Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Perjalanan Dinas (Bagian 1: Bandung-Cirebon)
Suka
Favorit
Bagikan
12. BANDUNG - CILEUNYI

76. (BANDUNG) EXT. JALAN RAYA — DAY


Suasana Jalan Gatot Subroto di siang hari tampak sangat ramai. Lalu lintas tampak semerawut. Pemandangan gersang yang minim pohon semakin menambah kesan panas.

Mobil berjalan pelan-pelan mengikuti arus kendaraan lain yang juga tersendat. Beberapa angkot tampak berhenti seenaknya di pinggir jalan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Beberapa kali terdengar suara klakson.


SFX: suara klakson


CUT TO


77. (BANDUNG) INT. JALAN RAYA — DAY


Fitra mengemudikan kendaraan dengan hati-hati. Matanya menatap awas ke kendaraan-kendaraan di depannya.


GYA
Eh, ini kita mau lewat mana jadinya?

FITRA
Kalo saya, sih, biasa lewat selatan.

GYA
Itu mana?

FITRA
Ini kita ke arah Cileunyi dulu. (sambil memegang kemudi dan matanya mengawasi depan) Nanti, dari Cileunyi, jalan terus ke Rancaekek. Habis itu, tinggal ikutin aja jalan utamanya. Paling nanti ada pilihan di Nagrek, mau lewat Malangbong atau Garut. Kalo lewat Malangbong, nanti lurus aja. Kalo lewat Garut, nanti belok kanan ke selatan.

GYA
Enakan lewat mana?

FITRA
Tergantung. (melirik spion, tampak Christie yang cuek saja) Kalo lewat Malangbong, enaknya cepet, tapi risikonya ketemu truk sama bus. Kalo lewat Garut relatif lebih sepi dari truk dan bus, tapi jalannya belok-belok.


Fitra dengan sabar melajukan mobil perlahan. Tangannya dengan cekatan memindahkan tuas perseneling dari D ke N untuk berhenti, dan ke D lagi untuk kembali berjalan. Jalanan di depan tampak padat. Di depan ada pertigaan. Fitra menyalakan lampu sign kanan untuk menuju Jalan Soekarno-Hatta.


FITRA (CONT’D)
Lihat saja nanti enaknya gimana.


Lajur masih tampak padat. Mobil terus melaju ke arah selatan hingga tiba di persimpangan. Fitra menyalakan lampu sign kiri dan membelokkan mobil ke kiri. Kini, mobil sudah memasuki Jalan Soekarno-Hatta.


DISSOLVE TO


78. (CILEUNYI) EXT. JALAN RAYA — DAY


ESTABLISH Bundaran Cibiru dan sekitarnya. Tampak antrean kendaraan menyemut selepas Bundaran Cibiru. Lajunya tampak perlahan. Semakin ke timur, kendaraan semakin padat. Dan semakin lama, laju perlahan itu berganti menjadi berhenti.

Tampak wajah-wajah cemas di balik kemudi. Beberapa sampai mengelap keringat. Dahi mereka berkerut-kerut dengan raut tidak sabaran. Sesekali terdengar suara klakson yang disahut dengan suara klakson yang lain.

Seorang penumpang kendaraan tampak membuka jendela, lantas menjulurkan kepala seperti ingin melihat ke depan. Tentu saja pandangannya terbatas oleh jarak dan kendaraan lainnya.


PENUMPANG MOBIL 1
Aya naon, yak? (bertanya pada supir yang ada di kendaraan yang terhenti di sebelah kirinya)

SOPIR MOBIL 2
Teu nyaho. Makin ke sana makin parah macetnya. Nggak kayak biasanya.


Tampak di antara kendaraan-kendaraan yang terhenti beberapa pedagang asongan menjajakan barang dagangan berupa air minum dalam kemasan dan makanan ringan seperti kacang dan snack dalam kemasan.


CUT TO


79. (CILEUNYI) INT. JALAN RAYA — DAY


Jam di dashboard menunjukkan pukul 01.17 PM. Fitra tampak gelisah di balik kemudi. Beberapa kali ia tampak melongok-longok ke depan.


GYA
Biasanya memang macet gini, ya?

FITRA
Macet … tapi kali ini macetnya luar biasa. (gelisah)


Di kursi belakang, Christie tampak terbangun dari tidur. Ia mengucek mata, kemudian memandang sekeliling.


CHRISTIE
Ini dimana? (kesadaran belum penuh)

GYA
Di…. (ragu, lalu menoleh ke Fitra)

FITRA
Cileunyi. Tinggal muter, terus belok kiri ke Rancaekek. Biasanya nggak semacet ini. (mengelap keringat)


Fitra akhirnya membuka kedua jendela depan dengan menggunakan tombol power window yang ada di dekat perseneling, kemudian mematikan mesin mobil.


FITRA
Kalau nyala terus, jangan-jangan malah kehabisan bensin.


Gya tampak melongok-longok ke depan. Kemudian membuka pintu mobil.


GYA
Aku mau keluar sebentar. Cari tahu kenapa macetnya parah gini. (lalu keluar)


Tampak Gya keluar dari mobil dan berjalan ke arah depan antrean.

ESTABLISH suasana jalan raya yang macet total.


DISSOLVE TO


80. (CILEUNYI) INT. JALAN RAYA — DAY


Fitra dan Christie berada di dalam mobil berdua. Keduanya tampak canggung. Sementara keadaan lalu lintas di luar kian semerawut. Christie membuka jendela di sampingnya hingga separuh menggunakan pemutar jendela manual yang menempel pada pintu.

Suasana di dalam mobil hening sesaat, sebelum tiba-tiba Christie berkata.


CHRISTIE
(tiba-tiba berkata) Dapat salam dari teman-teman di ruangan. (nada suara datar)


Fitra tersentak, lalu mengintip kaca spion dan tampak Christie yang tengah menatap lurus ke depan. Fitra tampak gugup ketika melihat mata Christie, tetapi berusaha menguasai diri.


FITRA
Wa alaikum salam.

CHRISTIE
Pada nanya kapan kamu balik.


Fitra kembali terdiam, meski matanya beberapa kali mencuri pandang ke kaca spion di atasnya.


CHRISTIE (CONT’D)
Ngomong-ngomong, saya salut, lho, sama teman-teman di ruangan. Dalam kondisi kayak gini, mereka tetap masuk kantor seperti biasa. Padahal, ruangan lain sering kosong, orang-orangnya udah banyak yang nggak mau masuk kantor.


Fitra lagi-lagi terdiam. Raut wajahnya menyiratkan perasaan tidak enak. Ada sedikit rasa bersalah, tetapi sekaligus kesal dan penyangkalan juga.

Sementara itu, di luar semakin banyak mobil yang mematikan mesinnya.


CUT TO


81. (CILEUNYI) EXT./INT. JALAN RAYA — DAY


ESTABLISH Kendaraan-kendaraan di sepanjang jalan satu arah di Cileunyi itu masih tidak bergerak. Beberapa orang tampak keluar dari mobilnya masing-masing. Ada yang ke depan untuk mencari tahu, ada juga yang sekadar duduk-duduk di pinggir jalan, dan ada juga yang membeli jajanan.

INTERCUT TO dalam mobil. Wajah Fitra tampak gelisah.


FITRA
Tolong bilang ke teman-teman. Saya nggak usah ditunggu. Seperti yang dulu pernah saya sampaikan, saya akan mengundurkan diri jika saya sampai dipindah.


Fitra kembali diam-diam melirik kaca spion, ingin tahu reaksi Christie.


CHRISTIE
Saya harap kamu nggak lupa dengan kontrak yang dulu pernah kamu tanda tangani sewaktu mendaftar CPNS.


Fitra lagi-lagi hanya diam.


CHRISTIE (CONT’D)
PNS itu…. (melirik Fitra sebentar, tampak Fitra yang tetap memandang lurus ke depan) Harus bersedia ditempatkan di mana saja.


Fitra memang menatap lurus ke depan dengan ekspresi cuek. Namun, genggamannya di kemudi menguat.


CHRISTIE (CONT’D)
Kalau kamu mau tahu, teman-teman sekarang sering banget direpotkan sama surat permohonan pindah yang banyak banget. Saya…. (PAUSE) Kalau kamu mau tahu, saya pun bisa dengan mudah pindah ke ditjen lain, dan tetap di Kementerian Infrastruktur. Saya punya banyak kenalan. Dan, saya adalah kepala kepegawaian. Mengakali peraturan, buat saya gampang saja. (kembali melirik Fitra). Tetapi tidak saya lakukan.


CUT TO


82. (CILEUNYI) EXT./INT. JALAN RAYA — DAY


Antrean kendaraan benar-benar terhenti total. Tampak wajah-wajah baik pengemudi maupun penumpang yang semakin gelisah, kusut, dan kesal.

Fitra masih mematung di kursi kemudi. Berpura-pura tidak mendengar, tetapi raut wajahnya jelas terlihat gelisah. Beberapa kali napasnya naik-turun seperti ingin memuntahkan sesuatu.


CHRISTIE
Ketika Peraturan Presiden keluar dan Pak Menteri memerintahkan untuk melaksanakannya. Maka, hanya ada satu hal yang harus saya lakukan. (menatap Fitra yang duduk di depan)


Wajah Fitra tampak tegang.


CHRISTIE (CONT’D)
Laksanakan! (PAUSE) Laksanakan dengan penuh tanggung jawab!


CUT TO


83. (CILEUNYI) EXT. JALAN RAYA — DAY


Gya berjalan di sela-sela kendaraan. Ia sudah tiba di putaran “U-Turn” yang menuju Rancaekek. Tampak papan penunjuk jalan bertuliskan: Sumedang lurus (tanda panah) dan Garut memutar (tanda panah).

Jalan yang lurus menuju Sumedang tampak lengang karena terkunci kendaraan-kendaraan yang ingin berputar. Masalahnya, dari sejak jalur putar, kendaraan berhenti total.


GYA
Ada apa, sih?


Gya celingukan, hingga akhirnya melihat beberapa orang polisi di jalur seberang. Gya pun menghampiri mereka.


CUT TO



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar