Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
52.EXT. HALAMAN VILA TUA/TERAS VILA TUA — DAY
Kai berlari menuju teras vila tua, lalu hendak membuka pintu depan seperti biasanya. Namun, pintu itu tak bisa terbuka. Kai terus mencoba membukanya, berusaha mendorongnya, tetapi tidak bisa. Kai menggedor pintu keras-keras.
Tak ada jawaban.
Kai berpindah ke jendela di samping, mengetuk-ngetuk sambil berusaha membukanya. Namun, lagi-lagi jendela itu tak bisa terbuka.
Kai berusaha melihat ke dalam tetapi tak terlihat apa-apa. Kai mengembuskan napas dengan putus asa.
53.EXT. BUKIT — DAY
Kai menuntun sepedanya menaiki bukit yang pernah dia datangi bersama Cho. Kai melihat ke sekitar, mencari Cho. Namun, tak ada siapa-siapa.
54.EXT. JALANAN DESA — DAY
Kai mengayuh sepedanya menyusuri jalanan desa. Pandangannya berkeliling ke segala arah, mencari sosok Cho.
55.EXT. KEBUN POHON KARET — DAY
Kai berjalan sendiri di tengah kebun karet untuk mencari Cho.
56.EXT. TERAS VILA TUA — DAY
Kai berusaha membuka kunci pintu dengan obeng.
57.EXT. JALANAN DESA — DAY
Kai mengayuh sepedanya semakin cepat.
58.EXT. TAMAN MUSIM SEMI — DAY
Kai menghentikan kayuhan sepedanya di depan taman musim semi gersang yang pernah ditunjukkan Cho. Kai mendesah putus asa karena tetap tak menemukan Cho di sana.
59.EXT. TELAGA — DAY
Kai berdiri di pinggir telaga yang sepi. Dia memanggil nama Cho sekeras mungkin dengan frustasi.
60.EXT. TERAS VILA TUA — DAY
Kai masih berusaha mengutak-atik kunci pintu hingga.. berhasil terbuka! Kai tersenyum lega.
61.EXT. LANTAI ATAS VILA TUA — MOMENTS LATER
Kai berlari ke lantai atas. Senyumnya langsung menghilang begitu sampai di sana. Penampilan lantai atas terlihat jauh berbeda dengan yang biasa dilihatnya. Kini ruangan itu terlihat gelap, kumuh, berdebu, persis seperti ruangan yang sudah ditinggalkan bertahun-tahun. Ruangan itu terlihat amat kosong. Hanya ada lemari kaca dan meja penuh barang yang ditaruh di pojok ruangan begitu saja.
Kai mengamati ruangan itu sambil melangkah pelan. Wajahnya terlihat penuh tanya dan kecewa. Obeng di tangannya terlepas begitu saja ke lantai. Kai mencoba menenangkan diri dan mencari sesuatu yang bisa dikenalinya. Lalu pandangannya terhenti pada radio tua yang dia perbaiki di atas meja.
Kai mendekat dan menyalakannya dengan hati-hati. Sebuah lagu sedih melantun dengan suara jernih dari sana. Dengan frustasi, Kai mendorong radio tua itu sampai jatuh berkeping-keping di lantai.
Kai duduk di lantai dengan putus, tak tahu lagi harus mencari Cho di mana.
62.EXT. KUBURAN — DAY
Kai, Ryan, dan Sekar berpencar di kuburan, membaca nama yang tertera di tiap nisan.
Ryan berdecak kesal sebelum kembali mencari. Sekar mendekati Ryan dengan wajah bingung.
Ryan melirik nisan di sampingnya, lalu berteriak kepada Kai.
Dari kejauhan, Kai menggeleng dan langsung berbalik mengabaikan Ryan. Kai berjalan mendekat ke nisan lain. Lalu, tiba-tiba langkahnya berhenti saat ada sosok asing yang berdiri di depannya, menghalangi langkah Kai. Sosok asing itu adalah lelaki berusia 50 tahun ke atas bernama BRAGA. Braga terlihat kurus, muram, kusut, tak terurus. Braga memerhatikan Kai dengan penuh curiga.
Kai yang merasa tak mengenal Braga, hanya menundukkan kepala dengan sopan. Ryan yang berada agak jauh dari mereka, menoleh untuk berbicara kepada Kai.
Ucapan Ryan terhenti saat dia melihat sosok Braga di depan Kai. Braga melihat ke arah Ryan. Seketika wajah Ryan berubah panik. Ryan langsung berjalan cepat menghampiri Kai, diikuti Sekar di belakangnya.
Begitu dekat, Ryan langsung mengamit lengan Kai dan menariknya dengan paksa. Kai terlihat bingung.
Kai mengernyit kaget.
Ryan langsung memukul lengan Kai, memerintahnya untuk diam. Ryan memberi isyarat kepada Sekar untuk membantunya menarik Kai pulang. Sekar pun menurut. Sambil menghindari tatapan Braga, mereka menarik paksa Kai untuk berbalik pulang bersama mereka.
Di belakang mereka bertiga, terlihat Braga samar-samar sedang mengamati mereka bertiga.
Langkah Kai langsung berhenti. Ryan makin panik, sementara Sekar terlihat bingung. Kai menarik lepas tangannya dari Ryan dan Sekar, lalu berbalik menatap Braga dengan penuh tanya. Braga tersenyum masam.
Braga terus melangkah mendekat ke arah Kai. Kai berusaha menahan diri untuk tak mundur. Braga meraih kerah baju Kai, menariknya mendekat.
(suara meninggi)
Tangan Braga beralih ke leher Kai dan mencekiknya. Kai membeku, tak sanggup menghindar dan melawan. Kai menatap Braga, berusaha memahami kemarahannya. Braga makin kesetanan melihat tatapan Kai.
Ryan dan Sekar menghambur dengan panik. Mereka berdua berusaha melepas tangan Braga yang mencekik Kai.
Braga masih tak melepaskan cekikannya. Wajah Kai terlihat pucat dan kesakitan. Tatapan Kai mulai melemah.
CUT TO: