Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
83.INT. RUANG PASIEN - RUMAH SAKIT — DAY
(Kai’s POV) Mata Kai terbuka perlahan. Terlihat cahaya yang begitu terang dan wajah-wajah yang samar. Lalu terdengar suara…
(Kai’s POV) Wajah-wajah itu terlihat semakin jelas. Ada wajah Marni yang tersenyum lega ke arahnya. Rasyid yang mengucap syukur, juga Ryan berdiri di ujung ranjang pasien.
Rasyid langsung bergegas keluar ruangan. Ryan mendekat. Pandangan Kai masih menerawang jauh. Wajahnya sedih. Matanya bergetar menahan tangis. Marni membelai kepalanya lembut, membuat Kai menoleh ke arahnya.
Kai mengangkat tubuhnya bangun dan memeluk Marni sambil menangis terisak. Marni terkejut, tetapi dia tetap menepuk pelan punggung Kai.
Marni ikut menahan tangisnya. Dia membelai lengan Kai, mencoba menenangkannya.
Kai terus menangis di pelukan Marni. Marni masih mencoba menenangkannya. Dengan hati-hati, Ryan ikut menepuk pundak Kai, ikut mencoba menenangkannya.
84.INT. KAMAR CHO — DAY
Pintu kamar terbuka, terlihat suasana kamar Cho. Kai melangkah masuk, melihat ke sekeliling. Rasyid berada di belakangnya.
Kai mendengarkan, tetapi pandangannya terarah pada lukisan-lukisan yang tergantung. Kai melangkah mendekati lukisan-lukisan itu, memperhatikannya satu-satu.
Kai menyadari ada satu lukisan yang tidak ada. Lukisan 'Taman Musim Semi'. Kai melihat ke sekeliling, mencarinya. Dia pun berjalan mendekati meja belajar Cho. Kai hendak membuka laci, tetapi tidak bisa.
Kai terdiam, teringat sesuatu.
Kai merogoh saku celananya, kemudian mengeluarkan kalung kunci dari situ. Kai memandangi kunci itu sejenak, kemudian mencoba membuka laci dengan kunci itu…. Terbuka!
Kai menarik laci itu terbuka. Dia melihat segulung kertas dan mengambilnya. Kai membuka gulungan kertas itu dan melihat lukisan Taman Musim Semi. Dipojok kertas tertulis : Taman Musim Semi. Didesain oleh Cho & Kai.
Kai tersenyum. Kai menoleh ke arah Rasyid.
85.EXT. TAMAN MUSIM SEMI — DAY
Sebuah mobil pick up berisi berbagai jenis bunga berhenti di dekat taman. Rasyid dan Marni turun dari sana. Marni membawa dua rantang penuh makanan.
Kai, Ryan, dan Sekar yang sedang berpencar di sekitar taman untuk menanam rumput dan bunga mendongak sambil tersenyum semangat. Sekar bangkit berdiri dan langsung melepas sarung tangannya.
Sekar berlari menghampiri Marni, melewati Ryan yang tampak gusar.
Sekar dan Ryan saling melempar wajah meledek. Rasyid menurunkan bunga-bunga dari mobil pick upnya. Marni langsung memukul pundak Rasyid.
Kai tersenyum dan bangkit berdiri. Dari jauh dia memandangi Ryan dan Sekar yang sedang mengambil makan sambil berdebat. Lalu ada Rasyid dan Marni yang menyusul mereka berdua.
Kai mengeluarkan gulungan lukisan Taman Musim Semi. Kai membuka dan mengangkat lukisan itu tinggi-tinggi, menyamakan pemandangan di depannya dengan lukisan itu. Kai menggeser tubuhnya menghadap ke arah pohon, menyapakan bunga-bunga yang ditanamnya di sekitar pohon denan lukisan itu. Kemudian, Kai menurunkan lukisan itu. Dan saat itu dia melihat Cho.
Cho berdiri di samping pohon, tersenyum lembut ke arah Kai. Kai berdiri membeku menatap Cho.
86.EXT. TAMAN MUSIM SEMI — MOMENTS LATER
Kai dan Cho duduk bersampingan di bawah pohon. Kai menatap ke depan, tak berani melihat ke arah Cho. Sementara Cho terus memandangi Kai dengan sedih.
Cho tersenyum tipis.
Hening sejenak.
Cho mengangguk. Kai kembali diam. Kai ingin menangis, tetapi dia berusaha kerasa menahannya. Cho menatap Kai lekat-lekat.
Kai membuka mulutnya, ingin menjawab, tetapi suaranya tak bisa keluar. Kai menutup mulutnya lagi dan sekuat tenaga menahan air matanya. Cho memperhatikan Kai.
Tangan Kai mengepal kuat.
Kai berusaha menahannya, tetapi gagal.. tangisannya pecah. Kai menarik lepas eye patch-nya dan menangis sejadi-jadinya. Cho langsung mendekati Kai, menepuk-nepuk lengannya, berusaha menenangkan Kai.
Cho menggeleng kuat-kuat.
Kai masih terus menangis, menolak mendengarkan Cho. Cho akhirnya mengulurkan lengannya ke depan Kai. Dia menarik lengan pakaiannya, memperlihatkan luka-luka gores yang membekas di lengannya. Kai melihat luka-luka itu.
Cho menurunkan lengannya. Wajahnya terlihat seperti menahan sakit.
87.INT. GUDANG VILA TUA — DAY (FLASHBACK)
Cho duduk lemas di pojok gudang, bersandar ke kaki meja. Tangan kanannya mengenggam cutter. Lengan kirinya penuh goresan berdarah. Wajahnya pucat. Pandangannya menerawang jauh.
Ruangan mulai berasap. Cho mendongak, melihat api mulai merambat di langit-langit. Cho tak bergerak, hanya memandangi api dengan pasrah.
Cho menoleh dan perlahan melihat Kai Kecil berlari menghampirinya. Api di sekitar mereka telah membesar. Kai Kecil meraih tangan Cho dan mencoba menariknya berdiri. Terlihat telapak tangan Kai Kecil yang terkena darah dari lengan Cho.
INTERCUT BETWEEN PRESENT AND FLASHBACK
(Present) Tatapan Cho menerawang, terlihat berkaca-kaca.
Kai menoleh ke arah Cho, menemukan Cho yang sudah berlinangan air mata.
(Past) Dari pintu gudang, terlihat Kai remaja melangkah masuk dengan wajah panik. Cho melihat Kai remaja dan tersenyum lemah.
(Present) Cho menarik tangan Kai, mengenggamnya. Kai menunduk, masih tak berani menatap Cho.
Kai mengangkat wajahnya perlahan, menatap Cho. Kai pun memberanikan diri untuk bertanya.
Cho tersenyum dan mengangguk cepat.
Pandangan Cho terarah pada luka bakar di mata Kai. Cho memandangi luka itu dengan sedih. Tangannya bergerak untuk menyentuh luka itu. Namun, sebelum Cho menyentuhnya, Kai mengenggam tangan Cho dan menurunkannya.
Kai menggeser posisi tubuhnya dan menyandarkan kepalanya di pundak Cho. Kai memejamkan mata sambil memainkan tangan Cho di genggamannya. Cho pun menyandarkan kepalanya ke pucuk kepala Kai.
Cho tersenyum pahit.
Cho melirik Kai.
Cho mengangguk. Cho memejamkan matanya, tetapi air matanya terus mengalir.
Kai mengangguk, air mata Kai juga terus mengalir. Tangan Kai dan Cho saling mengenggam dengan erat. Mereka perlahan tertidur di bawah pohon, dengan kepala Kai di pundak Cho.
88.EXT. TAMAN MUSIM SEMI — MOMENTS LATER
Kai perlahan membuka matanya, mengerjap-ngerjap. Kai tengah berbaring di bawah pohon sendirian. Kai menyipitkan matanya dan berusaha melihat ke sekeliling sambil bangkit duduk. Ryan dan Sekar berjongkok di depannya, membantunya bangun.
Kai masih sibuk melihat ke sekeliling, menyadari Cho sudah tak ada di sana.
Kai tak menjawab. Dia kini terdiam dan berusaha mencerna semuanya.
Tangisan Kai pecah. Kai menangkup wajahnya dan menangis terisak-isak. Kai sadar Cho sudah benar-benar pergi.
Sekar langsung memeluk Kai, terbawa ingin menangis juga.
Ryan menatap Kai dengan cemas. Dengan agak canggung, Ryan mengulurkan kedua tangannya untuk merangkul Kai dan Sekar. Ryan menepuk-nepuk keduanya, berusaha menenangkan. Kamera menjauh, memperlihat Ryan, Sekar, dan Kai yang berpelukan.
Time lapse.