Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
PLUS MINUS
Suka
Favorit
Bagikan
3. Bagian 11-17
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

DISOLVE TO

MONTAGE

11. Cahya mengenakan baju seragamnya, mengucir rambutnya menjadi satu ikatan, memasukkan beberapa buku tulis ke dalam tas dan keluar kamar dengan menenteng tas ransel.

12. Mengisi air ke dalam botol kemudian dimasukkan ke dalam tas. Ibu datang dan memberikan bekal makanan yang Cahya masukkan juga ke dalam tas.

13. Cahya mengenakan sepatu di depan pintu. Mencium tangan Bapak dan Ibu yang berdiri di depan rumah. Lalu mengenakan helm dan pergi ke sekolah dengan sepeda motor matic yang Bapak belikan saat dia kelas 9 SMP secara second.


14 INT. SEKOLAH – RUANG OTKP – PAGI

Cast: Cahya, Bu Guru, Ayu, murid


Cahya menaruh tasnya di samping bawah kursinya. Kemudian mengambil kertas hvs di meja guru. Cahya duduk paling depan bagian tengah menghadap mesin ketik manual yang terletak di atas mejanya.


BU GURU

(Masuk kelas dan menutup pintu)

Sudah masuk kelas semua?


MURID
SUDAH, BU.


BU GURU

Oke. Kalau gitu sudah bisa kita mulai, ya?

(Berdiri di tengah kelas)

Selamat pagi!


MURID
PAGI, BUK!


BU GURU
Bagaimana kabarnya hari ini? Ibu harap semua baik, ya!


MURID
BAIK, BUK!


BU GURU
Oke! Hari ini kita akan belajar bersama sampai jam istirahat pertama, ya? Ketika di tengah pelajaran ada yang sakit langsung bilang ke ibu dan bisa istirahat di UKS. Bagi yang ingin ke toilet akan Ibu izinkan asalkan tidak lebih dari 3 kali. Untuk yang tidak paham dan kesulitan, silakan angkat tangan dan bertanya. Kalau kalian hanya diam saja, Ibu tidak akan tahu dan pelajaran jelas akan terus dilanjutkan. Paham?


MURID

(Saling tengok kanan-kiri dengan wajah tegang dan pucat pasi)

PAHAM, BU!


Bu Guru kembali ke meja guru. Membuka buku kegiatan pembelajaran dan memeriksa pertemuan sebelumnya.


BU GURU
Kalian membawa barang yang Ibu suruh di pertemuan sebelumnya?


Semua murid buru-buru mengambil barang itu dari dalam tas masing-masing. Ada yang membawa eye mask, slayer, jilbab, dan selendang. Cahya sendiri membawa kacu pramuka.


BU GURU

(menghampiri Ayu yang duduk di meja depan pojok)

Punyamu mana?


AYU

(Menunduk)

Saya tidak bawa, buk.


BU GURU
Kenapa? Ketinggalan?


AYU

(Menggeleng)

Saya tidak punya.


Bu guru menatapnya, lalu berjalan menjauhi meja itu. Berhenti di tengah.


BU GURU

Tak kasih tahu ya! Saya menyuruh kalian membawa penutup mata itu nggak harus yang seperti ini.

(Mengangkat eye mask milik salah satu murid)

Enggak! Yang penting barang yang kalian bawa itu yang bisa digunakan untuk menutup mata kalian.


Bu guru mengembalikan eye mask itu dan berganti mengambil slayer, jilbab, selendang milik murid yang duduk di barisan depan. Lalu mengangkatnya.


BU GURU

Kalian bisa memanfaatkan barang-barang seperti ini. Atau kalau kalian benar-benar tidak punya salah satunya, kalian juga bisa membawa kacu pramuka. Saya yakin tidak ada yang tidak punya barang satu ini.

(Bu Guru menunjuk kacu pramuka di meja Cahya)

Silakan pasang kertas kalian! Hari ini kita akan mengetahui sejauh mana kemampuan mengetik kalian.


Ibu guru meletakkan semua barang itu di meja Cahya, lalu pergi ke meja guru. Cahya langsung mengembalikan barang-barang itu ke pemiliknya masing-masing. Lanjut memasang kertas hvs dan kertas karbonnya ke papan kertas.


BU GURU
Sudah dipasang semua?


CAHYA
Sudah, bu.


MURID
BELUM, BU!


Cahya menengok kanan-kiri canggung.


BU GURU

(Berjalan ke belakang kelas sambil membawa sebuah kertas)

Segera dipasang. Ibu kasih waktu 1 menit.


Semua murid semakin buru-buru, kecuali Cahya yang sudah selesai. Ayu terlihat panik dan melihat ke sekeliling. Sebelum akhirnya memberanikan diri untuk mengangkat tangan kanannya.


AYU
Bu!


Bu guru menoleh, tapi tidak menjawab.


AYU
Saya gimana, bu?


BU GURU
Ya terserah kamu. Saya sudah memberitahu untuk membawa penutup mata, mba, tapi kamu tidak membawa. Jadi, terserah kamu mau bagaimana.


Cahya menoleh dimana Ayu duduk di seberang mejanya. Kasihan melihat Ayu hanya menunduk. Dia ingin membantu, tapi dia hanya membawa satu penutup mata.


BU GURU
Waktu habis. Sekarang silakan tutup mata kalian masing-masing. Pastikan tidak ada celah yang bisa kalian gunakan untuk melihat.


Cahya mengalihkan pandangannya ke bu guru. Cepat-cepat mengambil kacu pramuka miliknya dan mengikatnya di bagian mata.


BU GURU
Letakkan jari-jari kalian ke rumahnya masing-masing.


Cahya menaruh jari tangannya di keyboard mesin tik. Merabanya sampai berhenti di huruf yang tepat.


CU: Jari-jari Cahya berada di atas keyboard mesin tik. Kedua ibu jari ada di spasi, telunjuk kiri di f, jari tengah kiri di d, jari manis kiri di s, kelingking kiri di a, telunjuk kanan di j, jari tengah kanan di k, jari manis kanan di l, dan kelingking kanan di :


BU GURU
Kalian harus menuliskan apa yang akan saya katakan. Apa yang kalian dengar, tulis! Kita mulai ya?


Cahya duduk tegak. Kepalanya lurus memperhatikan depan. Kakinya lurus menapak di lantai. 


BU GURU
Pendidikan merupakan persoalan bangsa. Bangsa yang maju diindikasikan bahwa pendidikannya berkembang untuk mampu ...


CU: Kertas hvs Cahya yang semula kosong langsung terisi tulisan sesuai dengan yang bu guru katakan.


15. EXT. JALAN PULANG – SIANG

Cast: Cahya, Bapak


Motor yang dikendarai Cahya melaju sedang. Cahya fokus pada jalan yang dilaluinya.


INSERT: Pemandangan sawah yang membentang di sisi kiri jalan dan gunung di sisi kanan jalan.


Cahya tiba-tiba mengernyit kemudian melihat ke spion. Sadar sudah melewati Bapak yang berjalan di sisi kiri jalan yang dilaluinya tadi. Cahya memencet sen kiri dan berhenti di pinggir jalan.


CAHYA

(Menoleh ke belakang)

BAPAK!


BAPAK

(Menyipitkan mata)

CAHYA? KAMU UDAH PULANG, NDUK?

(Berjalan cepat menghampiri Cahya)


CAHYA

(Mengangguk)

Iya. Bapak mau pulang? Tumben. Biasanya jam 4, kan?


BAPAK

(Sampai di samping Cahya yang masih duduk di motor)

Iya, nduk. Nanem padinya sudah selesai jadi Bapak bisa pulang walaupun belum jam 4.


CAHYA

(Mengangguk. Menurunkan pijakan kaki di motornya)

Yaudah Bapak naik. Kita pulang bareng.


Cahya mengambil alih karung yang dibawa Bapak kemudian ditaruh di bagian depan motornya (pijakan kaki). Setelah Bapak duduk, Cahya bertanya.


CAHYA
Sudah enak belum, Pak duduknya?


BAPAK
Sudah


Cahya menyalakan mesin motornya dan melaju sedang menuju rumahnya.


16. INT. RUMAH CAHYA – DAPUR – MALAM

Cast: Cahya, Ibu, Bapak


Cahya menyingkap gorden yang menjadi pemisah ruang tamu dan dapur. Dia melihat ibu yang memunggunginya sedang menggoreng tempe. Cahya berjalan menghampiri ibu.


CAHYA
Ibu kenapa nggak panggil aku? Kan bisa kubantu.


Cahya sudah berdiri di samping ibu yang saat itu beralih menambahkan garam ke dalam kuali kecil berisi sup bayam.


IBU
Tadi ibu lihat kamu baru belajar, jadi nggak ibu mintai tolong. Ibu masaknya cuma sedikit. Nggak dibantu kamu juga masih bisa ibu lakukan sendiri.


Cahya diam sebentar. Lalu mengambil tiga piring dan tiga sendok untuk ditata di atas meja makan. Setelah itu, dia mengambil tempe goreng dari serok untuk ditata di piring yang kemudian juga ditaruh di meja makan. Bersamaan dengan itu, sup bayam ibu matang.


IBU
Supnya tolong ditaruh mangkuk sekalian, ya? Ibu mau panggil Ayah dulu.


CAHYA
Memangnya Bapak dimana?


Ibu menoleh sebelum menyingkap gorden.


IBU
Ke gardu depan rumah itu lho. Tadi pada pasang lampu jalan, jadi Bapak ke sana buat bantuin.


CUT TO:


17. INT. RUMAH CAHYA – DAPUR – MALAM

Cast: Cahya, Bapak, Ibu


Cahya, Ibu, dan Bapak fokus makan dengan sesekali Cahya minum. Setelah menghabiskan makanannya, Bapak mengambil satu tempe untuk dimakan sambil menunggu Cahya dan Ibu selesai.


CAHYA

(Menyuapkan makanan terakhir)

Alhamdulillah. Masakan Ibu emang jos. Nggak pernah nggak enak.


IBU

(Berhenti sejenak saat menuangkan air ke gelasnya sambil tersenyum malu)

Kamu ini! Ndak usah muji Ibu gitu lho. Jadi malu.


Cahya dan Bapak saling tatap, kemudian tertawa.


CAHYA
Ibu ternyata bisa malu juga, ya?


Kali ini, Ibu yang sudah akan meminum air putih jadi diurungkan. Gelasnya bahkan kembali ditaruh di meja. Ibu menatap Cahya datar.


Cahya dan Bapak seketika diam.


BAPAK

(Melirik Ibu dan Cahya bergantian)

Cahya belum cerita tentang sekolah, kan hari ini? Bagaimana tadi? Ada yang mau diceritain ke Bapak sama Ibu?


Cahya mengangguk antusias. Menyingkirkan piring dan gelasnya ke sebelah kanan. Tangannya ditaruh di atas meja. Dengan wajah berseri-seri Cahya mulai cerita.


CAHYA
Tadi ada praktek mengetik. Bu guru bacain teks gitu terus kami disuruh nulis di mesin tik tapi matanya ditutup. Dan Ayah sama Ibu tahu nggak? Aku cuma salah dua kata aja.


Ayah dan Ibu tersenyum bangga. Membiarkan Cahya terus bercerita.


CAHYA
Terus siangnya habis istirahat, kami disuruh praktek mengetik lagi. Tapi bedanya matanya udah nggak ditutup. Teksnya juga dapat sendiri, nggak dibacain bu guru. Pas ini yang dinilai bukan hanya kata benarnya saja, tapi kecepatannya juga iya. Dan aku dapat nilai tertinggi.


Cahya mengakhiri ceritanya dengan senyuman lebar. Bapak tersenyum bangga. Ibu yang akan mengambil roti di lemari dapur menyempatkan diri untuk mengusap puncak kepala Cahya.


IBU
Selamat ya! Terima kasih sudah buat Bapak dan Ibu bangga lagi.


BAPAK
Dapat hasil paling tinggi dari teman-teman yang lain itu bagus, tapi lebih bagus lagi kalau kamu anggap itu bukan sebagai tujuan utama kamu. Karena daripada hasil, proses yang kamu lalui dan apa yang kamu pelajari itu yang terpenting. Nantinya yang kamu butuhkan bukan hasilnya saja, Nak. Tapi yang paling berguna adalah prosesnya dari yang kamu belum bisa sampai kamu bisa menemukan cara untuk sampai di hasil itu.


CAHYA
Iya, Pak. Bukan hasilnya yang harus aku ingat dan banggakan, tapi bagaimana caraku untuk sampai di hasil itu. Aku harus lebih ingat apa yang udah aku pelajari agar bisa berguna di masa depan. Benar, kan, Pak?


BAPAK

(Tertawa)

Kamu memang benar-benar pintar.


CAHYA

(Ikut tertawa)

Ya Bapaknya aja pintar. Anaknya juga iya dong.


Ibu datang membawa sebuah kotak. Kotak itu lalu ditaruh di atas meja dan dibuka.


IBU
Waktu penyuluhan kesehatan senin lalu katanya kecerdasan anak itu nurun dari ibunya, bukan bapaknya.


Cahya berhenti tertawa dan menarik kursinya mendekat ke Ibu. Cahya melongokkan kepalanya untuk mencaritahu apa yang ada di dalam kotak itu.


CAHYA
Iya, deh. Ibu bawa apa, bu?


IBU

Ini roti, nduk. Kamu nggak ngerti po?

(Mendelik ke Cahya)


Cahya tidak menggubris, tapi segera mengambil pisau khusus yang terselip di samping kardus lalu memotong roti itu.


IBU
Bapak ingat sama anak sulungnya Du Darman? Yang nikah sama orang Solo itu lho. Bapak ingat?


Bapak tampak mengingat-ingat.


BAPAK
Oh yang baru dapat anak cowok itu?


IBU
Iya yang itu. Kata Bu Darwan hari ini selapanan cucunya, jadi tadi dia bagi-bagi roti sama kita sama tetangga juga.


Bapak mengangguk-angguk. Menerima irisan roti yang diberikan oleh Cahya. Ibu juga.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar