Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
24 INT. KAMPUS KADET - GEDUNG KAPRODI - DEPAN RUANGAN PAK BROTO - DAY
Lesu, Kadet melangkah keluar dari ruang Pak Broto dengan bundel revisian ia tenteng di satu tangan. Namun begitu pintu terbuka, ia kaget melihat Iwan sudah berdiri menunggunya.
IWAN
Lu masih sibuk?
Kadet kelihatan salah tingkah. Menggunakan satu tangan, ia menggaruk belakang kepalanya.
KADET
Mau benerin revisian, tadinya. Kenapa?
IWAN
Ada yang mau gue bicarain. Sebentar.
KADET
Sambil makan siang?
IWAN
Di tempat yang enggak banyak orang.
Kadet menatap Iwan sesaat dengan pandangan curiga. Namun kemudian ia mengangguk.
CUT TO:
25 INT. KAMPUS KADET - GEDUNG KAPRODI - LORONG - MOMENTS LATER
Seorang OB baru keluar dari ruang penyimpanan sapu sembari menenteng dua batang sapu dan ember plastik. Ia mengangguk sopan saat Kadet dan Iwan datang, kemudian melangkah pergi.
Kadet dan Iwan duduk di kursi kayu panjang depan ruang penyimpanan. Keduanya sama-sama memperhatikan OB tadi berjalan menjauh dan lenyap di tikungan koridor.
IWAN
(kepada Kadet)
Gue butuh bantuan lu.
KADET
(mengerutkan kening, curiga)
Gue enggak mau bantuin lu bunuh diri.
IWAN
Bukan itu.
(menarik lipatan kertas dari saku jaket, dan menyerahkannya pada Kadet)
Kadet yang masih tampak bingung menerima kertas itu. Kemudian dengan hati-hati ia membuka lipatannya.
Kertas tersebut adalah selembar foto formal Ressa mengenakan jas almamater ukuran postcard.
Kadet tampak menyadari apa yang Iwan inginkan. Buru-buru ia kembali melipat foto itu dan menyerahkannya lagi pada sahabatnya.
KADET
Lu beneran udah gila, ya? Gue enggak mau urusan lagi sama yang gitu.
IWAN
Kenapa, Det? Waktu itu lu bantuin gue buat nyingkirin si pelacur yang ganggu rumah tangga bokap sama nyokap gue?
KADET
Gue udah bilang itu yang terakhir, Wan. Gue enggak mau lagi urusan sama ... dia.
Iwan menatap Kadet tak percaya. Kemudian ia mengambil kembali foto yang disodorkan padanya, lantas ia bangkit dan pergi tanpa bicara.
CUT TO :
26 INT. ANGKOT - DAY
Membawa seikat bunga, Ressa duduk melamun di kursi depan. Embusan angin mengibarkan helai-helai rambutnya.
CUT TO:
27 EXT. PEMAKAMAN UMUM - MAKAM SISKA - MOMENTS LATER
Mengenakan busana serba hitam, Ressa berlutut di hadapan makam sahabat karibnya. Gundukan tanah merah itu masih tampak basah dengan taburan bebungaan segar. Dengan hati-hati, Ressa menuangkan sebotol air jernih ke atas pusara. Air mata menetes dari dagu Ressa, kemudian menyaru dengan siraman air tadi.
RESSA
(satu tangan memegang batu nisan)
Aku enggak maksud bikin kamu celaka, Sis.
KADET (O.C.)
(berdeham)
Ressa menoleh, mendapati Kadet berdiri dengan satu tali ransel menggantungi sebelah bahu. Dari penampilannya, ia seperti baru dari kampus.
RESSA
(menyeka air matanya cepa-cepat)
Aku udah mau pergi.
KADET
Enggak apa-apa. Aku enggak datang sama Iwan. Cuma mampir sebentar. Tadi kebetulan lewat sini.
Kadet berjongkok di sebelah Ressa. Namun keduanya tidak bicara. Seperti bingung mau membicarakan apa.
RESSA
(memandang gundukan tanah)
Aku enggak tenang.
KADET
(menoleh pada Ressa)
Karena?
RESSA
Aku pengen minta maaf sama Iwan.
Kadet menghela napas.
KADET
Kamu udah cukup menderita dengan Iwan yang nyalahin kamu. Kamu enggak usah ikutan nyalahin diri sendiri.
Dari dalam ranselnya, Kadet menarik keluar selembar sapu tangan polos, kemudian menyerahkannya pada Ressa.
Perempuan itu kelihatan ragu sejenak sebelum akhirnya menerima sapu tangan Kadet.
Tanpa bicara lagi, Kadet beranjak dari sana, meninggalkan Ressa seorang diri.
CUT TO: