Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE IN
1. INT. KANTOR – RUANGAN CAHYA – PAGI
Cast: Cahya, karyawan perempuan
Di sebuah bilik bercat putih abu, tampak Cahya duduk menghadap computer. Jemarinya bergerak lihai di atas keyboard. Dengan mata yang sesekali melihat catatan appointment yang diletakkan di samping kiri.
CU: layar laptop menampilkan agenda kerja pimpinan selama seminggu. Cahya mem-block tulisan pertama di kolom kegiatan, menghapusnya, lalu diganti. Kemudian memencet ctrl+P dan meng-klik opsi print menggunakan kursornya.
Cahya berdiri. Mengetuk-ketukkan jari telunjuknya di meja sambil terus memperhatikan mesin print. Saat semua sudah selesai diprint, Cahya langsung memasukkannya ke dalam maps. Lalu buru-buru pergi membawa maps itu dan 2 berkas lain yang ada di meja.
2. INT. KANTOR – RUANGAN PAK PANDU – PAGI
Cast: Cahya, Pak Pandu, karyawan laki-laki
Cahya mengetuk pintu ruangan bosnya.
Cahya membuka pintu dan berjalan menghampiri Pak Pandu yang saat itu tengah berbincang dengan seorang karyawan laki-laki. Bersamaan dengan Cahya yang telah sampai di sisi meja, karyawan itu permisi keluar.
Cahya mengangguk kemudian duduk.
Ini berkas yang Bapak minta pagi tadi, Pak. Silakan.
Cahya menunggu Pak Pandu memeriksa berkas yang dibawanya.
Cahya tersenyum sopan.
Cahya memeriksa agenda kerja Pak Pandu di maps.
Pukul 10.00 nanti Bapak ada meeting dengan Bapak Raditya dari PT KRIYA untuk membahas proyek kerja sama pembangunan pusat perbelanjaan di Yogyakarta, Pak. Kemudian pukul 12.00 menghadiri peresmian kantor cabang PT RADIKA.
(Menatap Pak Pandu setelah menutup maps itu)
Cahya mengangguk sopan.
LONG SHOOT: Sepatu heels Cahya saat berjalan.
CUT TO:
3. EXT. DEPAN KANTOR – SORE
Cast: Cahya, Budi, Rayya
LONG SHOOT: Sepatu heels Cahya saat berjalan. (bersambung dengan adegan sebelumnya?
Cahya berjalan sambil menelepon. Saat memperhatikan sekitar, dia tidak sengaja melihat Budi berdiri di depan mobil menggendong Rayya yang sibuk dengan mainan mobil-mobilan di genggamannya.
(tersenyum sambil menggeleng kecil)
Cahya memasukkan ponselnya ke dalam tas. Saat itu, Budi menyadari kehadiran Cahya. Arhan menepuk lengan Rayya lalu menujuk Cahya saat Rayya menoleh.
Cahya melambaikan tangannya. Rayya meronta di gendongan Budi membuatnya diturunkan. Lalu Rayya berlari menghampiri Cahya. Diikuti oleh Budi yang berjalan pelan sambil memungut mobil mainan Rayya yang dilempar asal.
Cahya jongkok. Merentangkan kedua tangannya menunggu Rayya sampai kepadanya dan memeluknya.
Setelah pelukan terlepas, Rayya mencium punggung tangan Cahya dilanjutkan mencium pipi kirinya.
(pura-pura cemberut lalu memiringkan wajahnya)
(menepuk jidat)
Rayya mencium pipi kanan Cahya.
Rayya tersenyum menggemaskan membuat Cahya langsung menyerbunya dengan ciuman di kedua pipi sampai leher hingga membuat Rayya tergelak.
Saat Cahya sedang asyik bercanda dengan Rayya, tiba-tiba Budi datang.
Cahya ikut tersenyum malu-malu saat Budi memperlihatkan senyum jahilnya. Apalagi dengan alis yang terangkat.
Rayya membentengi Cahya dengan kedua tangan mungilnya. Menatap Budi layaknya musuh. Budi sebenarnya ingin tertawa dengan sikap sok anaknya, tapi dia tahan sama halnya dengan Cahya.
(melipat tangannya di dada)
(berkacak pinggang dengan badan condong)
Budi melepaskan lipatan tangannya. Memundurkan kepalanya sambil tersenyum tak habis pikir melihat sikap Rayya. Cahya yang sudah tertawa sedari tadi tidak luput dari penglihatan Budi.
(tersenyum)
Cahya tertawa lagi. Memutar badan Rayya.
Meskipun sudah menghadap Cahya, tapi Rayya menyempatkan diri untuk memberikan lirikan tajam untuk Budi. Bukannya terkesan menakutkan, lirikan itu malah terlihat lucu.
(Terkekeh lalu meraup wajah)
Rayya meminta untuk digendong dan Cahya menurutinya. Budi yang tahu langsung mengambil alih tas Cahya untuk dia bantu bawakan.
Cahya mengulurkan tangan mengambil tangan kanan Budi untuk diciumnya. Dilanjut Budi mencium kening Cahya. Dan seketika itu, Rayya teriak menggunakan suaranya yang melengking.
Rayya menangis. Melayangkan pukulan membabi buta dan terus menerus pada Budi. Tapi, bukannya menenangkan, Budi malah tertawa mengejek.
Rayya menangis semakin keras.
(Mendelik ke Budi)
Budi memelankan tawanya. Cahya mengelus punggung Rayya sambil membisikkan perkataan berharap dapat menghentikan tangisan Rayya.
(menyembunyikan wajahnya diceruk leher Cahya)
Cahya memberi isyarat menggunakan matanya agar Budi membantunya membujuk Rayya. Budi lalu mendekat dan mengelus rambut Rayya yang berada di gendongan Cahya seperti bayi koala.
Rayya diam saja.
Rayya menoleh. Tatapannya langsung fokus ke mobil-mobilan yang dipegang Budi. Matanya kembali berkaca-kaca dan dia menangis.
Kedua tangannya direntangkan menghadap Budi. Budi menerima Rayya sambil tersenyum. Menggendong Rayya –yang sudah berhenti menangis dan sekarang bermain dengan mobil-mobilannya- menggunakan tangan kirinya.
Rayya mengangguk. Kemudian Budi mencium pipi kanan dan kiri Rayya.
Budi menatap Cahya sedang tersenyum. Mereka berjalan menuju mobil yang terparkir di pinggir jalan depan gerbang kantor. Sampai di sana, Cahya membukakan pintu belakang membantu Budi mendudukkan Rayya di kursi khusus bayi. Kemudian Cahya duduk di kursi samping pengemudi dan Budi yang menyetir mobilnya.
4. TALKING HEAD CAHYA