Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
62 EXT. KAMPUS KADET - DEPAN GEDUNG PERKULIAHAN - MOMENTS LATER
Banyak orang sudah berkerumun di depan gedung perkuliahan, menanti para peserta sidang kenalan mereka melangkah keluar. Kemudian ketika empat mahasiswa berjas biru muncul, rangkaian tepuk tangan mulai hadir dan saling menular.
Kadet mendapat beberapa bingkisan makanan dari teman-teman sekelasnya. Namun kepala laki-laki itu menoleh ke sana-kemari, seperti mencari sesuatu.
Usai tak ada yang memperhatikan lagi, Kadet berjalan menjauhi kerumunan, mencari tempat sepi, kemudian menelepon Ressa.
INTERCUT - PHONE CONVERSATION
KADET
Kamu jadi ke sini?
Ressa di depan kampus Kadet.
RESSA
Aku udah di depan kampus kamu. Langsung masuk aja?
KADET
Boleh. Aku yang lagi duduk di bangku taman depan. Bawa-bawa jajanan kayak bocah baru pulang dari ulang tahun.
RESSA
(tertawa)
Iya, iya. Aku ke sana.
CUT TO:
63 INT. GEDUNG PERKULIAHAN - RUANG KELAS - SAME TIME
Iwan duduk gelisah di kursi paling belakang, menunggu dosen yang belum datang. Sepatunya mengetuk-ngetuk lantai sementara sedari tadi ia tak berhenti mengigiti tutup pulpen.
Setelah beberapa saat, ia kemudian beranjak, memanggul tas selempang di satu bahu, lantas mendekati salah satu teman kelasnya.
IWAN
Bro, gue titip absen, ya.
TEMAN KELAS
Ke mana lu?
IWAN
Cabut dulu. Ada urusan penting.
(menepuk bahu temannya)
Thanks, Bro.
Iwan bergegas melangkah keluar.
CUT TO:
64 INT. KAMPUS KADET - KANTIN - MOMENTS LATER
Iwan melangkah masuk ke kantin yang ramai. Setelah menyapa sana-sini, ia kemudian menghampiri salah satu kios makanan.
IWAN
Bang, ngutang kopi botolan, dong.
PEDAGANG
Yang kemarin mau dibayar kapan? Keburu mati lu-nya.
IWAN
Santai, Bang. Nanti duit turun juga gue lunasin. Buruan mana.
Dengan raut muka kesal, pedagang itu menyerahkan sebotol kopi ukuran setengah liter pada Iwan.
IWAN (CONT’D)
Punya pita, nggak, Bang?
PEDAGANG
Pita apaan?
IWAN
Yang biasa buat kado-kado. Kalau kagak ada minjem spidol, deh.
Masih dengan raut kesal, pedagang itu menyerahkan sebatang spidol biru pada Iwan.
PEDAGANG
Udah ngutang, ngerepotin lagi.
Iwan tak menggubris. Menggunakan spidol itu, ia menuliskan S.E. pada botol plastik kopi.
IWAN
(menyerahkan kembali spidol)
Makasih, Bang.
Iwan kemudian pergi.
CUT TO:
65 EXT. KAMPUS KADET - BAGIAN DEPAN - SAME TIME
Kadet berdiri di depan tulisan nama kampusnya sembari memegang buket bunga. Selembar selempang bertuliskan Kadet Wiranata, S.E. Melintang dari pundak kanan hingga ke pinggang kiri.
RESSA
(memotret Kadet dengan ponsel)
Satu ... dua ... tiga.
Senyum, dong, Det.
Kadet berusaha tersenyum. Namun ia terlihat kaku dan letih.
IWAN (O.C.)
KADET!!
Ressa menoleh, mendapati Iwan sedang berjalan ke arah mereka dengan air muka gusar. Perempuan itu menelan ludah, ketakutan tampak menghiasi raut mukanya.
KADET
Wan? Lu bukannya ada kelas?
IWAN
(berjalan cepat ke arah Ressa)
Ngapain dia di sini?!
Kadet cepat-cepat bergerak, menempatkan dirinya antara Iwan dan Ressa.
KADET
Wan, tenang dulu.
IWAN
(mendorong Kadet)
NGAPAIN DIA DI SINI?!
KADET
(berusaha menahan tangan Iwan)
Wan, denger dulu.
IWAN
(berusaha menerjang Ressa, namun dihalangi Kadet)
PEREMPUAN SETAN! PEMBUNUH! PEMBUNUH!!
Teriakan Iwan mengundang perhatian mahasiswa lain yang kebetulan lewat. Namun tampaknya ia sama sekali tidak peduli.
Di belakang punggung Kadet, Ressa tampak ketakutan. Air mata bercucuran membasahi kedua bilah pipi.
IWAN (CONT’D)
(masih terus menerjang)
DASAR CEWEK PEMBUNUH SIALAN!
KADET
(membentak)
WAN!
Iwan kontan terdiam. Pandangan marahnya tertuju pada Kadet seorang.
KADET (CONT’D)
Dengerin gue dulu!
Iwan, dengan muka masih dilanda gusar, mengalihkan pandangan dari Kadet ke Ressa secara bergantian.
KADET (CONT’D)
Gue yang minta dia ke sini.
IWAN
Lu yang minta?
Kadet berbalik pada Ressa.
KADET
Kamu mending pulang dulu, ya.
Masih berurai air mata, Ressa mengangguk dan berjalan pergi.
CUT TO:
66 INT. KAMPUS KADET - KANTIN - MOMENTS LATER
Iwan dan Kadet duduk di meja nomor 9. Botol kopi yang tadi dibawa Iwan, kini sudah tertuang ke dalam dua cangkir sama besar. Selempang, bunga, serta bingkisan makanan Kadet menumpuk di sisi meja.
IWAN
Bisa-bisanya lu nyuruh cewek itu dateng ke sini.
KADET
Wan, si Ressa itu--
IWAN
Gue nggak mau denger namanya.
KADET
(menghela napas)
Dia itu udah bantuin skripsi gue. Dan gue ngerasa nggak enak aja. Makanya gue kepikiran buat nemenin dia sebelum ...
Iwan meraih cangkir kopi, mengenggak separuh isinya, kemudian menaruhnya kembali separuh membanting.
IWAN
Kenapa lu nggak cerita ke gue dari awal?
KADET
Ngelihat kelakuan lu barusan, lu masih nanya kenapa?
Iwan tak menjawab. Direnggutnya kembali cangkir kopi dengan dada masih turun-naik dalam ritme tak beraturan. Ia tampak masih berusaha menenangkan diri.
KADET (CONT’D)
Gue udah turutin kemauan lu. Dan sekarang gue cuma mau balas budi sama dia, Wan.
IWAN
Dua puluh enam hari lagi.
KADET
(menghela napas)
Dua puluh enam hari.
CUT TO:
67 EXT. RUMAH RESSA - DEPAN PAGAR - NIGHT
Kadet duduk di atas motornya yang terparkir di depan rumah Ressa. Angin berembus sejuk dan jalanan masih tampak becek bekas hujan sore tadi. Kadet merapatkan jas almamater. Pandangannya tak beranjak dari pekarangan rumah Ressa.
Tak berselang lama, Ressa muncul dari balik pintu rumah, terbungkus piyama dan kardigan rajut. Helai-helai rambut perempuan itu berkibar tatkala ia berjalan menghampiri pagar.
KADET
(tersenyum letih)
Hey.
Ressa tiba di pagar yang tertutup.
RESSA
Kamu belum pulang?
KADET
(menggeleng)
Kamu lagi apa?
RESSA
(menumpukan lengan di pagar)
Kayaknya kita nggak usah ketemu lagi.
KADET
(merogoh lipatan kertas dalam saku jas almamaternya, lalu menyerahkan pada Ressa)
Baca ini sebelum kamu tidur.
RESSA
(menerima kertas itu dengan bingung)
KADET
Aku pulang dulu.
CUT TO: