Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 41
INT - Ruang Keluarga Rumah Arian - senin 23 agustus 19.30
Arian selesai mandi dan menghampiri Ibu yang sedang bersantai di depan TV.
IBu sedang asik melihat telepon selularnya.
Arian
Ibu, Obatnya sudah di minum?
Ibu
Ya sudah dong nak
Arian
Aah iya, melihat ibu sehat dan ceria seperti itu harusnya aku gak tanya ya, karena ibu pasti rutin terus minum obatnya sekarang
Ibu
Nak, Ibu ceria dan sehat itu bukan karena minum obat.
Tapi karena kamu dan Dias
Arian
Sekarang Ibu panggilnya Dias? Bukan dokter risa lagi?
Ibu
Ya kalau di rumah sakit Ibu panggil dokter.
Tapi ini kan Ibu lagi bicara dengan pacarnya dokter risa, ya ibu panggil namanya dong. Masa ke calon mantu panggilnya dokter
Arian
Mendengar jawaban ibu, dan mengingat pembicaraannya dengan Dias beberapa hari lalu di apartemen membuatnya tersedak ketika minum air
Bu, aku tuh ya baru di tahap awal-awal bu sama Dias.
Ibu kok mikirnya jauh gitu sih.
Ibu
Haduh kamu itu ya kok jawab seperti itu sih?
Ucapan seorang ibu itu adalah Doa.
Kalau Ibu sudah mengucapkan begitu, ya tugas kamu berusaha dong biar jadi kenyataan
Arian
Merasa tidak nyaman dengan obrolan dengan Ibu lalu berusaha mengalihkan pembicaraan dan memindahkan channel TV dengan remote.
Itu ibu daritadi liat apa sih bu di handphone?
Tumben Ibu main handphone lama-lama
Ibu
Tersenyum tersipu
Ini lho nak, Ibu lagi lihat foto-foto keluarganya Bu Dina (tetangga) di social media, mereka habis liburan di villa. Suasana villa nya kelihatannya sejuk dan nyaman banget.
Ibu jadi ingin coba menginap di villa itu juga
Arian
Melihat ibu dengan hampir tidak percaya
Lalu meminta handphone ibu dan melihat foto-foto keluarga tetangga yang ibu ceritakan
Ibu sejak kapan sih jadi lihat-lihat social media?
Terus kenapa jadi ikut-ikutan pengen nginep di villa?
Ibu
Tersenyum
Mungkin artinya ibu sekarang bahagia nak
Arian
Yasudah, Aku kebetulan juga lagi gak ada kerjaan urgent di kantor.
Sabtu ini kita pergi ya Bu, kita nginap disana satu malam.
Ibu
Kita saja?
Arian
Ya memang mau dengan siapa lagi?
Masa mau ajak Ibu Dina?
Tersenyum jahil seperti tidak mengerti maksud pertanyaan Ibu lalu berjalan meninggalkan Ibu dan masuk ke kamarnya.
Ibu
Bergumam sendirian
Hah.. anak itu memang sudah terlalu lama sendiri, jadinya tidak peka sama sekali..
SCENE 42
INT - Ruang Kampus - rabu 21 agustus 21.30
Kegiatan kelas telah selesai, semua mahasiswa bersiap-siap pulang.
Dias terlihat berjalan menuju kursi Arian yang masih membereskan barang-barangnya. Disamping Arian, Bara juga
Dias
Arian, bisa bicara sebentar?
Bara
Terlihat kaget
Arian
Oh, oke bisa..
Bara
Bro, katanya kita mau ngopi?
Arian
Tunggu di cafe, ntar gw nyusul
Dias berjalan ke arah lorong kelas diikuti Arian.
Bara melihat dengan muka bingung
SCENE 41
INT - Lorong Kampus - rabu 21 agustus 21.35
Dias
Tadi sore jadwal ibu kontrol, kondisinya stabil dan hasil test nya baik. Saya rasa jika kondisinya stelalu stabil seperti ini kita bisa on schedule untuk jadwal operasi Ibu 2 minggu lagi.
Arian
Menjawab dengan ekspresi datar. Perasaan hatinya masih terluka mengingat pembicaraannya dengan Dias di apartemen, jadi sulit baginya untuk menunjukan ekspresi hangat.
Alhamdulillah, terimakasih sudah memberi tahu saya.
Dias
Ibu juga mengajak saya untuk ikut kalian menginap di villa weekend ini.
Memang ada agenda apa ya menginap di villa?
Arian
Terbelalak kaget mendengar pernyataan Dias
Ibu mengajak kamu?
Dias
Iya, ibu bilang ini pertama kalinya ibu ingin menginap di villa sejak belasan tahun lalu. Jadi rasanya sangat bersemangat dan sangat mengharapkan saya untuk bisa ikut.
Mencoba menebak
Kalau hitungan saya benar, apa itu artinya sejak kakak kamu meninggal?
Arian
Menjawab dengan nada ketus
Kalau tentang angka, pikiran kamu memang selalu benar ya
Dias
Menyadari jawaban ketus Arian dan mengernyit heran
Arian
Iya, keluarga kami biasa menginap di villa saat weekend karena kakak sangat senang. Tapi semenjak kakak meninggal, Ibu tidak pernah mau lagi menginap di villa
Dias
Hmmm jadi benar sesuai dugaan saya.
Baiklah kalau begitu.
Arian
Kamu..
Gak apa-apa ikut ke villa?
Dias
Memangnya kenapa?
Jadwal saya juga kebetulan kosong, tidak ada operasi di hari sabtu besok
Arian
Bukan begitu, maksud saya, Dias…
Emmmm…begini…
Menurut saya permintaan ibu itu terlalu berlebihan
Tidak apa-apa jika kamu tidak mau
Dias
Tadi saya jawab, saya bisa
Arian
Merasa ragu tapi akhirnya berani mengatakan dengan tegas
Saya bukan berpikir tentang kamu bisa atau tidak, tapi kamu mau atau tidak
Dias
Terkejut dengan nada bicara Arian yang tegas dan keras
Apa bedanya?
Yang penting kan saya memenuhi permintaan Ibu?
Arian
Bedanya?
Mungkin kamu tidak menyadari kalau Ibu dan saya punya perasaan.
Saya akui kalau kepura-puraan kita selama ini, ide saya itu, sangat membantu memberi ibu semangat untuk mau sembuh.
Tapi saya tidak seperti kamu yang menghitung semua hal secara matematis.
Saya punya perasaan. Dengan semua kedekatan kita selama ini, saya tidak bisa menjaga perasaan saya dan membedakan mana yang bohong dan mana yang kenyataan.
Saya juga salah tidak menyangka bahwa ibu akan sesayang itu dengan kamu, dan itu adalah masalah yang harus saya pikirkan nantinya.
Dias
Hanya terdiam mendengar jawaban Arian
Arian
Maaf Dias, saya gak bisa terlarut-larut dalam kebohongan ini.
Dias
Maksud kamu apa?
Arian
Saya rasa kita harus bicara jujur dengan Ibu
Dias
Saya rasa di awal kita sudah sepakat untuk melakukan ini sampai operasi selesai.
Arian
Oh ya, tenang saja.
Saya tidak akan menghancurkan rekor kamu.
Saya akan cari cara lain agar kondisi ibu bisa tetap stabil sampai sebelum operasi.
Arian berjalan meninggalkan Dias seorang diri
SCENE 42
INT - Cafetaria Kampus - rabu 22 agustus 21.50
Arian dan Bara duduk di cafetaria kampus. Terlihat minuman di meja mereka. Arian yang biasanya hanya memesan kopi, kali ini terlihat memesan bir/alkohol.
Bara
Bro, lu lagi gak baik-baik aja ya?
Arian
Semua salah gw
Bara
Ehh bentar-bentar-bentar….
Nih gw paling gak demen nih kalau lo udah mengeluarkan kebiasaan lo, nyalahin diri lo sendiri terhadap semua keadaan
Emang kenapa sih, ada masalah apa sama Dias?
Kelihatannya semua baik-baik aja bukan, ya at least sampai tadi sebelum kalian bicara serius 4 mata..
SCENE 43
Flashback
Arian menceritakan kejadian di apartemen dias kepada bara
SCENE 44
INT - Cafetaria Kampus - rabu 22 agustus 22.00
Bara
Berbicara dengan nada berapi-api
Ih Dias ya kesel deh gw ampun, berani-beraninya main-mainin sahabat gw ya
Kalau dia laki, udah gw hajar tuh, gw baretin mobilnya sekalian dahh
Lalu nada bicaranya berubah menjadi sangat tenang
Tapi itu tindakan orang yang belum dewasa bro
Sebagai orang dewasa dengan pikiran matang dan bijaksana,
Gw tanya balik deh ke lo,
Emangnya lo tau apa yang bikin Dias berpikiran seperti itu?
Arian
Ya apalagi? Anaknya egois cuma mementingkan tujuan pribadi dan selalu punya pikiran sendiri
Bara
Duhh ini temen gw juga nihh perlu di ajarin kayaknya nih
Bro…..
Lo sama Dias tuh sama aja ya ternyata?
Arian
Terdiam mendengar pertanyaan bara lalu menjawab dengan suara datar
Iya bar, gw sama dias tuh sama..
Hubungan gw sama dia tuh paralel, kayak dua garis sejajar, berdampingan, tapi gak ada titik temu di ujungnya
Bara
Mendengar jawaban arian dengan muka mengernyit
Waduh, ekspert matematika, jawab hubungan antar manusia aja pake perumpamaan ya
Gini-gini…
Gw yakin Dias pasti punya alasan atau punya history lah kenapa dia sampai se-egois itu orangnya.
Dan lo…
Lo juga sama aja bro
Arian
Masih belum memahami maksud perkataan temannya
Bara
Jangan merasa sakit hati dengan asumsi diri sendiri bro
Kalau lu mau jawaban yang pasti, lo tanya ke orangnya.
Arian
Tercengang dengan jawaban temannya