Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 59
INT - Ruang Consul Psikiater - dua bulan setelah ibu keluar RS
Seorang psikiater terlihat sedang duduk di meja kerjanya membaca laporan, lalu ada yang mengetuk pintu dan masuk. Orang itu adalah Dias.
Psikiater
Ayo masuk Dias, duduk.
Mau kopi?
Dias
Boleh tante, yang dingin ada?
Psikiater
Yang dingin beli di cafe, di ruangan ini, tante cuma mengijinkan kopi yang panas
Dias
Oh iya aku lupa tante penikmat kopi panas sejati
Psikiater
Anak ini kenapa kok jadi pelupa?
Dias
Dias beranjak dari kursinya menuju mesin pembuat kopi
Aku bikin sendiri aja tante
FLASH CUT
Dias dan Psikiater sama-sama sedang menikmati kopinya lalu psikiater mulai membuka pembicaraan
Psikiater
Dias mau bicara apa?
Tentang pasien yang mau kamu bantu tante konsul itu?
Bukannya bulan lalu kamu bilang pasiennya tidak jadi perlu konsultasi ya?
Dias
Terlihat ragu menjawab pertanyaan psikiater
Lalu mulai bercerita
FLASH CUT
Psikiater
Hmmmm jadi begitu ceritanya
Lalu yang sekarang Dias rasakan dan pikirkan apa?
Dias
Aku merasa sedikit bersalah dengan kebohongan yang sudah kulakukan terhadap ibunya.
Psikiater
Tersenyum jahil mendengar Dias mengucapkan ”sedikit bersalah”, menurut psikiater, Dias masi belum bisa sepenuhnya mengakui perasaannya
Mendengar dia punya perasaan untukku, dan aku masih suka melihat dia di kampus, tapi seperti orang yang tidak saling kenal
Rasanya sangat tidak nyaman dan membingungkan.
Psikiater?
Yang bikin Dias bingung apa?
Tersenyum sedikit menggoda Dias
Biasanya wanita senang mendengar ada pria baik yang menyatakan perasaan untuknya
Dias
Ya….
Aku merasa nyaman tante berada diantara keluarganya, terutama Ibunya
Karena aku serasa menemukan sosok ibu
tapi sekarang kita sudah tidak berhubungan dekat seperti dulu, dan aku merasa ada yang hilang tante
Tapi aku sendiri bingung perasaan yang hilang itu apa
apa aku memiliki perasaan juga pada dia atau karena aku membutuhkan ibunya?
Psikiater
Dias, tante akan bicara sebagai profesional ya
Dias sekarang bingung untuk mengidentifikasi perasaan Dias sendiri, karena Dias merasa itu adalah hal yang baru untuk Dias
Tapi tante yakin sekali kalau Dias mau mencari tahu, pada akhirnya Dias akan mendapatkan jawabannya sendiri
Dias
Aku sendiri belum yakin, kenapa tante bisa yakin?
Psikiater
Dengan Dias mau datang menemui tante dan menceritakan semua pikiran Dias, itu adalah tahap pertama yang sukses
Tersenyum melihat wajah Dias yang tampak tercengang
Sekarang tante tanya lagi,
Jawaban Dias ini akan membukrisan keyakinan tante benar atau salah
Dias
Tanya apa tante?
Psikiater
Dias mau berusaha mencari tahu apakah Dias hanya membutuhkan sosok ibunya atau Arian juga?
Dias
Berpikir sejenak
flashback - Mengingat-ngingat kenangan bersama ibu dan Arian
Menjawab dengan suara pelan
Mau tante
Psiakter
Tersenyum bangga dan mengelus tangan Dias
Kalau Dias sudah memutuskan begitu artinya tugas tante sekarang sudah selesai
Dias
Tersenyum menandakan terimakasih dan memahami maksud perkataan psikiater
SCENE 60
INT - RUANG KELAS
Dias, Arian terlihat sedang mengerjakan ujian semester.
Dias selesai lebih dahulu, mengumpulkan lembar ujian ke meja dosen dan keluar meninggalkan kelas.
Arian melihat Dias meninggalkan kelas, sedikit berharap Dias melihatnya tetapi Dias berjalan lurus ke arah pintu keluar.
SCENE 61
INT - LORONG KAMPUS -SIANG HARI
Arian keluar dari ruang kelas diikuti Bara.
Arian melihat Dias sedang berbincang dengan Dion yang menurut rumor menyukai Dias dan selalu berusaha mendekati Dias.
Melihat pemandangan itu Arian membalikan badan, berusaha tidak memperdulikan tetapi ekspresinya menunjukan kekecewaan.
Dias melihat Arian membalikan badan dan berjalan ke arah Arian, meninggalkan Dion.
Menyadari perubahan raut wajah temannya, Bara mengajaknya meminum kopi di cafe langganan,
Bara
Menepuk pundak Arian
Bro, kita rayain beres ujian, yuk kita ngopi
Dias
Memanggil Arian
Arian
Arian
Menyadari pemilik suara tersebut lalu membalikan badan dengan ekspresi tidak percaya.
Kamu, memanggil saya?
Dias
Menjawab dengan percaya diri
Iya
Ujian sudah selesai, kamu ada acara tidak?
Gimana kalau kita makan siang bareng?
Bara
Menyaksikan dan mendengar pembicaraan mereka dengan raut wajah tidak percaya
Arian
Merasa canggung dan tidak percaya mendengar Dias mengajaknya makan bersama
Dias
Melihat raut wajah Arian, Dias tersenyum hangat dan mendorong badan Arian
Bara
Berteriak seakan tidak percaya
THE END