Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
PARALLEL of Arian and Diasrisa
Suka
Favorit
Bagikan
6. Chapter #6

SCENE 41

INT - Ruang Keluarga Rumah Arian - senin 23 agustus 19.30

 

Arian selesai mandi dan menghampiri Ibu yang sedang bersantai di depan TV.

IBu sedang asik melihat telepon selularnya.

 

Arian

Ibu, Obatnya sudah di minum?

 

Ibu

Ya sudah dong nak

 

Arian

Aah iya, melihat ibu sehat dan ceria seperti itu harusnya aku gak tanya ya, karena ibu pasti rutin terus minum obatnya sekarang

 

Ibu

Nak, Ibu ceria dan sehat itu bukan karena minum obat.

Tapi karena kamu dan Dias

 

Arian

Sekarang Ibu panggilnya Dias? Bukan dokter risa lagi?

 

Ibu

Ya kalau di rumah sakit Ibu panggil dokter.

 

Tapi ini kan Ibu lagi bicara dengan pacarnya dokter risa, ya ibu panggil namanya dong. Masa ke calon mantu panggilnya dokter

 

Arian

Mendengar jawaban ibu, dan mengingat pembicaraannya dengan Dias beberapa hari lalu di apartemen membuatnya tersedak ketika minum air

 

Bu, aku tuh ya baru di tahap awal-awal bu sama Dias.

 

Ibu kok mikirnya jauh gitu sih.

 

Ibu

Haduh kamu itu ya kok jawab seperti itu sih?

 

Ucapan seorang ibu itu adalah Doa.

 

Kalau Ibu sudah mengucapkan begitu, ya tugas kamu berusaha dong biar jadi kenyataan

 

Arian

Merasa tidak nyaman dengan obrolan dengan Ibu lalu berusaha mengalihkan pembicaraan dan memindahkan channel TV dengan remote.

 

Itu ibu daritadi liat apa sih bu di handphone?

Tumben Ibu main handphone lama-lama

 

Ibu

Tersenyum tersipu

 

Ini lho nak, Ibu lagi lihat foto-foto keluarganya Bu Dina (tetangga) di social media, mereka habis liburan di villa. Suasana villa nya kelihatannya sejuk dan nyaman banget.

 

Ibu jadi ingin coba menginap di villa itu juga

 

Arian

Melihat ibu dengan hampir tidak percaya

 

Lalu meminta handphone ibu dan melihat foto-foto keluarga tetangga yang ibu ceritakan

 

Ibu sejak kapan sih jadi lihat-lihat social media?

Terus kenapa jadi ikut-ikutan pengen nginep di villa?

 

Ibu

Tersenyum

Mungkin artinya ibu sekarang bahagia nak

 

Arian

Yasudah, Aku kebetulan juga lagi gak ada kerjaan urgent di kantor.

Sabtu ini kita pergi ya Bu, kita nginap disana satu malam.

 

Ibu

Kita saja?

 

Arian

Ya memang mau dengan siapa lagi?

Masa mau ajak Ibu Dina?

 

Tersenyum jahil seperti tidak mengerti maksud pertanyaan Ibu lalu berjalan meninggalkan Ibu dan masuk ke kamarnya.

 

Ibu

Bergumam sendirian

 

Hah.. anak itu memang sudah terlalu lama sendiri, jadinya tidak peka sama sekali..

 

SCENE 42

INT - Ruang Kampus - rabu 21 agustus 21.30

 

Kegiatan kelas telah selesai, semua mahasiswa bersiap-siap pulang.

Dias terlihat berjalan menuju kursi Arian yang masih membereskan barang-barangnya. Disamping Arian, Bara juga

 

Dias

Arian, bisa bicara sebentar?

 

Bara

Terlihat kaget

 

Arian

Oh, oke bisa..

 

Bara

Bro, katanya kita mau ngopi?

 

Arian

Tunggu di cafe, ntar gw nyusul

 

Dias berjalan ke arah lorong kelas diikuti Arian.

Bara melihat dengan muka bingung

 

SCENE 41

INT - Lorong Kampus - rabu 21 agustus 21.35

 

Dias

Tadi sore jadwal ibu kontrol, kondisinya stabil dan hasil test nya baik. Saya rasa jika kondisinya stelalu stabil seperti ini kita bisa on schedule untuk jadwal operasi Ibu 2 minggu lagi.

 

Arian

Menjawab dengan ekspresi datar. Perasaan hatinya masih terluka mengingat pembicaraannya dengan Dias di apartemen, jadi sulit baginya untuk menunjukan ekspresi hangat.

 

Alhamdulillah, terimakasih sudah memberi tahu saya.

 

Dias

Ibu juga mengajak saya untuk ikut kalian menginap di villa weekend ini.

Memang ada agenda apa ya menginap di villa?

 

Arian

Terbelalak kaget mendengar pernyataan Dias

Ibu mengajak kamu?

 

Dias

Iya, ibu bilang ini pertama kalinya ibu ingin menginap di villa sejak belasan tahun lalu. Jadi rasanya sangat bersemangat dan sangat mengharapkan saya untuk bisa ikut.

 

Mencoba menebak

Kalau hitungan saya benar, apa itu artinya sejak kakak kamu meninggal?

 

Arian

Menjawab dengan nada ketus

Kalau tentang angka, pikiran kamu memang selalu benar ya

 

Dias

Menyadari jawaban ketus Arian dan mengernyit heran

 

Arian

Iya, keluarga kami biasa menginap di villa saat weekend karena kakak sangat senang. Tapi semenjak kakak meninggal, Ibu tidak pernah mau lagi menginap di villa

 

Dias

Hmmm jadi benar sesuai dugaan saya.

 

Baiklah kalau begitu.

 

Arian

Kamu..

Gak apa-apa ikut ke villa?

 

Dias

Memangnya kenapa?

Jadwal saya juga kebetulan kosong, tidak ada operasi di hari sabtu besok

 

Arian

Bukan begitu, maksud saya, Dias…

 

Emmmm…begini…

 

Menurut saya permintaan ibu itu terlalu berlebihan

 

Tidak apa-apa jika kamu tidak mau

 

Dias

Tadi saya jawab, saya bisa

 

Arian

Merasa ragu tapi akhirnya berani mengatakan dengan tegas

 

Saya bukan berpikir tentang kamu bisa atau tidak, tapi kamu mau atau tidak

 

Dias

Terkejut dengan nada bicara Arian yang tegas dan keras

 

Apa bedanya?

Yang penting kan saya memenuhi permintaan Ibu?

 

Arian

Bedanya?

 

Mungkin kamu tidak menyadari kalau Ibu dan saya punya perasaan.

 

Saya akui kalau kepura-puraan kita selama ini, ide saya itu, sangat membantu memberi ibu semangat untuk mau sembuh.

 

Tapi saya tidak seperti kamu yang menghitung semua hal secara matematis.

 

Saya punya perasaan. Dengan semua kedekatan kita selama ini, saya tidak bisa menjaga perasaan saya dan membedakan mana yang bohong dan mana yang kenyataan.

 

Saya juga salah tidak menyangka bahwa ibu akan sesayang itu dengan kamu, dan itu adalah masalah yang harus saya pikirkan nantinya.

 

Dias

Hanya terdiam mendengar jawaban Arian

 

Arian

Maaf Dias, saya gak bisa terlarut-larut dalam kebohongan ini.

 

Dias

Maksud kamu apa?

 

Arian

Saya rasa kita harus bicara jujur dengan Ibu

 

Dias

Saya rasa di awal kita sudah sepakat untuk melakukan ini sampai operasi selesai.

 

Arian

Oh ya, tenang saja.

Saya tidak akan menghancurkan rekor kamu.

 

Saya akan cari cara lain agar kondisi ibu bisa tetap stabil sampai sebelum operasi.

 

Arian berjalan meninggalkan Dias seorang diri

 

 

SCENE 42

INT - Cafetaria Kampus - rabu 22 agustus 21.50

 

Arian dan Bara duduk di cafetaria kampus. Terlihat minuman di meja mereka. Arian yang biasanya hanya memesan kopi, kali ini terlihat memesan bir/alkohol.

 

Bara

Bro, lu lagi gak baik-baik aja ya?

 

Arian

Semua salah gw

 

Bara

Ehh bentar-bentar-bentar….

 

Nih gw paling gak demen nih kalau lo udah mengeluarkan kebiasaan lo, nyalahin diri lo sendiri terhadap semua keadaan

 

Emang kenapa sih, ada masalah apa sama Dias?

 

Kelihatannya semua baik-baik aja bukan, ya at least sampai tadi sebelum kalian bicara serius 4 mata..

 

SCENE 43

Flashback

Arian menceritakan kejadian di apartemen dias kepada bara

 

SCENE 44

INT - Cafetaria Kampus - rabu 22 agustus 22.00

 

Bara

Berbicara dengan nada berapi-api

Ih Dias ya kesel deh gw ampun, berani-beraninya main-mainin sahabat gw ya

Kalau dia laki, udah gw hajar tuh, gw baretin mobilnya sekalian dahh

 

Lalu nada bicaranya berubah menjadi sangat tenang

Tapi itu tindakan orang yang belum dewasa bro

 

Sebagai orang dewasa dengan pikiran matang dan bijaksana,

Gw tanya balik deh ke lo,

 

Emangnya lo tau apa yang bikin Dias berpikiran seperti itu?

 

Arian

Ya apalagi? Anaknya egois cuma mementingkan tujuan pribadi dan selalu punya pikiran sendiri

 

Bara

Duhh ini temen gw juga nihh perlu di ajarin kayaknya nih

 

Bro…..

 

Lo sama Dias tuh sama aja ya ternyata?

 

Arian

Terdiam mendengar pertanyaan bara lalu menjawab dengan suara datar

 

Iya bar, gw sama dias tuh sama..

 

Hubungan gw sama dia tuh paralel, kayak dua garis sejajar, berdampingan, tapi gak ada titik temu di ujungnya

 

Bara

Mendengar jawaban arian dengan muka mengernyit

 

Waduh, ekspert matematika, jawab hubungan antar manusia aja pake perumpamaan ya

 

Gini-gini…

 

Gw yakin Dias pasti punya alasan atau punya history lah kenapa dia sampai se-egois itu orangnya.

 

Dan lo…

 

Lo juga sama aja bro

 

Arian

Masih belum memahami maksud perkataan temannya

 

Bara

Jangan merasa sakit hati dengan asumsi diri sendiri bro

 

Kalau lu mau jawaban yang pasti, lo tanya ke orangnya.

 

Arian

Tercengang dengan jawaban temannya

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar