Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
28 EXT. DEPAN KAMPUS RESSA/JALANAN - NIGHT
Mengenakan jaket bertudung kepala, Iwan duduk di bawah sinar lampu kuning dari sebutir bohlam di sebuah warung kopi. Tepat di seberang jalan, berdiri megah bangunan kampus ditotoli kemilau lampu.
Iwan melirik jam tangannya, mendapati sekarang sudah hampir pukul sebelas malam.
PEMILIK WARUNG
Kopi lagi, Kang?
IWAN
(menggeleng)
Pandangan Iwan akhirnya menemukan sesuatu yang ia nanti sedari tadi. Selepas menandaskan isi gelas belimbingnya, cepat-cepat ia beranjak dari sana.
CUT TO:
29 INT. DI DALAM ANGKOT - CONTINUOUS
Ressa duduk di kursi pojok dekat jendela. Tampak letih setelah acara kampus saban hari tadi. Ia duduk sambil menyandarkan pelipis ke kaca belakang angkot. Tas kuliah dipeluknya erat di atas pangkuan.
BACK TO:
30 EXT. JALANAN - DI ATAS MOTOR - CONTINUOUS
Iwan mengendarai motornya sembari menjaga jarak satu meter dari angkot yang dinaiki Ressa. Wajahnya tampak kusut dan cemberut. Namun tampak ada hal lain di sana. Raut itu adalah raut balas dendam.
BACK TO:
31 EXT. JALANAN RUMAH RESSA - CONTINUOUS
Ressa turun dari angkot. Selepas membayar ongkos, ia berjalan letih dengan satu tali ransel menggelayuti sebelah bahu. Angin malam yang kala itu bertiup sejuk mempermainkan hela-helai rambut di sekitar wajahnya.
BACK TO:
32 EXT. JALANAN RUMAH RESSA - CONTINUOUS
Usai memarkirkan motornya di bahu jalan raya, Iwan melanjutkan berjalan kaki menyusuri jalanan kecil nan lengan dan gelap. Kendati ia menjaga jarak, namun siluet sosok Ressa yang berjalan di depannya masih kelihatan cukup jelas untuk ia ikuti.
Iwan membenamkan tangannya ke saku jaket. Begitu tangan itu muncul kembali, sebilah pisau sudah ada dalam genggaman.
BACK TO:
33 EXT. JALANAN RUMAH RESSA - CONTINUOUS
Ressa tampak mulai merasakan sesuatu yang tidak enak. Tangannya tiba-tiba mengusap tengkuk. Kemudian kepala perempuan itu menoleh ke belakang. Namun di sana tak tampak siapa-siapa.
BACK TO:
34 EXT. JALANAN RUMAH RESSA - CONTINUOUS
Kadet melihat sebilah pisau lipat yang baru saja Iwan keluarkan. Dengan cepat dan menjaga gerakan tetap tanpa suara, ia menerjang Iwan dari belakang, menariknya ke samping hingga keduanya tersungkur ke dalam semak-semak. Sebelum Iwan sempat berteriak, Kadet sudah duluan membekap mulutnya. Namun mata pisau Iwan berhasil menyabet lengan atas Kadet.
KADET
(mendesis)
Diem!
Iwan menatap Kadet dengan pandangan murka. Ia masih memberontak agar lepas dari bekapan Kadet. Sementara itu, darah segar terus mengalir dari luka Kadet yang terbuka.
Untuk sesaat keduanya mematung, saling menatap satu sama lain. Kemudian Kadet menarik tangannya dari mulut Iwan dan mulai meringis.
Iwan bangun lebih dulu, disusul oleh Kadet.
KADET (CONT’D)
Lu beneran udah enggak ada akal, Wan!
IWAN
(membanting pisaunya ke tanah)
KADET
(memegangi lengannya yang terluka)
Firasat gue bener buntutin lu seharian ini.
IWAN
(berteriak)
Lu maunya apa, sih?!
KADET
(berteriak)
Lu mikir nggak gimana ke depannya kalau tadi lu bunuuh cewek itu? Mikir, nggak?!
Iwan berbalik dan langsung menghantamkan bogemnya ke wajah Kadet, membuat lelaki itu tersungkur. Namun kemudian Kadet berusaha bangkit lagi.
KADET (CONT’D)
Lu mau membusuk di penjara?
Iwan memungut kembali pisau yang tadi ia lempar, kemudian dengan gerakan cepat, bilahnya sudah menempel di kulit leher Kadet.
KADET (CONT’D)
Sekarang lu mau bunuh gue? Silakan, Wan!
Gejolak perdebatan tampak jelas di mata Iwan. Kemudian ia melangkah mundur dan melempar pisau lipatnya lebih jauh. Lantas ia berjongkok dan mulai menangis tersedu-sedu.
Kadet berjalan menghampiri. Tangannya yang tidak terluka mendarat penuh simpatik di pundak sahabatnya.
KADET (CONT’D)
Kalau melenyapkan dia bikin hati lu tenang, oke, Wan. Gue bantu lu.
CUT TO:
35 EXT. MAGELANG - ALAS MANDEG - DAY
Keempat roda jip sewaan berhenti tepat di bibir hutan. Dari dalam sana, Kadet dan Iwan melangkah keluar, terbungkus pakaian hangat sembari menyandang ransel di masing-masing pundak.
KADET
Gue nggak tahu ini masih berfungsi apa nggak.
IWAN
(dengan suara dingin)
Yang penting kita coba.
Usai memarkirkan jip, dua orang itu mulai meniti langkah membelah belukar rapat. Di atas mereka, langit mendung membentang luas tak bertepi.
Tidak lama kemudian mereka tiba di bibir sungai. Dari dalam ranselnya, Iwan menarik keluar selembar foto Ressa ukuran 10R dan menyerahkannya pada Kadet.
Kadet mulai melipat foto itu menjadi sebuah perahu. Ia tampak melumuri beberapa bagian lipatan dengan lem supaya merekat sempurna. Begitu selesai, Kadet berjongkok di tepian sungai, menghanyutkan perahu itu sembari meratapi kepergiannya.
FADE OUT.
FADE IN: