Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ranum
Suka
Favorit
Bagikan
2. 2. Akhir

9 EXT. DEPAN RUMAH KAMAL – SIANG HARI

Rea dan Kamal Citaprasada (28) turun dari mobil. Rea menatap sekeliling rumah Kamal. Wajahnya terlihat minder.

REA

Mal … kamu nggak bilang kalau ini pertemuan keluarga besar kamu! 

KAMAL

Ya, kalau aku bilang, kamu mana mau.

Rea tersentak kecil. Kamal menatap Rea.

REA 

Itu kamu tahu! Setidaknya bilang yang dateng bakal sebanyak ini. Tahu gini aku pakai baju yang lain! 

Kamal menatap Rea dari ujung bawah sampai ujung atas. Rea memakai blouse putih dengan celana bahan dan sepatu hak tinggi warna hitam.

KAMAL

Kamu cantik, kok, Re ... Apanya yang perlu diributin sih?

REA

(Cemberut) Iya, tahu. Aku tahu aku cantik. Tapi kamu lihat, dong, Mal! Style aku masa begini? 

KAMAL

Ya emang kenapa?

REA

Lah, pake ditanya lagi! Ya, malulah! Nanti dilihat Mama kamu, Papa kamu, nenek kamu, tante-om kamu, dan aku cuma pakai begini? (Berpikir sebentar) Aduh, apa aku pulang dulu aja? Ganti baju? Iya, aku pulang aja dulu, ya? Ya?

Kamal tertawa kecil dan menggeleng. Ia menggandeng tangan Rea.

KAMAL

Big no! Aku nggak setuju. Nggak usah pulang-pulang segala. Mereka nggak bakal ngomentarin baju kamu. Kalem aja, nggak usah tegang begini! 

Kamal menggeleng waktu Rea mau mengeluh lagi.

KAMAL

Oke, cantik? Kita masuk, ya?

10 INT. HALAMAN BELAKANG RUMAH KAMAL

Keluarga besar Kamal ada di sana. Rea dan Kamal langsung disambut oleh Mama Kamal.

MAMA KAMAL

Syukur alhamdulillah kamu akhirnya datang, Mal! Biasanya kalau acara begini kamu bolos, ngeles banyak kerjaan.

KAMAL

Sekali-kali juga pengen ikut lah, Ma. Oh iya! Aku bawa ...

Pandangan mama Kamal beralih ke Rea yang ada di belakang Kamal. Tangan mereka berdua digandeng.

MAMA KAMAL

Ini…

KAMAL

Pacarku, Ma.

Rea tersenyum dan menyalami tangan mama Kamal. Mama Kamal menerima tangan Rea.

REA

Rea, Tante.

MAMA KAMAL

Aduh, si geulis ... jangan panggil Tante! Panggil 'Mama' aja kayak Kamal. Toh, besok-besok juga kamu bakal jadi anak Mama juga. (Tersenyum jahil)

KAMAL

Cantik 'kan, Ma?

Mama Kamal tersenyum jahil dan mengedipkan mata. Rea tersipu. Ia dan Kamal saling menatap bahagia. Kamal berbisik di telinga Rea.

KAMAL (CONT'D)

Tuh 'kan, apa aku bilang, nggak usah tegang. Semua orang di sini bakal baik sama kamu.

Rea hanya tertawa kecil dan mengangguk.

MAMA KAMAL

Rea! Sini, Geulis, bantu Mama.

KAMAL

Wah, langsung akrab nih, bau-baunya.

REA

Mal! 

KAMAL

Iya-iya, bercanda, Cantiiik. Aku bantu yang lain dulu, ya! Bye, My Future Wife

Rea membulatkan mata sambil tersenyum. Ia lalu membantu mama Kamal menata piring di meja yang sudah disediakan.

TANTE KAMAL 1

Wah, siapa ini? Anggota baru?

Semua orang tertawa kecil. 

REA

Rea, Tante.

MAMA KAMAL

Pacarnya Kamal. Geulis ‘kan?

TANTE KAMAL 2

Waaah, hebat Kamal yang milih. Nggak sembarang milih perempuan. 

REA

Ah, Tante bisa aja.

Rea tersenyum dan kembali menata piring di atas meja.

11 INT. HALAMAN BELAKANG RUMAH KAMAL

Kamal sedang mengipas daging yang dibakar. Ayah Kamal mengoleskan bumbu sembari melihat ke arah Rea.

AYAH KAMAL

Pacar kamu beneran?

Kamal menoleh ke arah ayahnya. Ia tersenyum miring.

KAMAL

Iyalah, Pa, masa bohongan?

AYAH KAMAL

Siapa tahu kamu niatnya cuma 'pacaran'.

Gerakan mengipasi daging berhenti. Ayah Kamal melanjutkan berbicara.

AYAH KAMAL (CONT'D)

Baru kemarin kayaknya Papa ngenalin kamu sama anaknya Om Wiryo. Papa sendiri udah kenal─

Pembicaraan dipotong oleh Kamal.

KAMAL

Rea jauh lebih baik dari Lala, artis yang lagi tenar, yang Papa bangga-banggain di depan aku hanya karena embel-embel anaknya Om Wiryo.

Ayah Kamal menatap Kamal dengan marah. Ia menaruh kuas yang tadi digunakan untuk mengolesi daging.

AYAH KAMAL

Kamal, Papa belum selesai ngomong.

KAMAL

Papa kebiasaan lihat orang dari tampang luarnya aja. Lala mungkin emang cantik, sopan, baik, tapi Papa belum liat aslinya kayak gimana 'kan?

AYAH KAMAL

Setidaknya jangan lupa kalau tanpa Om Wiryo, kamu nggak bakal bisa di posisi ini!

Kamal yang ingin menjawab sudah lebih dulu dipanggil oleh ibunya.

MAMA KAMAL

(Teriak dari meja makan) Pa! Papa! Udah dulu bakarnya! Udah cukup. Kita makan sekarang!

Kamal dan ayahnya saling pandang. Pandangan Kamal lalu mengarah kepada Rea yang juga sedang menatapnya, tersenyum manis. Kamal berjalan meninggalkan ayahnya, tapi kemudian berhenti pada langkah kedua. Ia balik badan.

KAMAL

Rea nggak seburuk yang Papa pikir. Coba kenalan dulu. 

Ayahnya tersenyum mengejek.

AYAH KAMAL

Kenapa Papa harus ngelakuin sesuatu yang nggak mau Papa lakuin?

KAMAL

Karena kalau bukan karena Rea, anak tunggal Papa ini nggak bakal bertahan sampai sekarang, di posisi yang Om Wiryo dan Papa kasih ke aku, tanpa tanya kemauanku apa dulu.

KAMAL (CONT'D)

Pa, nggak selamanya aku bisa nurut kemauan Papa, dan ngorbanin cita-cita aku. Aku udah gede. Cukup dari kecil Papa pilih semuanya untuk aku, aku terima kasih untuk itu. Tapi, kalau soal istri aku juga harus nurut apa kata Papa dan nggak bisa nurut hati aku, mending jangan deh, Pa. Aku udah capek. Emang Papa nggak capek nyuruh-nyuruh aku?

Ayah Kamal menatap langkah kepergian Kamal dengan wajah mengeras menahan emosi.

12 INT. MEJA MAKAN HALAMAN BELAKANG RUMAH KAMAL

Para anggota keluarga dan Rea duduk melingkar di meja makan. Di depannya sudah ada hidangan. Ayah Kamal duduk paling pojok. Rea dan Kamal duduk bersebelahan. 

Mama Kamal mengambilkan suaminya makanan. Ayah Kamal menatap Rea sebentar, lalu bertanya.

AYAH KAMAL

Jangan malu-malu, Rea. Anggap saja lagi makan sama keluarga sendiri. 

REA

Iya, Om. Makasih.

TANTE KAMAL 1

Anak Tante juga seumuran kamu, lho, Rea. 

Rea menatap tante Kamal dan tersenyum.

MAMA KAMAL

Ah, iya, bener juga. Anaknya Tante Laksmi ini namanya Saka, dia jadi teknisi penerbangan di maskapai Jerman.

REA

Wah, anak Tante Laksmi keren.

TANTE KAMAL 1

Keren-keren juga percuma, jarang pulang ke rumah. Ibunya kangen juga paling mentok, video call doang.

Orang-orang kembali tertawa kecil.

AYAH KAMAL

Kalau kamu, Rea? Kerja apa?

Kamal langsung menatap ayahnya. 

KAMAL

Kita lagi makan-makan masa ngomongin kerjaan juga sih, Pa?

OM KAMAL 1

Justru bagus, Mal! Sekalian kenal sama semuanya ‘kan? Besan ini, lho!

KAMAL

Ya, tapi─

REA

Nggak papa, kok, Mal. Biar akrab juga.

AYAH

Tuh, Rea sendiri aja bilang nggak papa. Jadi, kamu kerja apa, Rea?

REA

Saya penulis, Om. 

Mama Kamal berhenti makan. Lalu saling tatap dengan suaminya.

MAMA KAMAL

Penulis? Penulis apa, Rea?

REA

Penulis cerita anak-anak biasa, Tante. 

AYAH KAMAL

Hanya penulis?

KAMAL

Pa! (mulai emosi) Nulis juga nggak gampang. Hargain dikitlah pekerja seni. Ini bakat yang nggak semua orang bisa.

Rea meletakkan tangan kanannya pada jemari tangan Kamal yang mengepal di bawah meja. Ia mencoba tersenyum meski sudah memiliki firasat buruk akan ditolak di keluarga Kamal.

REA

Saya juga kerja di kafe, Om. 

TANTE KAMAL 2

Oh, ya? Hebat, dong kamu, Re, masih muda, cantik, udah punya kafe sendiri.

REA

Ah, bukan gitu, Tante (sambil menggeleng pelan). Saya cuma kerja di situ. Itu bukan kafe saya.

OM KAMAL 2

Maksud kamu pelayan?

REA

(Tersenyum, mengangguk) Iya.

Semuanya kaget. Rea langsung meletakkan sendoknya. Mama Kamal kembali menatap suaminya dengan bingung dan malu karena dua saudaranya yang mulai berbisik, menggosip.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar