Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
PARALLEL of Arian and Diasrisa
Suka
Favorit
Bagikan
5. Chapter #5

SCENE 32

INT - RUANG KONSULTASI RAWAT JALAN - RABU 4 AGT - 15.00

 

Ibu terlihat ceria selama masa konsultasi, kondisinya terlihat bugar. Arian tiba-tiba muncul ditengah konsultasi Ibu. Selama konsultasi Arian&Dias berusaha ngobrol terlihat akrab. IBu terlihat bahagia melihatnya. ketika Ibu mengelus-ngelus tangan Dias.

 

Ibu & Arian keluar ruangan. Dias membaca report kesehatan ibu yang menunjukan hasil yang bagus, wajahnya tersenyum terlihat puas.

 

SCENE 33

INT - LORONG KELUAR KAMPUS - RABU 4 AGT - 20.00

 

Selesai kelas, Arian terlihat berbicara dengan Dias. Membicarakan rencana makan bersama dengan Ibu hari sabtu besok. Lalu Dias terlihat pamit duluan.

 

 Dibelakang mereka, ada Bara yang terlihat terkejut melihat pemandangan yang baru saja terjadi dan berusaha mengejar Arian untuk meminta penjelasan namun Arian hanya tersenyum jahil, tidak menghiraukan dan langsung masuk ke dalam mobilnya. Meninggalkan Bara dalam ekspresi penuh kebingungan.

 

 

SCENE 34

INT - Restoran - sabtu 7 agt - 18.45

 

Ibu dan Arian terlihat sudah duduk di meja restoran, tidak lama kemudian Dias datang.

 

Arian menyiapkan kursi untuk Dias, melihat adegan itu ibu tersenyum.

 

Mereka lalu menghabiskan makan siang dengan banyak tertawa bersama

 

SCENE 35

INT - Restoran - Jumat 13 agt - 18.30

 

Ibu sudah duduk di meja restoran,

 

Dias datang bersama Arian. Mereka berjalan bersampingan, Arian terlihat ragu, seperti ingin memegang tangan Dias, lalu akhirnya dia memberanikan diri memegang tangan Dias.

 

Dias sama sekali tidak terlihat kaget, malah Arian yang kaget,

 

Mereka lalu duduk dan memesan makan malam.

 

Selesai makan, mereka berjalan dan arian coba merangkul pundak dias, namun dias langsung menunjukan gestur tidak nyaman

 

SCENE 36

INT - Rumah Bara - Minggu 15 agt - 12.30

 

Arian terlihat sedang di apartemen temannya, ini hari minggu, skenarionya, Arian ada jadwal kencan berdua dengan Dias tanpa ibu.

 

Tapi tentu saja itu hanya skenario yang Arian buat agar ibu senang.

 

Jadi Arian menghabiskan hari di apartemen temannya. Mereka terlihat bermain game bersama.

 

Arian terlihat ceria, dan temannya merasa sudah lama Arian tidak seceria ini.

 

SCENE 37

INT - Toko Pakaian - jumat 20 agt - 19.00

Dias ada undangan simposium, lalu membutuhkan baju untuk menghadiri acara itu.

 

Dias meminta ibu menemaninya dan ibu terlihat sangat bahagia bisa menemani Dias mencari pakaian

 

SCENE 38

INT - LIFT Apartemen Dias - minggu 22 agustus 15.00

 

Arian terlihat duduk di dekat lift lantai apartemen Dias sambil memegang kotak bekal makanan.

 

Lift terbuka dan terlihat Dias keluar dari Lift

 

Dias

Lho kamu ada disini? Ada apa?

 

Arian

Kamu belum buka pesan saya, saya pikir kamu sibuk, jadi saya tunggu di sini.

 

Saya datang mau memberikan ini

 

Menyodorkan kotak bekal makanan ke Dias

 

Dias

Terlihat bingung dan belum menerimanya

 

Arian

Waktu dinner di restoran kemarin lusa, kamu sempat bilang kalau selalu makan masakan restoran.

Jadi hari ini Ibu masak, dan menyuruh saya memberikannya untuk kamu

 

Dias

Terlihat terharu namun canggung, mengambil kotak bekal dari tangan Arian

 

Oh, ya ampun Ibu..

 

Saya jadi merasa malu sudah mengatakan hal itu, rasanya saya jadi sangat merepotkan Ibu

 

Arian

Tidak repot, Ibu memang hobi memasak.

 

Dias

Sampaikan terimakasih saya untuk Ibu ya

 

Bersiap untuk meninggalkan Arian dan masuk ke apartemen

 

Arian

Masih berdiri, belum beranjak, mukanya terlihat ingin mengatakan sesuatu.

 

Dias

Menyadari raut wajah Arian

Ada hal lain yang ingin dibicarakan?

 

Arian

Eh itu…

 

Emmmm…

 

Boleh saya temani kamu makan?

 

Nanti saya bisa sambil telepon ibu, biar Ibu senang melihat kamu memakan masakannya.

 

 

Dias

Oh itu, hmmm benar juga, tapi saya gak bisa lama-lama ya

 

Arian

Mengangguk setuju

 

Dias & Arian berjalan bersama ke arah apartemen Dias.

Sambil berjalan, Arian mengatakan sesuatu ke Dias

 

Arian

Yang tadi itu sebenarnya alasan yang saya buat-buat

 

Dias

Mengernyit mendengar jawaban Arian

 

Arian

Berusaha melontarkan humor

Alasan sebenarnya saya harus memastikan kotak bekal ini saya bawa pulang lagi. Ini kesayangan Ibu. Bisa di omelin saya kalau sampai hilang

 

Arian tertawa

 

Dias

Melihat Arian ikut tertawa dengan terpaksa karena tidak paham dengan lelucon Arian

 

SCENE 39

INT - Dapur & Meja Makan Apartemen Dias - minggu 22 agustus 15.10

 

Dias

Mengeluarkan alat-alat makan dari laci dapur

 

Arian

Duduk di kursi meja makan, sambil memperhatikan sekeliling isi apartemen Dias.

 

Dapurnya terlihat sangat bersih, tidak ada tanda-tanda habis dipakai memasak. Ada beberapa makanan instan terlihat di area meja makan.

 

Apartemen Dias bernuansa monochrome berwarna serba putih, abu dan cokelat.

 

Di ruang tengah terlihat sofa yang nyaman, sebuah TV besar dan juga rak yang penuh dengan buku.

 

Buku-bukunya bermacam-maca mulai dari buku kedokteran, biografi dokter-dokter terkenal, ada sedikit buku bisnis, buku teknik-teknik melukis, namun banyak sekali buku bergambar anak.

 

Arian

Kamu koleksi buku bergambar anak?

 

Berjalan ke arah rak buku dan membuka-buka beberapa buku anak

 

Dias

Iya, kenapa?

Aneh? Karena gak sesuai umur?

 

Arian

Menjawab dengan tenang seolah-olah mengerti maksud jawaban Dias

 

Buku bergambar anak kan sebenarnya banyak yang ceritanya dewasa cuma dikemas dalam pemikiran anak.

 

Melanjutkan melihat koleksi buku-buku Dias

Koleksi kamu bagus-bagus, banyak cerita klasik nya

 

Dias

Tersenyum dengan jawaban Arian karena jawabannya berbeda sekali dengan yang orang lain biasa lontarkan padanya

 

Ternyata kamu tahu banyak tentang buku bergambar anak

 

Arian

Kakak saya juga koleksi, jadi saya suka ikut baca, tapi itu dulu

 

Suara Arian terlihat pelan saat mengucapkan itu dan dia sendiri menyadarinya, lalu berusaha mengalihkan ke pembicaraan lain

 

Arian

Kamu suka buku bergambar anak, tapi jadi dokter dan sekarang malah ambil master bisnis?

 

Dias

Saya ambil kuliah master bisnis karena menuruti kata ayah saja, tidak ada tujuan lain.

 

Menjawab dengan ketus dan berusaha mengalihkan topik.

 

Arian menyadari perubahan drastis dari wajah dias.

 

Dias Selesai memindahkan semua masakan dari kotak bekal ke piring-piring.

 

Kebetulan sekali saya belum makan siang,

 

Menghirup bau masakan

 

Yummm… terlihat enak sekali masakannya..

 

Lalu mulai makan

 

Kamu mau makan juga?

 

Arian

Engga, saya udah makan.. silahkan kamu makan..

 

Arian

Melihat dapur yang sangat bersih seperti tidak pernah digunakan, Arian bertanya

 

Arian

Dias, memangnya kenapa kamu jarang makan masakan rumah?

 

Dias

Tidak pernah

 

Arian

Terlihat terkejut dengan jawaban Dias

 

Dias

Menjawab sambil mengunyah makanan.

 

Tidak ada yang memasak untuk saya, dan saya tidak ada waktu untuk masak sendiri, Saya lebih suka yang praktis.

 

Menjawab dengan ekspresi wajah yang datar.

 

Arian

Melihat gestur wajah Dias seperti itu, Arian berusaha mengalihkan pembicaraan

 

Bukannya saya menyombongkan Ibu, tapi masakan ibu memang enak sekali.

 

Dias

Mengunyah dan mengacungkan jempol menandakan setuju

 

Arian

Tersenyum hangat melihat jawaban dari Dias

 

Arian

Gak kerasa kita udah cukup dekat hampir sebulan ini ya, tapi baru sekarang rasanya kita bisa ngobrol kenal satu sama lain seperti ini

 

Dias

Menyadari dan menyetujui perkataan Arian

Kalau kita lagi ngobrol di depan ibu, tapi kelihatannya kita udah kenal dekat sekali.

 

Berarti akting kita bagus

 

Arian

Tertawa mendengar jawaban Dias

 

Boleh saya bertanya lagi?

 

Dias

Mengangguk

 

Arian

Dokter itu memang suka skip makan ya?

Rasanya bukan sekali ini saya dengar kamu terlambat makan

Padahal dokter menyarankan pasien untuk selalu makan tepat waktu

 

Dias

Tertawa mendengar pertanyaan Arian

 

Itu karena dokter juga manusia

 

Saya rasa sih profesi apapun, pasti ada masa-masa dimana melewatkan jam makan karena harus fokus mengerjakan hal yang penting.

 

Arian

Aha..

Kamu benar juga..

 

Tapi kamu itu dokter yang benar-benar totalitas dan berdedikasi dalam bekerja ya

 

Dias

Bukannya bermaksud sombong,

Menirukan nada bicara Arian sebelumnya

 

tapi saya sudah sering mendengar orang mengomentari saya seperti itu

 

Tersenyum jahil

 

Arian

Tersipu-sipu mendengar jawaban Dias

 

Dias

Kapan mau video call Ibu?

Keburu makanannya habis lho ini

 

Arian

Oh iya maaf saya sampai lupa keasikan ngobrol

 

Membuka telepon selular dan menelepon Ibu

 

Percakapan Ibu, Dias, Arian di telepon

 

Arian

Terimakasih banyak ya Dias, Ibu terlihat sehat dan bahagia sekali akhir-akhir ini.

 

Saya juga senang karena bisa dia mengenal kamu lebih dekat.

 

Tersipu malu mengatakan hal tersebut

 

Dias

Menjawab dengan lugas

Tidak masalah, itu memang sudah kewajiban saya sebagai dokter untuk menolong hal apapun yang saya bisa seputar medis.

 

Arian

Tapi kamu berkorban banyak dengan mau perpura-pura jadi pasangan saya..

 

Diam sejanak

 

Lalu berbicara dengan suara sangat pelan

 

terkadang hal membuat saya jadi punya pikiran lain.

 

Dias

Tidak memahami maksud perkataan Arian, mencoba berpikir dan bertanya

 

Pikiran lain? Seperti… saya memanfaatkan Ibu untuk percobaan medis?

 

Arian

Tidak percaya dengan jalan pikiran Dias

 

Eeeh bukan..

 

Bukan sama sekali..

 

maksud saya..

 

Kadang saya berpikir kalau kamu melihat saya sebagai seorang laki-laki, bukan sebagai anggota keluarga pasien yang sedang kamu bantu pengobatannya.

 

Kamu terlihat tidak keberatan ketika saya pegang tangan kamu

 

Terlihat nervous setelah mengatakan itu lalu mengalihkan pandangan ke jendela

 

Dias

Memahami maksud jawaban Arian, lalu bergumam..

 

Aahhh…

 

Jadi pegang tangan di restoran itu membuat kamu berpikiran lain.

 

Menjelaskan lebih panjang dengan tenang sambil tersentum tipis

 

Tidak perlu punya pikiran lain.

 

Saya tidak keberatan di pegang tangan karena dokter sudah terbiasa berpegangan tangan dengan banyak orang.

 

Arian

Terkejut dengan jawaban Dias, dan mulai mengerti jalan pikirannya

 

Lalu karena dokter tidak terbiasa dirangkul, maka kamu jadi keberatan?

 

Dias

Mengangguk tersenyum

 

Saya tidak bermaksud membuat kamu punya pikiran lain.

 

Alasan utama saya setuju dengan rencana kamu karena saya melakukan ini untuk diri saya sendiri juga.

 

Arian

Terlihat bingung dengan jawaban Dias

 

Dias

Kamu bilang saya adalah seorang dokter yang totalitas dan berdedikasi dalam bekerja.

 

Iya, saya akui itu.

 

Selama saya bekerja menjadi dokter, belum pernah saya gagal dalam menyelamatkan pasien saya terkait usaha medis.

 

Kalau saya tidak bisa menyelamatkan ibu, saya tidak menyukainya.

 

Karena hal itu akan membuat rekor saya pecah.

 

Arian

Terlihat tidak percaya mendengar jawaban Dias

 

Dias

Makanya ketika saya mendengar semua cerita masa lalu ibu dan rencana kamu, saya setuju karena saya pikir itu akan berhasil.

 

Lagipula Ibu menderita jantung, menghadapi pasien dengan penyakit jantung, kita berpacu dengan waktu.

 

Every minutes count.

 

Tidak bijak jika menghabiskan waktu lama untuk berpikir.

 

Arian

Benar hanya karena itu?

 

Berharap Dias akan memberikan jawaban yang membahas tentang dirinya

 

Dias

Terlihat seperti ragu tapi mau menjawab

 

Untuk alasan yang sangat personal, saya juga pernah mengalami kehilangan seperti yang ibu rasakan…

 

Terdiam sejenak..

Lalu tersenyum untuk menguatkan diri sendiri

 

tapi itu masa lalu, tidak usah dibahas lagi.

 

 

Arian

Terlihat sangat kecewa mendengar jawaban Dias, hatinya terluka karena bagaimanapun dia memiliki perasaan lebih ke Dias. Tapi lagi-lagi dia berusaha menyembunyikan perasaannya. Dia merasa penasaran dengan cerita masa lalu Dias tapi tidak berani bertanya karena Dias sudah mengatakan tidak mau membahas. Saat ini dia hanya merasakan kecewa melihat kepribadian Dias yang sangat berbeda dengan apa yang terlihat selama ini.

 

Ah ya, baiklah

 

Sekarang saya paham

 

Berusaha tersenyum

 

Oya, tadi kamu bilang tidak bisa lama-lama. Sudah hampir satu jam saya disini.

Lebih baik saya pamit.

 

Dias

Sampaikan terimakasih saya untuk Ibu.

 

Arian

Beranjak dari meja, bersiap berjalanke arah pintu.

Di tengah-tengah berhenti, tanpa membalikan badan bicara pada Dias

 

Terimakasih sekali lagi Dias, saya sangat menghargai pengorbanan kamu.

 

saya pamit dulu.

 

Arian terlihat menutup pintu.

 

Di dalam apartemen Dias terlihat bingung dan bergumam

 

Dias

Kenapa mukanya terlihat aneh?

Apa aku salah menceritakan prestasiku sebagai dokter?

 

Dias berjalan memasuki kamarnya.

Ia duduk di tepi kasur dan lihat foto yang terpajang di nakas.

 

Di foto terlihat Ibu Dias berusia 35 tahun an dan Dias saat sedang berusia 9 tahun.

Ibu dan Dias sedang tersenyum membaca buku bergambar anak.

 

SCENE 40

flashback to

Tahun 1998

IBu Dias meninggal di RS, Ayah RS marah-marah ke pihak dokter.

Dias menangis sendirian.

 

Terlihat punggung seorang perawat berusaha menenangkan Dias, mengelus ngelus tangannya Dias dan memeluknya. Dias menangis tersedu-sedu di pelukan perawat itu.

 

Dias mengambil foto masa kecilnya, teringat denga pembicaraan yang baru saja terjadi bersama Arian dan berbicara kepada foto itu

 

Bu, aku sudah berusaha menjadi dokter yang melakukan apapun untuk menyelamatkan pasien.

 

Seandainya dokter Ibu waktu itu juga melakukan hal yang sama.

 

Air matanya menetes, seakan mengingat kepedihan dan luka masa kecil nya.

 

HIGH WIDE

Hujan deras terlihat dari jendela kamar Dias

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar