Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Pusara Perahu
Suka
Favorit
Bagikan
3. Bagian III (Scene 13-16)

13 EXT. BANDUNG - KAMPUS KADET - GEDUNG KAPRODI - DAY (SEPULUH TAHUN KEMUDIAN)

Kadet duduk berhadapan dengan Pak Broto (dosen pembimbingnya). Udara panas membuat dahi Kadet ditotoli keringat.

PAK BROTO

(melingkari judul buku dalam skripsi Kadet)

Kamu cuma matok ke satu buku buat referensi?

KADET

Di perpustakaan kampus cuma ada buku itu aja, Pak.

PAK BROTO

Kamu ini mahasiswa tingkat akhir, lho, Det. Bukan anak SMP yang segalanya harus disediain. Carilah referensi lain. Perpustakaan di Bandung ini bukan cuma di kampus kita aja.

Kadet mengangguk sementara Pak Broto kembali membalik-balik halaman skripsi Kadet. Begitu ia mencapai halaman terakhir, ditutupnya bundel skripsi itu.

PAK BROTO (CONT’D)

Paling itu aja untuk revisi kali ini. Tambah referensi kamu supaya pembahasannya enggak itu-itu aja.

Kadet mengangguk dan dengan lesu mengepak kembali skripsi mentahnya ke dalam ransel. Kemudian ke luar ruangan.

Di depan ruang Pak Broto, Iwan (kawan karib Kadet) sudah menunggu dengan tampang berseri-seri.

IWAN

Gimana? Kapan sidangnya?

KADET

(menggetok kepala Iwan dengan pulpen)

Boro-boro sidang. Gue disuruh cari perpus lain.

Kadet dan Iwan berjalan menjauhi ruang Pak Broto.

IWAN

Lah? Perpus kita kenapa? Disita bank?

KADET

Makan dulu lah. Laper gue.

Kadet dan Iwan berjalan keluar dari gedung kaprodi.

JUMP CUT TO:

14 EXT. KAMPUS KADET - KANTIN - DAY

Kadet dan Iwan berjalan masuk ke kantin kampus. Tempat itu sudah ramai disesaki mahasiswa yang memburu makan siang. Usai memesan menu nasi komplet di salah satu stand makanan, keduanya berjalan ke meja nomor 9.

Seorang perempuan sudah menunggu di sana dengan rambut terkucir kuda. Begitu ia melihat Kadet dan Iwan mendekat, tangannya kontan melambai.

IWAN

Hey, sayang!

(mencium puncak kepala Siska)

Iwan duduk di kursi sebelah pacarnya sementara Kadet duduk di seberang meja.

SISKA

(kepada Kadet)

Gimana, Det? Di-acc?

Kadet menggeleng murung. Ia melarikan pandangannya ke mana saja asal tidak pada pasangan kasmaran di hadapannya. Jemari Kadet mengetuk-ngetuk meja, menciptakan irama tak beraturan.

IWAN

Makanya, Det, cari pacar. Biar muka lu yang kusut itu ada yang rapiin.

SISKA

(mencubit lengan Iwan)

Enggak boleh gitu, Yang!

Dari dalam ranselnya, Kadet mengeluarkan buku metodelogi penelitian yang ia pinjam dari perpustakaan kampus. Kemudian mulai menekuni isinya.

IWAN

Banyak belajar enggak jamin lu dapet pacar, Det.

(tertawa)

SISKA

(mencubit Iwan lebih keras)

Enggak usah rese, Iwan Setiawan!

Iwan meringis sembari mengusap-usap sepetak kulit yang tadi jadi sasaran cubit Siska.

Pesanan Siska tiba lebih dulu. Disusul pesanan Kadet dan Iwan. Sementara Siska dan Iwan saling menyuapi satu sama lain, Kadet menyendoki makanannya dengan pandangan masih terpaku pada buku.

Ponsel Siska yang berdenting di atas meja langsung dijemput pemiliknya. 

Perempuan itu membaca beberapa baris pesan masuk dengan sedemikian serius.

IWAN

(mengunyah)

Siapa?

SISKA

Ressa. Dia mau ketemu, katanya.

IWAN

(mengerutkan kening)

Ngapain?

SISKA

Kayaknya lagi butuh temen cerita.

(berdiri)

Aku pergi dulu, ya? Kasihan dia.

IWAN

(ikut berdiri)

Aku antar.

SISKA

Enggak usah. Aku bawa motor, kok. Kamu temenin Kadet aja.

Iwan masih kelihatan sedikit enggan. Namun akhirnya ia mengangguk

IWAN

Hati-hati.

Siska berjalan keluar meninggalkan kantin.

CUT TO:

15 EXT. KAMPUS KADET - PARKIRAN KAMPUS - DAY

Siska berjalan ke pelataran parkir kampus khusus sepeda motor. Derap langkah perempuan itu membawanya menyusuri deretan motor hingga ia tiba di samping motor matic miliknya.

Usai mengencangkan tali helm di dagu, Siska merogoh ponsel dari dalam saku celananya, kemudian mengetikkan sepenggal pesan untuk Ressa sebelum akhirnya menyalakan mesin dan melaju keluar dari parkiran.

CUT TO:

16 EXT. BANDUNG - JALAN RAYA - DAY

Kedua roda motor Siska menggilasi aspal jalanan Kota Bandung yang kala itu tak terlalu ramai. Dari caranya mengemudi, tampak kalau Siska tak terlampau mahir mengendarai sepeda motor. Kecepatannya tak lebih dari dua puluh kilometer per jam.

Di tengah perjalanan, ponsel Siska kembali berbunyi dalam saku celananya. Kontan perempuan itu langsung menepikan motor tanpa menyalakan lampu belok. 

Nahas, tepat di belakangnya sebuah truk kargo tengah melaju. Perpindahan lajur Siska yang tiba-tiba membuat sopir truk tak sempat menghindar dan terjadilah tabrakan.

Tampak motor Siska hancur. Kepingannya berserakan di jalan raya sementara orang-orang mulai datang berkerumun

FADE OUT.

FADE IN:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar