Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Pusara Perahu
Suka
Favorit
Bagikan
5. Bagian V (Scene 21-23)

21 INT. GEDUNG PERKULIAHAN - LANTAI LIMA - RUANG KELAS - AFTERNOON 

Iwan duduk seorang diri. Kedua lengannya terlipat di atas meja dengan kening menempel pada punggung tangan. Cukup lama ia bergeming dalam posisi demikian sebelum akhirnya kepalanya beranjak.

Iwan tampak kurus dan tak terawat. Tulang pipi lelaki itu menonjol dengan lingkaran hitam amat kentara membayangi bagian bawah mata. Rambut Iwan kian lebat dan kelihatan seperti sudah lama tidak tersentuh air.

Perlahan Iwan bangkit dari kursinya, kemudian menyeret langkah menghampiri sepetak jendela terbuka yang menghadap langsung ke belakang gedung.

Pemandangan yang terlihat di bawah sana adalah hamparan tanah kosong. Tidak tampak seorang pun sejauh mata memandang. Semilir angin meniup helai-helai rambut Iwan hingga mengenai wajah. Pelan-pelan ia mulai memanjat birai jendela.

KADET (O.C.)

(berteriak)

IWAN!!

Iwan menoleh sebentar, mendapati Kadet tengah berdiri panik di ambang pintu kelas. Kemudian ia kembali menoleh pada dunia luar.

Kadet berdiri membeku di ambang pintu, menatap ngeri pada punggung Iwan yang sudah condong melewati birai jendela. 

KADET (CONT’D)

(suara gemetar)

Wan, bukan gini caranya lu nyelesain masalah!

Iwan tak bergerak. Ia tetap duduk di birai jendela, memunggungi Kadet.

KADET (CONT’D)

(melangkah sedikit-sedikit)

Lu kira begitu lu mati, masalah lu kelar semua?

Iwan masih tidak menyahut.

Langkah kaki Kadet semakin mendekati jendela.

KADET (CONT’D)

Inget keluarga lu di Jakarta, Wan.

Begitu jarak Iwan hanya tinggal segapaian lengan, Kadet merengkuh bagian belakang kemeja sahabatnya, menariknya sekuat tenaga.

Kedua tubuh lelaki itu bertubrukan dan ambruk ke belakang. Namun tak sampai di situ, dua sosok itu kemudian bergumul di atas lantai.

IWAN

(berusaha kembali ke jendela)

BANGSAT!!

KADET

(menahan lengan Iwan)

Lu udah gila, ya?

Iwan tetap berusaha untuk kembali menggapai jendela, namun cengkeraman tangan Kadet di kemejanya tak kunjung lepas. Pergumulan keduanya berlanjut. Sampai kemudian Iwan berhasil memutar tubuhnya menghadap Kadet. Tangan lelaki itu mengepal membentuk tinju yang kemudian melayang dan mendarat tepat di wajah Kadet.

Barang sesaat keduanya membeku di tempat. Kedua pandangan silih bertumbuk. Air muka mereka tampak seperti tak percaya atas insiden yang barusan terjadi. Kemudian Iwan bangkit dan bergegas keluar ruangan.

CUT TO:

22 EXT. INDEKOS KADET - BALKON - NIGHT

Pemandangan dari balkon lantai dua indekos Kadet menampilkan hamparan rumah silih tumpang-tindih dengan titik-titik cahaya lampu bertaburan seumpama bintang. 

Kadet berdiri dengan menumpukan lengan pada tembok pembatas. Satu tangannya menggenggam batu es terbungkus lap kain yang ia kompreskan ke pipi memarnya, tempat tinju Iwan tadi mendarat. 

Pandangan Kadet menerawang jauh dan tampak seperti tengah memikirkan banyak hal.

23 BEGIN MONTAGE - VARIOUS LOCATIONS - FEW DAYS LATER

- Kadet dan Iwan berpapasan di koridor gedung perkuliahan. Keduanya diam sejenak. Sebelum Kadet sempat menghampiri, Iwan sudah berbalik arah.

- iwan berada di dalam lift kampus. Begitu indikator lantai menunjukkan angka dua, pintu lift bergeser terbuka, menampilkan Kadet yang tengah menunggu di luar sana sembari menenteng setumpuk buku. Begitu Kadet melangkah masuk, Iwan buru-buru melangkah keluar.

- Bertelanjang dada, Iwan berteriak sekuat tenaga di pekarangan belakang indekosnya. Keringat bercucuran sekujur badan. Dengan kedua tangan terbungkus sarung tinju kumal, Iwan memukuli samsak yang menggantungi dahan pohon.

END MONTAGE

FADE OUT.

FADE IN:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar