Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 45
INT - Halaman Rumah Arian - sabtu 29 agustus 09.00
Ibu sedang menunggu di halaman, tidak lama kemudian Dias datang.
Arian muncul dari dalam rumah melihat kedatangan Dias dan menunjukan muka tidak ramah.
SCENE 46
INT - Perjalanan dimobil menuju villa
Ibu terlihat tertidur di kursi baris belakang, Arian sedang mengendarai mobilnya. Melihat ibu tertidur, Dias memulai pembicaraan
Dias
Awalnya saya menyetujui rencana kamu, sekarang semua berjalan lancar.
Saya harap kali ini giliran kamu membantu saya, tinggal 2 minggu lagi.
Arian
Menolong orang itu bukan perkara seperti itu Dias..
Dias
Saya tidak tahu cara menolong orang yang kamu maksud.
Apapun itu namanya, saya harap kamu bisa bekerja sama.
Ibu terlihat tertidur tapi sebenarnya mendengar pembicaraan Dias dan Arian
SCENE 47
INT - Villa - 29 agustus - 12.10
Dias dan Ibu terlihat sedang berada di dapur. Ibu akan memasak, Dias membantu dengan memotong motong bahan masakan.
Ibu
Dias pandai memotong sayur ya? Apa senang memasak?
Dias
Oh..
Saya tidak suka memasak Ibu, sepertinya pekerjaan saya di ruang operasi membuat saya terlihat pandai memotong sayur
Ibu
Mengernyitkan dagu mendengar jawaban Dias
Dias
Terlihat menyadari ucapannya membuat Ibu teringat akan operasi yang akan dijalaninya dua minggu lagi..
Oh.. maksud saya..
Ibu
Tersenyum paham akan maksud Dias. Karena ibu adalah seorang perawat, tentu saja ibu mengerti situasi operasi. Namun melihat Dias nampak canggung, ibu tidak membahas hal tersebut.
Tidak apa-apa jika tidak suka memasak, memasak itu ya seperti sebuah hobi.
Tidak semua orang harus punya hobi yang sama kan ya?
Dias
Ibu benar-benar bijak dan pengertian, tidak heran jika Arian juga memiliki sifat yang sama.
Dias menjawab seperti itu karena sedang berperan sebagai pacar Arian. Dias berusaha melontarkan pujian.
Ibu
Terlihat terkejut dengan jawaban Dias, karena Arian tidak bersifat seperti itu.
Jadi Arian pengertian ya ke Dias?
Syukurlah kalau begitu.. Ibu sangat senang mendengarnya.
Ibu menjawab dengan raut muka sedih
Dias
Berusaha mengamati perubahan di wajah ibu
Kalau ibu senang, kenapa wajah ibu terlihat sedih?
Ibu
Menghela nafas panjang..
Jika sedang membiarakan Arian, ibu selalu sedih nak..
Dias
Berusaha menebak
Karena teringat kakak dan ayah?
Ibu
Tersenyum
Arian pasti sudah cerita semua tentang kakak dan ayah ya
Bertahun-tahun ibu sejak ibu mengalami luka trauma atas meninggalnya kakak dan ayah, hanya Dias yang ada di samping ibu.
Hal itu membuat Dias tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan sangat mengerti ibu, tapi tidak untuk dirinya sendiri.
Ibu mulai menceritakan masa kecil Arian
Dias sejak kecil pandai matemarisa dan suka sekali tantangan. Cita-citanya ingin menjadi inventor.
Kakak meninggal dan itu membuat keuangan keluarga kami hancur. Beberapa tahun kemudian ayah meninggal. Aset-aset kami terpaksa kami jual semua untuk membiayai pengobatan ayah, hampir tidak ada yg tersisa selain rumah yang kami tempati sekarang.
Lalu Dias selesai kuliah jurusan matemarisa dan diterima bekerja. Waktu Dias menceritakan ke saya, dia bekerja sebagai actuary science, saya tidak tahu itu apa. Ternyata tugasnya membuat perhitungan untuk membuat produk asuransi.
Arian menjelaskan pada ibu bahwa dia ingin keahliannya di bidang matemarisa bisa membantunya menciptakan produk asuransi yang benar-benar membawa manfaat bagi penggunanya.
Arian tidak ingin ada orang lain yang menderita secara finansial jika ada anggota keluarganya yang sakit.
Dias
Mulai mengerti cerita ibu dan terus mendengarkan
Ya.. kakak dan ayah tidak memiliki asuransi saat itu, jadi semua pengobatan kami biayai sendiri.
Pekerjaannya yang sekarang sudah membuatnya kehilangan mimpi masa kecilnya. Tapi saya secara tidak sadar sudah membentuk Arian hingga dia bersifat seperti sekarang.
Saya terlalu sibuk dengan luka saya sendiri, sampai saya tidak menyadari hal itu juga membuat Arian terluka.
Saya selalu bicara padanya jika setelah kakak dan ayah tidak ada, Arian lah satu-satunya milik ibu.
Hal itu ternyata dia aplikasikan berbeda, jadi tidak memedulikan dirinya sendiri. Semua yang dia lakukan hanya untuk saya.
Tapi saya sangat beruntung Arian bisa bertemu Dias, pelan-pelan sifatnya berubah, jadi bisa menerima kehadiran orang lain di hidupnya selain saya.
Dias
Mendengar itu semua, Dias seperti merasa bersalah, dan merasa familiar dengan apa yang Arian rasakan.
Tidak lama Dias datang, ibu dan Dias tidak melanjutkan pembicaraan
Dias
Ibu, ajarkan saya memasak
Ibu
Terlihat sangat senang dengan jawaban Dias dan mulai mengajari Dias
Scene 45
Fast scene - INT - EXT Villa
Selama di villa, Dias menghindari bicara dengan Arian karena Dias bingung tidak tahu harus berkata apa. Arian pun sama menghindari Dias karena masih kesal.
Namun di depan ibu, mereka berusaha menunjukan sikap akrab.
Scene 46
INT - Kamar Rawat Inap - Visite sehari sebelum operasi
Dias dan suster memasuki ruang rawat ibu. Ibu terlihat sendiri karena siang hari Arian masih bekerja di kantornya.
Dias
Menunjukan hasil pemeriksaan
Siang Ibu, ini hasilnya. Semua terlihat bagus ya.
Kita akan menjalankan operasi besok mulai jam 10 pagi, nanti sore dokter anaestesi akan visit untuk menjelaskan prosedur bius.
Ibu
Terimakasih dokter
Dias
Ada yang ingin ditanyakan bu?
Ibu
Tidak dokter, terimakasih banyak. Saya hanya tinggal puasa, istirahat dan berdoa saja agar operasi besok lancar
Dias
Baik kalau begitu, kami pamit dulu Ibu
Ibu,
Kalau boleh saya mau bicara dengan dokter?
Dias
Melihat suster lalu memintanya kembali ke ruangannya untuk melanjutkan pekerjaan
Suster nia meninggalkan kamar rawat inap
Dias
Ada apa ibu?
Ibu
Saya mau mengucapkan terimakasih sama Dias
Dias
Operasinya bahkan belum dimulai Bu, tidak perlu mengucapkan terimakasih.
Ibu
Tentang operasi, saya tidak khawatir. Ibu tau kamu adalah dokter yang sangat kompeten dan bertanggung jawab. Jika ada sesuatu yang tidak diinginkan, itu pasti takdir, bukan karena kamu.
Dias
Ibu, jangan bicara seperti itu saya jadi merasa tidak enak
Ibu
Ibu ingin berterimakasih untuk Arian. Selama ini kamu sudah direpotkan dan bersusah payah berpura-pura menjadi pasangannya Arian
Dias
Mendengar jawaban ibu, Dias tertohok dan tidak tahu harus bicara apa
Ibu
Ibu sudah lama mengetahui ini nak, bagaimanapun naluri seorang ibu tidak bisa dibohongi, dan sebagai mana kuatnya Arian berusaha berbohong demi menyelamatkan ibu, ibu tetap bisa melihatnya.
Dias
Ibu, saya benar-benar minta maaf, saya tidak tahu harus bicara…
Ibu
Ibu memberikan gestur kepada Dias untuk tidak perlu melanjutkan bicara
Tidak perlu meminta maaf nak, ibu sendiri yang menyebabkan ini semua. Ibu tidak dewasa dalam bersikap sehingga membuat Arian khawatir, dan efeknya kamu jadi terpaksa terbawa-bawa
Memang semua karena ibu yang bilang ke Arian sangat ingin Arian punya pasangan dokter risa, karena sejak awal ibu melihat risa, ibu seperti tidak asing dengan risa. risa seperti seorang anak kecil yang pernah ibu lihat.
Dan setelah beberapa kali bertemu, risa memuat ibu merasakan perasaan yang sudah lama tidak ibu rasakan, perasaan yang sangat ibu senangi.
Dengan Arian, dia selalu menjadi sosok kuat untuk ibu, selalu melindungi ibu, tapi risa sebaliknya. Karena risa, membuat ibu merasa dibutuhkan.
Dias
Terdiam dan tidak bisa bicara apa-apa
Ibu
Ibu tidak ingin mempengaruhi hubungan kalian, kalian berdua sudah dewasa, bisa menyelesaikan masalah sendiri.
risa hanya tidak usah khawatir dan tidak enak lagi. Ibu sudah tahu semuanya.
Dias
Meninggalkan kamar ibu dengan muka penuh penyesalan juga pertanyaan