Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Montages:
44.I/E. SEKOLAH KAI - LORONG SMA — DAY
Kai berjalan sendiri. Semua murid yang berpapasan dengannya menahan tawa sambil menatap Kai. Kai mengerutkan dahi dengan bingung. Kai berusaha melihat ke punggungnya. Dia menyadari ada kertas yang menempel di sana, lalu berusaha menariknya lepas. Begitu dapat, Kai langsung meremas kertas itu dengan marah dan membuangnya.
45.EXT. JALANAN DESA — DAY
Gerombolan Tono menghadang Kai. Kai tetap berusaha lewat, tetapi Tono terus menghalanginya. Kai mendengus pasrah dan menyerahkan uang kepada Tono.
46.INT. SEKOLAH KAI - RUANG KELAS — DAY
Kai melihat mejanya penuh dengan coretan tip-x yang menyebutnya gila. Kai melempatkan bukunya ke meja dengan marah. Dia melihat murid-murid di sekitarnya. Ada Ryan yang membuang muka. Sekar yang meliriknya takut-takut. Lalu murid-murid lain yang memasang tampang meledek. Kai menarik napasnya dalam-dalam, menahan emosi.
47.EXT. HALAMAN VILA TUA — DAY
Kai berdiri di samping vila, mendongak menatap jendela lantai atas. Wajahnya terlihat sedih. Pada akhirnya, Kai memilih untuk melangkah pergi meninggalkan vila tua.
Dari luar halaman vila, terlihat Marni yang memperhatikan Kai dengan khawatir.
END OF MONTAGES.
48.INT. RUMAH RASYID DAN MARNI - RUANG MAKAN — DAY
Marni menyiapkan makanan di meja. Kai terlihat melewati ruang makan dengan gamang.
Kai menoleh.
Marni duduk di salah satu kursi. Kai mendekat dengan ragu. Marni tersenyum dan mengisyaratkan Kai untuk duduk di dekatnya. Kai menurut. Marni menarik napas, berusaha merangkai kata dengan hati-hati.
Kai mengangkat wajahnya, menatap Marni yang terlihat sungguh-sungguh-sungguh.
Marni meraih tangan Kai di meja dan mengenggamnya. Kai beringsut dengan rikuh. Dia berpikir sejenak, menimbang-nimbang, hingga akhirnya memutuskan untuk bercerita.
Kai terlihat ragu. Marni mengeratkan genggamannya. Kai mengangkat wajahnya untuk menatap Marni.
Wajah Marni menegang, terlihat lebih cemas dari sebelumnya.
49.INT. LANTAI ATAS VILA TUA — DAY
Kai melangkah ke lantai atas. Di sana, terlihat Cho sedang berdiri memandangi lukisan-lukisannya yang tergantung di dinding. Tatapan Kai melembut. Cho menyadari kehadiran Kai dan tersenyum.
Kai tersenyum pahit.
Tatapan Kai ke Cho perlahan semakin sedih. Kai mendekat perlahan sambil terus menatap Cho lekat.
50.INT. RUMAH RASYID DAN MARNI - RUANG MAKAN — DAY (FLASHBACK)
Kai dan Marni duduk di meja makan.
Marni tertawa kecil mengingat itu. Kai tak bisa ikut tertawa. Dia menatap Marni dengan cemas.
Senyuman Marni menghilang perlahan, wajahnya berubah sedih.
BACK TO SCENE:
(POV KAI) Cho masih memandangi lukisan di depannya.
Cho menoleh dan tersenyum ke arah Kai. Kai berusaha menyembunyikan tatapan sedihnya.
Kai menatap penuh tanya.
51.I/E. VILA KELUARGA TONO - HALAMAN/RUANG DEPAN — MOMENTS LATER
Cho melangkah masuk ke halaman sebuah vila besar. Kai yang mengikuti di belakangnya, melihat vila itu dan berhenti karena ragu. Cho langsung menarik Kai.
Cho memberi tanda Kai untuk diam. Mereka berdua berjalan mengendap-endap menuju sebuah jendela di samping vila. Cho mengelap kaca jendela itu dan meminta Kai untuk melihat ke dalam. Kai dengan ragu mendekat dan melihat ke dalam.
Di dalam, terlihat sebuah ruangan yang cukup kosong. Hanya ada sofa dan meja tamu yang masih terbungkus plastik. Tono duduk di sana menghadap ke laptop di meja, di kelilingi gerombolannya. Tono mendongak dan tersenyum licik.
Terlihat Ryan berdiri di hadapannya.
Kai mengernyit kaget saat melihat Ryan.
Cho memukul bahu Kai dan menyuruhnya diam.
Di dalam ruangan, Ryan merogoh sakunya dan mengeluarkan flashdisk. Ryan menyerahkan flashdisk itu ke salah satu gerombolan Tono.
Ryan menggeleng. Tono tersenyum puas.
Tono dan gerombolannya tertawa keras.
Tono memasang flashdisk itu di laptopnya.
Ryan tertawa pahit. Tono mengangkat alisnya.
Tono mengangguk-angguk setuju. Tangan Tono bergerak di atas keypad untuk mencari folder rekaman di flashdisk.
Di belakang jendela, Kai terlihat menahan marah dan hendak berbalik pergi. Namun, Cho segera menahannya. Ryan menunduk dan menelan ludah. Tangannya memilin celana dengan cemas. Sebelah kakinya bersiap mundur.
Ryan tersenyum kaku. Tangannya mencengkram celana makin kencang.
Ryan mengangkat wajahnya, tatapannya terlihat takut. Gerombolan Tono berkumpul di depan laptop, berusaha melihat dengan lebih jelas. Wajah mereka mengeras, menahan marah. Dari laptop terdengar suara Tono yang sedang menagih pajak ke murid-murid. Tono mengangkat wajahnya, menatap Ryan dengan murka. Ryan memberanikan diri untuk tersenyum.
Tono bangkit berdiri, terlihat siap menyerang Ryan
Tono menendang mejanya. Gerombolannya kaget dan menahan laptop dengan panik. Tono menghampiri Ryan dan langsung mencengkram kerah bajunya.
Ryan melepaskan diri dan balik mengcengkram kaos Tono.
Tono melayangkan tinjunya ke arah Ryan. Namun, belum sampai ke muka Ryan, sebuah tangan menahannya. Tono menoleh dan menemukan Kai berdiri di sampingnya, menahan tangan Tono sekuat tenaga.
Tono langsung menyerang Kai. Kai berhasil menghindar dan membuat Tono nyaris jatuh. Gerombolan Tono yang lain menyerang Ryan, membuat Ryan tersudut. Kai berlari dan mencoba menoleng Ryan. Tono menarik Kai kembali, memaksanya untuk terus bertarung.
Tono terlihat lebih unggul. Namun, Kai terus bangkit dan berusaha melawan Tono sekuat tenaga. Tono mendorong Kai kuat-kuat di pintu depan hingga pindu itu terbuka. Kai terjatuh di teras, Tono berada di atasnya. Tono meninju wajah Kai hingga eye patch-nya terlepas, memperlihatkan mata dengan luka bakar yang menyeramkan. Tono membeku takut saat melihat mata kiri Kai itu. Kai tertawa melihat reaksi Tono.
Tono akan melayangkan tinjunya lagi, tetapi tiba-tiba Ryan menarik bahunya dari belakang. Tono menoleh marah dan menemukan kamera handphone Ryan yang terarah padanya.
Ryan mengarahkan kamera handphonenya ke seluruh arah. Gerombolan Tono berusaha menutupi wajah mereka dengan panik.
Tono melepaskan Kai dan berdiri. Dia menatap marah ke arah Ryan, kemudian memberi isyarat bagi gerombolannya untuk pergi. Tono dan gerombolannya pergi meninggalkan vila itu.
Kai terbaring di lantai sambil mengatur napas. Ryan menarik tangannya, membantunya bangun. Kai dan Ryan pun duduk selonjor di teras sambil mengatur napas mereka yang ngos-ngisan, terlihat lega sekaligus lelah.
Ryan melirik layar handphonenya dan tertawa. Ryan menunjukan layar handphonenya ke Kai
Sesaat Kai dan Ryan tertawa bersama.
Hening sesaat. Keduanya terlihat ingin memulai obrolan lagi, tetapi sama-sama ragu. Kai akhirnya memutuskan untuk mengatakannya.
Ryan tersenyum geli.
Kai tertawa kecil. Namun, perlahan wajahnya kembali muram.
Kai menoleh, menatap Ryan. Ryan tertawa canggung.
Ryan bangkit berdiri, disusul Kai. Ryan tiba-tiba teringat sesuatu.
Kai teringat Cho, lalu langsung menoleh ke halaman samping. Tak ada siapa-siapa.
Ryan berjalan keluar halaman vila. Kai bergerak mengikuti Ryan, tetapi pandangannya masih mengelilingi sekitar vila, mencoba mencari Cho yang tak terlihat dimana-mana.