Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
13.INT. RUMAH RASYID DAN MARNI - KAMAR KAI — AFTERNOON
Kai berdiri di depan jendela, melihat keluar. Di belakangnya, Marni masuk sambil membawa kotak berisi obat-obatan.
Kai membalik badannya dan menggangguk patuh.
Kai mendekat dan mengambil kotak obat dari tangan Marni.
Marni berpikir sejenak sebelum berkata pada Kai.
Kai terlihat terkejut saat Marni menyebut obat tidur. Kai mengangguk dengan canggung. Marni terus memandangi Kai. Wajahnya terlihat cemas.
Marni tetap memandangi Kai lekat-lekat. Wajahnya terlihat sedih. Kai rikuh sendiri.
Marni menarik napas dalam dan menyentuh lengan Kai.
Kai tak menjawab. Tatapannya terarah pada kotak obat di tangannya. Marni menepuk-nepuk lengannya.
Kai mengangkat wajahnya, menatap Marni dengan ragu.
Kai mengerutkan dahinya, tak mengerti. Marni menepuk lengan Kai dengan lembut.
Kai terdiam menatap Marni. Marni tersenyum meyakinkan Kai.
Kai memaksakan senyum dan mengangguk dengan canggung.
14.INT. RUMAH SAKIT - DEPAN UGD — NIGHT (DREAM SEQUENCE)
Kai berlari, kemudian berhenti di depan pintu UGD, terengah-engah. Dia berjalan mendekat ke pintu UGD. Tubuhnya gemetar. Air mata mengalir di pipinya. Kai menyentuh pintu UGD sambil menangis terisak.
Suara Kai semakin lama terdengar semakin putus asa. Kai pun menggedor pintu UGD, semakin lama semakin keras.
Terdengar suara perempuan misterius bergaung di telinga Kai.
Kai terdiam, berusaha mendengar suara itu lebih jelas.
Kai bergerak mundur perlahan.
Kai pun berbalik dan berlari panik menyusuri lorong rumah sakit. Lorong rumah sakit itu perlahan bertambah gelap, hingga sekitar Kai berubah menjadi ruang kosong yang gelap. Terdengar isak tangis perempuan, membuat Kai berhenti berlari.
Di depannya, terlihat seorang gadis meringkuk sambil menangis terisak. Kai mendekat dengan hati-hati. Dia menunduk dan meraih tangan gadis itu. Tangan itu berlumuran darah. Darah itu mengotori tangan Kai. Kai terkejut.
15.INT. RUMAH RASYID DAN MARNI - KAMAR KAI — NIGHT
Kai membuka matanya. Dia terengah-engah, kehabisan napas. Tubuhnya bersimbah keringat. Kai bangkit dari posisi tidurnya. Dia mengusap keringat di wajahnya. Wajahnya masih terlihat ketakutan.
Kai bergeser ke tepi tempat tidur dan membuka laci, mencari obat tidur dengan buru-buru. Saat dia menemukannya, Kai langsung mengambil dan mengeluarkan satu butir obat tidur dari sana. Kai menatap sebutir obat tidur di tangannya itu, lama.... dan Kai akhirnya melempar obat tidur itu ke seberang ruangan, lalu menangis putus asa.
16.EXT. HALAMAN VILA TUA — DAY
Kai mengendap-endap di halaman. Dia mendekat ke jendela dan melihat kalung kuncinya tergeletak rapi di bawah jendela, seakan ada yang sengaja meletakkannya di sana. Kai mengambi kalung kunci itu dan menatapnya dengan heran.
Kemudian Kai melihat jendela keruh di depannya. Dia mendekat dan berusaha melihat ke dalam vila, mencari Cho. Tangannya menyapu debu di kaca jendela, kemudian membuat bentuk teropong dengan tangannya dan menempelkan wajahnya di sana.
Tiba-tiba terdengar suara Marni dan Rasyid mendekat. Kai langsung berjongkok, berusaha menyembunyikan diri di balik rumput.
Kai mengendap-endap menjauh. Dia bergerak ke arah pohon, kemudian bersembunyi di belakangnya. Kai mengintip dari balik pohon dengan hati-hati, berusaha melihat Marni dan Rasyid. Tiba-tiba ada seseorang yang menyentuh pundaknya.
Kai membalik badannya dan terkejut melihat Cho, yang masih dengan penampilan persis seperti terakhir terlihat. Kai nyaris berteriak, tetapi Cho buru-buru mengenggam tangan Kai dan meletakkan telunjuk di depan bibirnya, meminta Kai diam.
Cho melihat posisi Mirna dan Rasyid, kemudian memberi isyarat agar Kai mengikutinya. Kai bingung, tetapi membiarkan Cho menariknya berlari. Mereka berlari mengelilingi halaman hingga sampai ke pintu depan vila, masuk lewat sana.
17.INT. LANTAI BAWAH VILA TUA — CONTINUOUS
Cho mendorong Kai ke belakang pintu, bersembunyi di sana. Suara obrolan Marni dan Rasyid masih terdengar samar-samar. Kai memperhatikan Cho, masih merasa Cho tidak nyata. Tanpa sadar, Kai mengulurkan jarinya dan menyentuh pipi Cho. Cho menoleh, menatap Kai dengan polos.
Cho tersenyum jail.
Cho langsung membungkam mulut Kai dengan tangannya. Kai langsung membeku, antara terkejut dan gugup. Cho meraih tangan Kai lagi, kemudian berbisik.
Cho menarik Kai.
18.INT. LANTAI ATAS VILA TUA — CONTINUOUS
Cho menaiki tangga dan sampai di lantai dua. Kai menyusul di belakangnya. Mulut Kai membulat kaget saat melihat suasana di lantai dua. Lantai dua terlihat terang dan bersih dengan dinding warna pastel. Ada banyak tanaman hias, perabotan, dan kertas-kertas lukisan yang digantung di dinding. Semua terlihat bersih dan terawat.
Cho berbalik dan tersenyum ke arah Kai.
Kai yang masih terperangah mengamati ruangan, menyela ucapan Cho.
Cho tersipu malu.
Senyum Cho memudar.
Cho menatap Kai dengan kesal.
Cho mengangkat alisnya.
Cho mendekat selangkah ke arah Kai, kemudian berbisik jail.
Kai menggerutu kesal sambil berjalan mengelilingi ruangan, berusaha menjaga jarak dari Cho. Cho terus mengikuti di belakangnya.
Kai melewati kertas lukisan-lukisan yang digantung. Lukisan berbagai pemandangan desa dengan kupu-kupu yang terbang di sana.
Kai mengeluarkan kalung kunci dari sakunya, menunjukkannya ke Cho sebagai bukti. Cho tersenyum.
Kai mengerutkan dahinya. Dia menatap kalung kunci di tangannya, kemudian mengangkat bahu.
Kai tersadar sudah berbicara ke mana-mana. Dia menggeleng dan mengembalikan topik ke awal.
Cho tertawa kecil.
Kai berdeham, salah tingkah. Dia menatap ke segala arah dengan canggung.
Kai melangkah buru-buru ke arah tangga. Pandangan Cho mengikuti Kai.
Langkah Kai terhenti. Dia berbalik dan menatap Cho. Dahi Kai berkerut bingung.
Cho tersenyum lebar.
Kai menatap Cho penuh tanya, sementara Cho tersenyum tanpa dosa. Kai akhirnya menggelengkan kepala dan kembali menuruni tangga.
Kai mengabaikan Cho dan berlari turun. Cho terus mengamati Kai sambil tersenyum, tetapi perlahan senyuman Cho menghilang.