ia lalu mematikan teleponnya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar