Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
97 INT. KAMAR REA – SOLO
Cast: Ibu Rea, Rea
Rea duduk di depan kaca, Ibu duduk di kasur.
IBU REA
Ibu tahu kamu masih sedih, tapi nggak mau dipikir lagi?
REA
Aku nggak bisa ninggalin Ibu sendiri.
IBU REA
Kan Ibu uwis ngomong, Ibu bisa hidup sendiri. Rival juga bilang kalau setiap saat kamu kangen Ibu, kamu bisa pulang ke Solo.
REA
Bukan itu masalahnya.
IBU REA
Opo maneh to iki bocah? Ini ‘kan juga nggak langsung berangkat besok, masih seminggu lagi. (Bangkit dan berjalan ke arah Rea) Nggak usah mikirin Ibu dulu, Ibu bisa jaga diri. Kamu ini, terlalu sering mikirin orang lain, sampai lupa mikirin diri sendiri. Tawaran ini nggak dateng dua kali, Re. Siapa ngerti to, jodoh.
REA
Maksudnya jodoh apaan? Aku sama Rival? Kenal deket aja enggak.
IBU REA
Belum. (tersenyum menggoda)
REA
Ibu!
IBU REA
Iyo-iyo. Dipikir lagi ya.
Ibu Rea yang hendak keluar kamar ditahan oleh Rea.
REA
Bu!
IBU REA
Hmm?
REA
Ibu yakin kalau Rival nggak bakal macem-macem?
IBU REA
(Tersenyum dan mengangguk) Dia anak yang tulus, Re. Kelihatan dari matanya.
Rea merenung setelah Ibu keluar kamar. Ia menatap kaca. Ia menghembuskan napas.
REA
Oke. Let’s make a new start again, Rea. (tersenyum mantap sambil menatap foto keluarganya yang tertempel di kaca)
Cut to.
98 E/I. KANTOR RIVAL – JAKARTA – DUA MINGGU KEMUDIAN – PAGI HARI
Dua minggu kemudian, Rea kembali ke Jakarta. Rea memulai bekerja di kantor Rival.
Cast: Rea, Tyas
Rea menatap kantor Rival dengan terpana.
REA
Wah … you really got this, Rea. Unbelievable!
Tyas datang dan menatap punggung Rea. Dahinya mengernyit.
TYAS
Si Udik nggak tahu make up ini ngapain ke sini?
TYAS (CONT’D)
Yha! Rea!
Rea menoleh. Ia terkejut dan mengacungkan jarinya menunjuk Tyas.
REA
Oh … (membuka mulut) Jadi, lo … lo magang script writer di sini?
TYAS
(Menggeleng dan berdecak) Ck, emang bener ya, pepatah yang bilang kalau Jakarta cuma sebesar lubang hidung. Lo ngapain di sini?
REA
Lo tanya gue? (Tersenyum dan tertawa) Gue dapat tawaran ekslusif dari CEO perusahaan ini buat jadi script writer.
Rea dan Tyas berjalan ke dalam.
Fx: pintu terbuka.
TYAS
Pak Rival? Sutradara muda itu?
REA
Hmm (tersenyum riang). See, Senior? Junior lo ini juga dapet berkah dari Dewi Fortuna.
TYAS
Cih. Tapi, selamat, ya. Lo bisa buktiin ke gue kalau at least, lo nggak separah yang gue duga. So, karena kita sama-sama kerja di sini, mau mulai berteman? (menyalami Rea)
REA
(Menatap tangan Tyas dengan senyum) Lo tahu 'kan kalau gue nggak betulan benci sama lo? (menyalami Tyas)
Fx: pintu lift terbuka.
Rea dan Tyas yang ada di depan lift terpaku. Di dalam lift itu ada Lala dan Kamal yang sedang berciuman. Rea melebarkan mata. Kamal yang tersadar segera mendorong badan Lala menjauh. Kamal ikutan kaget ketika melihat Rea.
TYAS
Selamat pagi, Pak Kamal, Kak Lala.
Rea dan Kamal saling tatap. Tyas dan Lala mengernyit karena Rea dan Kamal saling menatap satu sama lain.
Cut to:
99 INT. DI DALAM KAMAR MANDI – PERUSAHAAN RIVAL
Cast: Rea, Tyas, Lala
TYAS
What? (melengking) Pak Kamal itu mantan pacar lo? Mantan pacar lo yang lo selalu pamerin di depan gue dulu waktu gue masih jomblo?
Rea mengangguk.
TYAS (CONT’D)
Lo otomatis kerja sama dia, Re. Lo tahu kalau dia mau nikah sebentar lagi?
REA
Gue tahu dari Devi. Tapi, gue nggak tahu kalau ternyata Lala yang jadi calonnya.
TYAS
Lo masih sayang sama dia?
Rea menatap Tyas lama. Ia lalu menggeleng.
REA
Nggak tahu.
Fx: pintu kamar mandi terbuka, aliran air dari kloset.
Lala keluar dari kamar mandi. Tyas dan Rea langsung terkejut.
LALA
Nggak usah kaget. (Mengoleskan lipstick ke bibir di depan kaca.) Anggap aja aku nggak ada di sini. Sebagai artis, aku pinter pura-pura, kok.
REA
Maaf, La, kita nggak bermaksud … (terdiam setelah melihat Lala menoleh dan tersenyum ke Rea)
LALA
Rea, Tyas, thanks udah gosipin calon suamiku. Aku jadi tahu kenapa Kamal susah banget jatuh ke aku. Ternyata karena kamu (menatap Rea). Aku memang pinter pura-pura, jadi kita kerja sebagai partner sesuai profesi yang professional aja, kayak biasa. Kecuali, kalau kamu membuat Kamal jadi semakin jauh dari aku. Saat itu juga, aku nggak peduli mau aku ini aktris atau kamu penulis. Aku bakal menatap kamu sebagai perempuan yang statusnya masa lalu Kamal. (Tersenyum manis) Ayo, kita harus rapat 'kan?
100 INT. RUANG RAPAT – KANTOR PERUSAHAAN RIVAL
Cast: Rea, Rival, Kamal, Lala, Tyas, Inggit
Rea dan Tyas duduk berhadapan dengan Kamal dan Tyas. Sedang Rival dan Inggit duduk bersebelahan.
RIVAL
Rea, ada ide untuk klip iklan yang ini?
REA
Hah? Ah … em … (menghembuskan napas) Saya pengen lebih ingin buat iklan yang alurnya kayak film gitu, Pak. Menurut saya, orang bakal lebih tertarik buat liat iklan yang begitu.
LALA
Kamu tahu data masyarakat yang menonton tv dibanding youtube sekarang ini anjlok. Aku lebih suka kalau kita buat semacam web series di youtube kayak idenya Tyas sebelum kamu datang.
Rea menatap Tyas.
TYAS
Itu masih plan B kita, Pak Rival.
KAMAL
Konsepnya hanya kayak begini? (menatap Rea dingin selepas membaca premis cerita yang diberi Rea)
Rea menatap Kamal, ia meneguk ludah. Ia lalu mencoba tersenyum.
REA
Iya. Orang yang pacaran, putus di dalam mobil waktu mau liburan, dan harus terlihat baik-baik aja waktu menghadiri pesta pernikahan.
RIVAL
Maaf, Re, bukannya saya bilang ini jelek, tapi yang mau kita tonjolin adalah mobilnya, bukan cerita romansanya.
REA
Saya tahu. Untuk itu, di sini saya menjelaskan kalau waktu mereka ribut, pengemudi nggak fokus menyetir. Tapi karena ada fitur kemudi otomatis, mereka bisa terhindar dari kecelakaan atau tabrakan, dengan begitu menurut saya ini udah cukup memasukkan unsur iklannya. Nah, nanti, kita juga ambil penggambarannya dari segi orang-orang yang nggak mematuhi peraturan. Saya sama Tyas bisa bikin jadi begini, mobil ini nggak jadi menabrak orang yang nggak pakai helm, atau menabrak orang yang nggak mematahui aturan lalu lintas. Orang mungkin lebih fokus sama cerita romansanya, tapi dengan dibuat begini, orang bakal ingat bahwa iklan dengan cerita ini adalah iklan mobil kemudi otomatis.
REA (CONT’D)
Saya tahu data peminat youtube lebih unggul dari tv, tapi orang juga lebih menghabiskan waktu untuk media sosial lain, kayak Twitter dan Instagram. Kita juga bakal publis iklannya di situ. Kalau dibuat web series, akan membutuhkan waktu lebih lama. Kita juga nggak bisa publis web series di Twitter. Kalau cuma trailer-nya, belum tentu orang bakal mau lihat.
INGGIT
Menurut saya, ide Rea udah tertata. Saya setuju sama Rea.
Rival menatap Rea dengan senyum. Rea balik tersenyum.
RIVAL
Oke. Kita meeting lagi buat nentuin pemain, lokasi syuting.
KAMAL
Buat sutradaranya nanti saya bakal─
RIVAL
Ah, nggak usah, Pak Kamal. Untuk proyek ini, saya sendiri yang bakal turun tangan. (Menatap Rea dengan senyum)
101 EXT. KANTOR RIVAL
Rival menggenggam lengan Rea. Rea yang berjalan terhenti.
RIVAL
(Tersenyum dan mengelus-ngelus puncak kepala Rea) Kerja bagus.
REA
(Tertawa) Aku kelihatan tegang banget ya, tadi?
RIVAL
Hmm, sedikit. Tapi nggak papa. Kamu tenang aja. Aku yang bakal urusin, kamu fokus buat skripnya aja. Dan … jangan lupa istirahat!
Rea tersenyum tersipu.
REA
Jangan terlalu baik, nanti aku suka.
RIVAL
(Berhenti dan menatap Rea) Bagus, dong. Aku nggak kelamaan nunggunya.
Rea membulatkan mata.
REA
Yha!
Inggit yang melihat itu tersenyum geli.
INGGIT
Sama gue aja pasang tampang galak. Dasar Bang Rival. (mengambil ponselnya yang berbunyi. lalu tersenyum) Halo, Ditooo! Kamu mau tahu nggak, apa yang Abang kamu lakuin di kantor? (menatap Rea dan Rival