Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Pusara Perahu
Suka
Favorit
Bagikan
14. Bagian XIV (Scene 91-100)

91 INT. INDEKOS IWAN - NIGHT

Iwan duduk di tepi tempat tidurnya. Di tangannya terbentang selembar tiket kereta api ke Magelang yang dijadwalkan berangkat besok pagi. Setelah menghela napas, ia menyelipkan tiket itu ke dalam ransel kuliahnya.

CUT TO:

92 INT. RUMAH RESSA - RUANG TAMU - NIGHT

Ibu Ressa tengah duduk di sofa sembari menonton televisi. Dari belakang, ragu-ragu Ressa menghampiri.

RESSA

Bu.

IBU RESSA

(menoleh ke belakang)

Eh, Sa, kirain kamu udah tidur.

RESSA

(berjalan dan duduk di sebelah ibunya)

Belum, Bu.

(tampak ragu sejenak)

Bu, aku boleh minta izin ke Magelang?

IBU RESSA

(terkejut)

Ke Magelang? Ngapain ke sana?

RESSA

Sama temen-temen, Bu. Perpisahan gitu. Cewek semua, kok. Kebetulan temen aku ada penginapan di sana.

IBU RESSA

(diam sejenak, berpikir)

Memang kapan berangkatnya.

RESSA

Lusa.

IBU RESSA

(tersenyum)

Ya udah, boleh. Hati-hati tapi, ya.

Ressa tersenyum dan memeluk ibunya.

CUT TO:

93 EXT. MAGELANG - ALAS MANDEG - TEPI SUNGAI - DAY

Kadet kembali ke tempat ranselnya tergeletak dengan membawa sebatang cabang pohon besar yang sudah ia desain sedemikian rupa hingga menyerupai dayung. Jaketnya kini melingkar di pinggang.

Dari dalam ransel Kadet mengambil pompa portabel, kemudian mulai memompa perahu karetnya.

CUT TO:

94 INT. ALAS MANDEG - GUA - DANAU - PULAU BATU KECIL DI TENGAH DANAU - SAME TIME

Ireng berjalan di atas danau dengan keempat kakinya tanpa kesulitan. Ia menghampiri pulau kecil itu. Di sana, Karsa berdiri diam, terbalut jas hujan merah. Wajahnya tertutup tudung jas.

Ireng berhenti di depan Karsa dan terdengar mendengus.

KARSA

(suara dingin)

Jadi dia kembali untuk perahu itu? Adik kecilku memang nggak pernah kehabisan cara membuatku terkejut.

CUT TO:

95 EXT. ALAS MANDEG - SUNGAI - MOMENTS LATER

Kadet mendayung perahunya mengikuti arus sungai yang keruh. Sesekali ia mengernyit tatkala perban yang membungkus tangan kanannya bergesekkan dengan gagang dayung (cabang pohon).

Kadet melihat sekitar. Perahu karetnya melaju jauh dari tepian sungai. Pepohonan Alas Mandeg bergerak perlahan di sekitarnya. Sesekali ia menenggak botol air mineral, kemudian kembali mendayung.

Tak berselang lama, Kadet menggeram. Ketik ia menundukkan kepala, darah mulai merembes dari perban di tangannya.

KADET

Sial.

Kadet menepikan perahunya, kemudian cepat-cepat berdiri dan turun ke daratan. Ia menjatuhkan ranselnya dan mengeluarkan kotak P3K dari sana.

Pelan-pelan Kadet melepas ikatan perban. Darah segar melumuri tangannya. 

KADET (CONT’D)

(menyeka darah dengan kapas)

Lain kali mending nonjok samsak si Iwan aja.

Usai membebat lukanya dengan perban bersih, Kadet terdiam sejenak, menatap perahu karetnya yang terdampar di tepian sungai. Kemudian ia beranjak dan mengempesi perahu itu.

CUT TO:

96 EXT. ALAS MANDEG - TEPI SUNGAI - NIGHT

Kadet duduk di mulut tenda, meratapi api unggun yang membakar potongan kayu. Ia memeluk lututnya ke dada. Ransel duduk di sebelahnya. Semua barang sudah termuat di sana.

Di sela lamunannya, tiba-tiba Kadet mendengar bunyi gemerisik. Ia kontan berdiri, memungut ransel dan menyampirkan talinya di satu bahu. 

KADET

(mengarahkan senter ke sumber suara)

Siapa itu?

Bunyi gemerisik kembali terdengar, membuat Kadet tersentak mundur.

Tak berselang lama, sosok hitam tiba-tiba melompat dari semak-semak. Babi hutan. Hewan itu bersuara nyaring sembari belari ke arah Kadet.

KADET (CONT’D)

(kaget)

Mampus!

Ia berbalik dan mulai berlari.

CUT TO:

97 EXT. ALAS MANDEG - HUTAN - MOMENTS LATER

Kadet berlari secepat yang ia bisa. Menabrak semak dan ranting-ranting pohon yang melintang di hadapannya. Di belakang sana, sang babi hutan pun tak mengurangi kecepatan lajunya.

Senter Kadet terjatuh saat ia berlari, membuat hutan semakin legam ditelan malam. 

Kemudian si babi hutan nyaris menyusulnya. Taring hewan buas itu menyeruduk Kadet dari belakang, membuat ia terpental jauh hingga menghantam sebatang pohon. Kadet pingsan.

FADE OUT:

FADE IN:

98 INT. ALAS MANDEG - GUA - DANAU - PULAU BATU KECIL DI TENGAH DANAU - SAME TIME

Karsa berdiri berdampingan dengan Ireng. Keduanya menunduk menatap pusaran air di permukaan danau. Di sana tergambar jelas sosok Kadet, terbaring di tanah tak bergerak.

KARSA

(kepada Ireng)

Aku harap cara kecil ini berhasil membatalkan niatnya.

IRENG

(mendengus)

CUT TO:

99 EXT. ALAS MANDEG - HUTAN - MORNING

Perlahan Kadet membuka mata. Dunia di sekitarnya tampak kabur sesaat. Kemudian ia berusaha duduk, memegang kepalanya yang menghantam pohon dengan keras.

Setelah berusaha memahami apa yang terjadi, ia memeriksa ranselnya. Ada robekan besar di sana tempat taring babi hutan itu menghujam. Dan sialnya, taring itu juga merobek perahu karet.

CUT TO:

100 EXT. ALAS MANDEG - TEPI HUTAN - DAY

Motor bebek yang dikemudikan laki-laki berjaket parasut itu menepi ke Alas Mandeg. Ressa duduk di jok belakang.

PENGEMUDI

(logat Jawa)

Yakin di sini, Mbak?

RESSA

(ragu sejenak. Kepalanya memandang sekitar)

Iya, Mas. Di sini aja.

Ressa turun dari motor dan membayar si pengemudi. Usai menerima uang, motor bebek itu pergi meninggalkan Ressa seorang diri.

Ressa melihat pepohonan lebat yang menghiasi Alas Mandeg. Dengan satu tarikan napas, ia melangkah ke sana.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar