Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
50. INT. SEKOLAH – KELAS CAHYA – SIANG
Cast: Cahya, Bu BK, Ayu, Budi
Cahya duduk di kursinya dengan tangan saling bertaut.
Cahya tersenyum sendiri membayangkan. Tapi berganti raut wajah resah.
Cahya menghela napas. Menyangga dahi dengan kedua tangan. Matanya memejam.
Cahya mendongak, melihat ada Bu BK dan Ayu di depan mejanya. Cahya berdiri.
(Memegang lembut pundak Cahya)
(Plonga-plongo)
Cahya mengedip bingung. Teman-temannya sekelasnya yang baru pada datang juga bingung.
(Tunjuk tangan)
(Celingak-celinguk)
Ayo, aku antar pulang.
Cahya melihat Ayu ragu. Di mencegah tangan Ayu. Ayu menoleh.
Hening sejenak. Ayu menepuk jidat lalu menyengir.
(geleng-geleng)
Cahya lihat kanan-kiri. Tatapannya jatuh pada Budi yang lewat di jendela. Lalu Cahya kembali menatap bu BK.
Sama Budi saja, bu.
Bu BK, Ayu dan teman kelasnya melihat arah jendela serempak.
(Mengangguk)
Bu BK keluar kelas. Ayu mendekati Cahya dan berbicara pelan.
Perkataan Ayu terpotong saat Budi datang sambil tersenyum lebar.
Ayu menggeser tubuhnya sampai Cahya terlihat. Budi menghampiri Cahya dan mengambil alih tas yang ditentengnya.
Budi menggandeng Cahya keluar kelas tanpa pamit. Cahyalah yang menganggukkan kepala sedikit sebagai ucapan pamit kepada Bu BK.
51. EXT. DEPAN RUMAH - SIANG
Cast: Cahya, Budi
Cahya turun dari motor dan Budi juga turun setelah menstandarkan motornya.
(Melepas helm)
(Melepas helm)
(Ngangguk-ngangguk)
Iya.
(Berjalan dua langkah dan berhenti)
Budi mengangguk. Mereka berjalan beriringan. Budi yang menoleh ke kiri tidak sengaja melihat bendera berwarna kuning di pohon. Tiba-tiba jantungnya berdegup kencang. Budi lantas menatap Cahya yang ternyata juga sedang melihat bendera kuning itu.
Cahya berlari buru-buru menuju rumahnya. Budi mengikutinya dari belakang. Cahya semakin pucat saat melihat ada banyak orang dan kursi di teras rumahnya.
Budi.. ini ada apa?
Budi hanya bisa membalasnya dengan kebingungan dan keterdiaman.
CUT TO:
52. INT. RUMAH CAHYA - SIANG
Cast: Cahya, Budi, Ibu, Bapak
Di ambang pintu, Cahya berdiri lemas menatap kain yang menutup seseorang. Langkahnya lunglai saat mendekati jenazah itu. Tepat di depannya, Cahya terduduk tak berdaya. Dia melihat sekeliling mencari Bapak dan Ibu.
Cahya buru-buru menengok, berdiri, dan berjalan tergopoh-gopoh memeluk Ibu.
Ibu membalas pelukan Cahya sambil mengelus rambutnya. Cahya melepas pelukan itu saat mendengar tangis sesak milik ibu.
Ibu kenapa nangis? Jangan nangis.
(Menghapus air mata Ibu)
Tangisan ibu semakin tidak bisa ditahan. Tangisan Ibu pecah. Ibu menarik Cahya ke pelukannya.
Enggak. Kenapa minta maaf? Bapak nggak pernah salah.
(Melepas pelukan Ibu)
Ibu tidak menjawab. Dia hanya menatap Cahya sendu dengan air mata yang terus menetes.
Cahya menggeleng kuat. Kakinya bergerak mundur. Air matanya menetes. Lalu dia berlari dan duduk bersimpuh di dekat jenazah. Perlahan tangannya terangkat dan membuka penutup wajah di jenazah itu.
Cahya mundur sambil memegang kepalanya tidak percaya. Tatapannya terus tertuju pada wajah Bapak. Sementara air matanya turun semakin deras.
INTERCUT TO:
MONTAGE
53. Momen saat Bapak bahagia mendengar kalau Cahya peringkat satu di sekolah.
54. Momen saat makan bersama Bapak dan Ibu sambil bergurau.
55. Momen saat bertemu Bapak di pinggir jalan dekat sawah.
56. Momen saat Bapak tersenyum pada Cahya.
57. TALKING HEAD CAHYA