Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 20
INT - RUMAH Arian - MINGGU 1 AGT - 14.00
Arian dan Ibu terlihat sedang dalam pembicaraan yang intense, sedikit bertengkar
Arian
Ibu, apa susahnya sih bu minum obatnya?
Ibu
Buat apa? Toh nanti ibu juga pasti meninggal
Arian
Jangan bicara begitu bu, aku kan jadi kepikiran
Ibu
Ibu yang seharusnya lebih memikirkan kamu Nak,
Kamu sampai sekarang masih betah sendiri. Bukannya mencari pasangan malah sibuk bekerja.
Arian
Apa salahnya bu, aku seperti ini kan demi menjaga Ibu juga?
Ibu
Ibu tidak mau seperti itu caranya
Kalau saja kamu punya pasangan seperti dokter risa, muda, cantik, penuh perhatian. Ibu pasti semangat untuk hidup lebih lama karena ingin melihat kamu bahagia
Arian
Terkejut mendengar jawaban Ibu
Aku sekarang juga bahagia Bu bisa merawat Ibu
Ibu
Ibu gak butuh kamu merawat Ibu, Ibu ingin kamu merawat dan menyayangi diri sendiri.
Arian
Tiba-tiba terlintas ide dalam benaknya dan bertanya pada ibu dengan nada ragu
Memang kalau aku punya pasangan kayak risa, Ibu jadi mau sembuh dan minum obatnya?
Ibu
Sembarangan kamu kok panggil risa,
Dokter risa
Arian
Ibu sih gak bilang ke aku kalau Ibu dirawat sama dokter risa,
Dia kan teman sekelas aku dikuliah bisnis bu..
Tapi kalau di kelas dipanggilnya dias
Ibu
Terkejut lalu tersenyum
Temen kuliah? Teman dekat?
Pantas begitu melihat dokter risa, pandangan kamu langsung beda
Arian
Merasa canggung mendengar jawaban Ibu
Ibu
Wah jangan-jangan ini namanya jawaban Tuhan atas doa-doa Ibu ya?
Arian
Udah sekarang minum dulu obatnya yuk bu..
Ibu
Kalau kamu bisa jadikan dokter risa sebagai pacar kamu,
Ibu habiskan ini obat sekali teguk
Meminum obatnya
Arian
Nah gitu dong bu..
IBU
Jadi gmn itu dokter risa?
Arian
Tersenyum jahil lalu masuk ke kamar
SCENE 21
INT - RUMAH Arian - MINGGU 1 AGT - 20.00
Arian sedang di kamarnya, memegang telepon selular, terlihat sedang merenung dan berpikir.
Berusaha menuliskan kata-kata untuk mengirim pesan ke Dias tapi berkali-kali di hapus..
Sampai akhirnya pesan terkirim.
“Malam Dias, sorry ganggu. Mau cerita kalau saya berhasil bikin Ibu minum obatnya hari ini, kondisinye terlihat fit setelah minum obat.
Tapi saya butuh bantuan kamu biar Ibu tetap rutin minum obatnya.”
Selesai mengirimkan pesan, Arian terlihat cemas dan tidak mau melihat telepon selularnya.
Beberapa kali bergumam sendiri
“Duh kacau gw nih”
SCENE 22
INT - APARTEMEN Dias - MINGGU 1 AGT - 20.06
Dias sedang membaca buku anak bergambar dan menerima pesan di telepon selularnya lalu membacanya dan segera membalasnya
“Malam. Terimakasih, semoga kondisi Ibu selalu fit. Apa yang bisa saya bantu?”
SCENE 23
DOUBLE SHOOT
INT - KAMAR Arian -
INT - APARTEMEN Dias -
Arian membalas pesan Dias
“Panjang kalau saya jawab di text. Saya udah cek jadwal praktek kamu, bisa ketemu besok selesai kamu praktek, jam 12 siang?”
Dias membalas pesan Arian
Besok di rumah sakit jam 5 saja. Terimakasih
Arian
Kegirangan dan juga bingung mempertanyakan apakah yang akan dilakukannya benar atau tidak
Dias
Melanjutkan membaca buku bergambar anak.
SCENE 24
INT - MEJA KERJA Bara - SENIN 2 AGUSTUS 15.05
Suasana kantor masih penuh dengan karyawan yang bekerja. Bara terlihat sedang berdiskusi dengan rekan kerjanya namun Arian berjalan mendekati pintu keluar sudah membawa tas, seperti akan pulang. Bara lalu berjalan cepat ke arah Arian
Bara
Lho lho? Ini jam gw yg salah apa ada keajaiban karyawan teladan mau mangkir pulang cepet?
Arian
Ijin.
Ada urusan pribadi
Bara
Merasa aneh mendengar jawaban Arian yang selama ini tidak pernah ijin apalagi untuk urusan pribadi
Lho lho lho…
Arian
Berlalu meninggalkan Bara sambil tersenyum jahil
SCENE 25
INT - Cafetaria rumah sakit - 2 agustus 16.03
Arian sengaja datang satu jam lebih awal karena tidak ingin terlambat. Dia sangat gugup, memesan bergelas-gelas kopi dan berusaha melatih apa yang akan dia bicarakan pada Dias.
Tidak lama ada dua orang perawat melewati meja Arian sambil berbincang-bincang
SUSTER cafe 1
Kasihan ya pasien tadi, dia itu pasien dokter Yudi yang sudah sembuh dan keluar rumah sakit sebulan lalu.
Eeeeh sore tadi ke rumah sakit karena kecelakaan
SUSTER cafe 2
Terus sekarang kondisi pasiennya bagaimana?
SUSTER CAFE 1
Masih di UGD, untung saja ada dokter risa standby, jadi di tangani dokter risa dulu sambil menunggu dokter yudi datang
Mendengar pembicaan itu, Arian meninggalkan mejanya dan berjalan ke arah UGD
SCENE 26
INT - PINTU UGD - 2 agustus 16.09
Arian berdiri di samping pintu UGD, berusaha melihat ke arah ruangan.
Terlihat Dias sedang menangani pasien, Dias bekerja dengan sangat tangkas dan memberi perintah kepada para perawat untuk menaikkan juArianah darah yang masuk ke pasien. Baju Dias terkena banyak cipratan darah.
Tidak lama Dokter Yudi datang. Dias memberi penjelasan kondidi pasien lalu mereka semua bersiap-siap masuk ke ruangan operasi.
Melihat Dias masuk ke ruang operasi, Arian tersenyum seperti terlihat bangga.
Arian lalu berjalan kembali ke meja cafetaria.
SCENE 27
INT - Cafetaria rumah sakit - 2 agustus 19.15
Arian terlihat masih duduk di meja cafetaria.
Dias berjalan ke arah meja Arian sambil melihat pesan di telepon selulernya.
Dias terlihat membawa dokumen Medical Record.
Dias
Datang dan duduk di meja
Maaf menunggu lama, tadi ada emergency.
Saya kira kamu sudah pulang.
Untung kamu kirim pesan jadi saya datang ke sini
Arian
Iya gak apa-apa kok.
Saya juga tadi lihat kamu sedang menangani pasien di UGD.
Gimana kondisi pasiennya?
Bisa selamat kah?
Dias
Kondisi pasien bisa kita selamatkan. Sekarang sedang diselesaikan operasinya.
Merasa aneh mendengar Arian tadi ke UGD
Kamu tadi ke UGD ada perlu apa?
Arian
Terlihat tidak siap dengan pertanyaan Dias
Oh..
Itu..
Mau cari Dokter yang menangani Ibu dulu, ada titipan makanan dari Ibu
Berusaha cepat mengalihkan perhatian
Syukurlah pasien tadi selamat.
Kamu dokter yang sangat kompeten ya.
Dias
Itu memang sudah tugas dokter bukan untuk menyelamatkan pasien dengan usaha maksimal?
Jadi, apa yang bisa saya bantu?
Arian
Ini kebetulan waktunya makan malam, apa mau sambil pesan makan?
Dias
Ah iya benar juga
Memanggil petugas cafetaria untuk meminta buku menu
Time Cut :
Makanan dan minuman terhidang di meja
Walaupun mereka hanya berdua, makanan yang datang terlihat untuk porsi 3 orang.
Dias terlihat mulai menyantap makanannya.
Arian
Emm kalau habis operasi rasanya capek sekali ya sampai jadi lapar banget?
Dias
Oh engga, kebetulan gak sempet makan siang. Jadi lapar banget sih iya, cuma bukan karena capek operasi.
Arian
Mengangguk kebingungan, tidak tahu harus komen apa, khawatir jika melontarkan lelucon dianggap tidak sopan, lalu berusaha mencari topik obrolan.
Saya tuh sampai gak ngeh kalau kamu itu dokternya Ibu.
Disini kamu dipanggil dokter risa, kalau di kampus dipanggilnya dias..
Dias
Ini nama lengkap saya.
Menunjukan ID card ke arah Dias . Terlihat nama lengkap Dias yaitu : dr. Diasrisa Soedjono
Arian
Kalau nama lengkap kamu, saya sudah hapal sejak lama
Arian tidak sadar melontarkan pernyataan yang menyatakan dia sudah memperhatikan Dias sejak lama, lalu merasa canggung setelah menyadari apa yang dia katakan
Dias
Tidak menyadari maksud perkataan Arian lalu melontarkan tebakan
Oh jadi maksud kamu, kamu mau bertanya kenapa di rumah sakit ini saya dipanggil risa?
Di rumah sakit ini ada dokter senior yang dipanggil dokter Dias. Jadi biar tidak membingungkan, saya prefer dipanggil risa disini.
Arian
Merasa tenang karena Dias bisa mengalihkan pembicaraan, lalu menjawab sambil tersenyum sedikit jahil
Ohh jadi begitu, seperti cerita di film-film..
Dias
Tidak membahas panjang dengan jawaban Arian, tapi langsung meengarahkan ke inti pembicaraan
Saya sudah membaca medical record Ibu
Membuka medical record dan menunjukan ke Arian
Disini ada catatan Ibu pernah konsul ke psikiater bertahun tahun lalu.
Saya juga sudah kontak psikiater kerabat saya, dan beliau siap untuk membantu.
Kamu butuh di bantu tentang itu bukan?
Arian
Terkejut dengan pertanyaan Dias
Bukan.. bukan itu..
Kamu sampai
mempelajari Medical record Ibu?
Dias
Terlihat tidak percaya dengan jawaban Arian, tapi berusaha menjawab dengan percaya diri
Iya karena saya belum pernah bertemu pasien seperti Ibu, yang merasa tidak ingin sembuh sampai menolak meminum obat.
Saya merasa harus cari tahu lebih banyak.
Kalau bukan minta bantuan psikiater, lalu apa?
Arian
Boleh saya ceritakan dari awal?
SCENE 28
Flashback :
2002
Ibu, Ayah dan Arian muda (13 tahun) sedang berada di kamar rawat. Pasien adalah seorang wanita muda berusia 16 tahun, dia adalah kakak Arian, saat itu kondisi pasien sedang tidur.
Dokter dan suster memasuki kamar rawat. Dokter menjelaskan hasil test kepada keluarga. Kakak Arian mengidap penyakit jantung, diidentifikasi hal itu terjadi karena faktor genetik.
SCENE 29
Flashback
2004
2 tahun kemudian sejak sakit, Kakak Arian meninggal (di usia 18). Di ICU Ibu menangis meraung-raung, berusaha ditenangkan oleh Ayah. Arian (15 tahun) menangis menggerak-gerakan badan kakak.
SCENE 30
flashback
2009
Suasana di pemakaman. Ayah meninggal karena Stroke. Di sekeliling pemakaman penuh orang yang melayat. Ibu menangis tidak bersuara, sambil memeluk Arian (19 tahun) yang menangis tersedu-sedu. Pandangan ibu terlihat sangat kosong.
BACK TO SCENE
SCENE 31
Dias
Mendengar cerita Arian, raut muka Dias terlihat seperti merasakan kenangan pahit. Matanya sedikit berair namun ia langsung berusaha mengalihkan fokus.
Saya minta maaf dan turut berduka cita atas semua kehilangan yang terjadi di keluarga Ibu dan kamu.
Arian
Terimakasih.
Sejak kakak meninggal, Ibu berhenti bekerja. Ibu merasa penyakit jantung yang di derita kakak adalah faktor kesalahan Ibu.
4 tahun kemudian Ayah yang meninggal. Ibu benar-benar terpukul dan konsul ke psikiater untuk mengendalikan rasa traumanya.
Dias
Syukurlah kalau Ibu sempat ditangani kondisi mentalnya.
Lalu sekarang?
Arian
Awalnya Arian datang dengan perasaan ragu dan gugup, tetapi melihat respon yang baik dari Dias selama mendengar cerita masa lalu keluarga Arian, Arian merasa lebih mudah untuk menjelaskan isi pikirannya.
Jujur ini adalah hal yang paling sulit untuk saya jelaskan, saya harap kamu bisa memaklumi.
Dias
Mengangguk sambil menyeruput minumannya
Arian
Ibu pernah bilang ke kamu waktu konsul kalau “Ibu hanya kepikiran saya sebagai anak satu-satunya, karena sendirian”
Maksud ibu itu adalah, Ibu ingin saya memiliki pasangan.
Tidak berani melihat Dias ketika berbicara kalimat itu.
Dias
Lalu?
Arian
Ibu baru tahu beberapa hari lalu kalau kamu adalah teman sekelas saya di kampus, dan Ibu membujuk saya untuk mendekati kamu sebagai calon pasangan saya. Sepertinya ibu menyukai kamu.
Dias
Merasa tidak mengerti
Jadi saya harus bagaimana?
Arian
Bagaimana kalau kita berpura-pura dekat?
Mulai merasa grogi dan meminum minumannya dengan sangat cepat
Dias
Pura-pura menjadi pasangan?
Arian
Mengangguk sambil menyeruput minuman
Dias
Terlihat berpikir sejenak
Astaga saya kira saya diminta bantuan untuk referensi tindakan medis.
Bergumam sendiri seperti tidak mempercayai tebakannya bisa salah
Kenapa saya bisa salah tebak ya?
Lalu kalau kita berpura-pura jadi pasangan, kamu bisa menjamin Ibu akan rutin mengkonsumsi obat sesuai dosis sampai waktu operasi?
Arian
Menggangguk
Ibu bilang akan semangat menjalani pengobatan jika saya punya pasangan
Dias
Menjawab tanpa ragu
Okay, lets do it
Arian
Terkejut seakan tidak percaya dengan respon Dias yang sangat cepat
Dias
Tugas saya berpura-pura jadi pasangan kamu, dan tugas kamu memastikan Ibu mengkonsumsi Obatnya.
Kita hanya harus melakukan ini sekitar 6 minggu kedepan, sampai operasi saja.
Arian
Masih tidak percaya mendengar jawaban Dias
Dias
Melihat jam tangannya sudah menunjukan pukul 20.15
Maaf saya ada pekerjaan lagi. Saya pamit duluan.
Untuk detailnya tolong dikirim lewat chat saja ya.
Selamat Malam
Arian
Oke, Selamat Malam Dias
Melihat Dias berjalan dan masih tidak percaya bahwa Dias langsung setuju dengan rencana Arian.