Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Love From The Sea
Suka
Favorit
Bagikan
14. Mewujudkan Impian-Tamat (Scene 96 - 101)

96 INT. RUANG REHABILITASI BNN- SIANG

 

Rizal menjenguk Asoka di tempat rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN). Rizal mencubit pipi Asoka. Asoka tersenyum lalu lalu masuk ke ruangan rehabilitasi. Rizal tampak menunggunya di luar ruangan beberapa saat. Setelah berpamitan dengan staf BNN di ruang tamu. Rizal mengendarai mobil hitamnya.

 CUT TO

 

97 INT. RUANG KERJA AULIAN DI PERUSAHAAN BUANA PROPERTY-SIANG

 

Aulian terlihat menerima empat orang klien bisnisnya di bidang property. Aulian ditemani Rudianto dan Azis menghadap klien di meja rapat kecil di depan meja kerja Aulian. Mereka berbincang serius. Sesekali Aulian menatap map bersampul gambar desain rumah yang diserahkan kliennya.

Tim Aulian dan klien berdiri, tersenyum dan berjabat tangan. Klien bisnis keluar. Azis dan Rudianto keluar dari ruangan. Aulian duduk di meja kerjanya. Membuka ponsel dan membuka folder Galeri. Tangannya memperbesar foto mereka bertiga setelah Asoka keluar dari rumah sakit. Aulian mengclose up wajah Asoka di ponsel. Menatap lama foto itu seraya tersenyum seperti orang yang jatuh cinta.

 CUT TO

98  INT. KAFE OUTDOOR LANTAI DUA – SORE

 

Kafe bernuansa natural, outdoor dengan hiasan tanaman di dinding dan lantai. Kursi dan meja terbuat dari kayu eboni yang luks. Suasana sore lantai dua itu tak terlalu ramai. Rizal dan Aulian memilih tempat di dekat balkon yang mengarah ke taman.

Di depan mereka ada dua cangkir kopi panas. Aulian dan Rizal duduk berhadapan.

 

AULIAN

Bagaimana keadaan Asoka?

RIZAL

Seperti biasa, terapi. Kepatuhannya dipuji di sana. Dia tetap Asoka yang dulu. Kuat dan pantang menyerah (tersenyum)

AULIAN

Setelah dia pulih, aku akan mewujudkan impiannya.

 

Aulian lalu meminum kopinya. Meletakkanya perlahan Rizal menatap Aulian.

 

RIZAL

Apa impian Asoka? Bukankah dia ingin keliling melihat dunia luar?

Aulian tersenyum menatap adiknya.

 

AULIAN

Dia ingin memiliki rumah di atas laut.

RIZAL

Apa?

AULIAN

Asoka ingin membuat rumah hitam dengan versinya sendiri. Dia juga ingin memiliki toko kue.

 

RIZAL

Anak itu sepertinya jatuh cinta dengan rumah kecilmu, Kak (tersenyum) (beat). Tapi aku ragu dia bisa bikin kue. Dulu saja dia kasi aku kue buatannya tapi rasanya tidak enak, hahaha.

Aulian ikut tertawa. Keduanya tertawa.

 

AULIAN

Lebih baik dia bawa mangga. Kau ingat tidak, kue itu aku makan separuh tapi sisanya aku kasi ikan. Hahaha….

RIZAL

Dia terlalu percaya diri. Tapi Asoka itu pemberani, Kak. Dia pernah mengataiku pengecut dan penakut karena tidak mau menemaninya ke laut. Dia membuat kesal. Tapi, kalau bukan dia, mana bisa kau seperti ini (tertawa)

AULIAN

(tersenyum)

Ya… Kalau bukan Asoka, aku mungkin akan terus terkurung dan menjadi gila di sana. Tanpa Asoka aku bukanlah apa-apa. (beat) Setelah menemukannya, aku akan menemaninya seumur hidupku.

RIZAL

Maksudmu?

 

Aulian diam. Rizal menatap Aulian penuh tanya.

 

RIZAL

Apa… kau mencintai Asoka? (bergetar – suara berat)

 

AULIAN

Selama sepuluh tahun ini aku mencarinya. Perasaanku kosong. Hidupku terasa hampa. Untunglah ada ayah yang membimbingku hingga seperti sekarang.

 

Aulian berdiri, memegang pagar balkon kafe menatap ke langit senja yang seolah memeluk gedung-gedung tinggi ibu kota. Rizal mengikuti gerakan Aulian dan berdiri di sisi Aulian menatap langit senja. Aulian diam beberapa saat.

 

AULIAN

Aku hampir putus asa ketika berpisah dengannya. Saat menemukannya pingsan, aku berjanji pada diriku tak akan membiarkannya sendiri.(beat) Aku… mencintai Asoka

 

Rizal terdiam mendengar pengakuan Aulian. Hening sesaat. Aulian berpaling pada Rizal.

AULIAN

Bagaimana denganmu? Maksudku, perasaanmu kepada Asoka?

Rizal tersentak mendengar pertanyaan Aulian. Mulut Rizal terkatup rapat. Dia menatap mata Aulian yang berbinar. Binar bahagia dan penuh harapan. Sangat berbeda dengan sinar mata yang redup saat Aulian diasingkan di rumah atas laut. Rizal tersenyum.

RIZAL

Bukankah kau tahu aku dan Asoka bersahabat?

AULIAN

Jadi, kau tidak mencintai Asoka? Bukankah Asoka menyukaimu?

 

Rizal tersenyum dan menepuk pundak kakaknya.

 

RIZAL

Asoka tidak manis. Banyak bunga lain di luar sana. Dan aku rasa, Asoka juga menyayangimu, Kak.

 

Rizal merangkul Aulian. Tangan kirinya bertengger melingkari pundak Aulian. Aulian masih diam.

 

RIZAL

Apalagi yang kau pikirkan?

AULIAN

Restu bapak dan ibu. Aku…

 

RIZAL

(tersenyum). Tenang kak, urusan bapak dan ibu, biar aku yang selesaikan.

 

Aulian mengangguk dan merangkul adiknya. Aulian tersenyum bahagia menatap pemandangan sore ibukota. Rizal tersenyum getir.

RIZAL (VO)

Aku memang pengecut, Asoka. (pelan)

FADE OUT

 

Tiga tahun kemudian..

 

97  EXT. PEMANDANGAN LAUT KAMPUNG NELAYAN-SORE

Ali, Asoka dan Rizal berdiri menatap laut lepas. Mereka duduk di teras rumah atas laut yang tampak indah dan megah. Tak jauh dari mereka beberapa cottage atas laut berdiri dan terhubung dengan jembatan cantik ke pantai.

ASOKA

Makasih kak Ali, mewujudkan impian memiliki rumah hitam atas laut yang cantik ini.

 

Asoka dan Ali berangkulan dan bergandengan tangan. Rizal berdiri di sampingnya menatap laut lepas. Sesekali menatap kemesraan pasangan suami istri di dekatnya.

 

INSERT TO

Di ruangan lain, bapak dan ibu Ali dan Asoka sedang berbincang di ruang makan. Mereka bersenda gurau.

 

ASOKA

Zal, kapan kau akan menyusul kami menikah?

Rizal tersenyum

RIZAL

Entahlah. Oh ya, aku mau lihat resort di sana.

AULIAN

Awas, kau kecantol turis.

 

Ketiganya tertawa. Rizal melangkah pergi setelah menatap dalam ke wajah Asoka.

CUT TO

 

98 EXT. PEMANDANGAN PANTAI DEPAN RESORT (BEKAS RUMAH HITAM ALI- SORE

 

Restoran pantai berlabel Asoka Bakery & Cake berdiri megah di pantai. Marwan terlihat sibuk mengatur mobil yang mengangkut terigu.

Di pinggir pantai terlihat, jajaran kafe berwarna warni. Orang-orang duduk menatap sunset

 CUT TO

 

99  EXT. SEBUAH TERAS RESORT KAWASAN PANTAI NELAYAN-SORE

 

Rizal melangkah ke teras resort mewah yang menghadap ke laut. Di depannya rumah hitam dengan desain baru milik Aulian dan Asoka berdiri megah. Kawasan resort yang sengaja dibangun Aulian di kawasan kampung Nelayan sebagai sarana wisata.

 

Duduk sendiri menatap sunset yang tampak indah bak lukisan. Dia duduk dengan kaki menggantung di atas permukaan air. Matanya menitikkan air mata menatap gambarnya saat masih SD berdua. Lalu menatap foto lainnya saat dia foto berdua dengan Asoka di masa kini.

DISSOLVE TO

 

100. EXT. TAMAN KOTA DEKAT KAFE – SORE (FLASH BACK)

 

Rizal dan Asoka duduk bersisian. Kepala Asoka bersandar di bahu Rizal yang mengenakan baju casual. Air matanya mengalir.

ASOKA

Kenapa kau tidak mencintaiku, Zal?

Rizal terdiam. Lalu menghapus air mata Asoka dengan tangannya. Menangkup pipi Asoka dan menatapnya lembut.

 

RIZAL

Kau masih Asoka yang manis

ASOKA

Mengapa kau mendorongku untuk Kak Ali?

RIZAL

(tersenyum)

Cintanya lebih besar untukmu.

 

ASOKA

Tapi aku mencintaimu

Rizal menarik Asoka ke dalam pelukannya. Mata Rizal berkaca-kaca sambil mengusap rambut Asoka perlahan.

CUT BACK TO

 

101. EXT. TERAS RESORT KAWASAN PANTAI NELAYAN-SORE

Rizal mengusap foto Asoka dan dirinya yang sedang tersenyum sambil menaikkan jemari berbentuk huruf victory. Rizal berdiri dan berteriak keras. Air matanya menitik membasahi pipinya. Dia menangis.

 

RIZAL

Aku mencintamu, Asoka! Aku mencintaimu, Soka!!

FADE OUT

 

 

TAMAT

 

  Pesan Akhir Film sebelum Credit Tittle

 Untuk Anak Indonesia

 

Setiap anak punya hak untuk hidup. Hak mendapatkan kasih sayang. Mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang layak.

Hartamu adalah anakmu. Jagalah dia dengan cinta agar dapat menebar kebaikan di muka bumi. 

 

Belajarlah terus , raih cita-citamu tanpa kenal kata menyerah.

 

Jauhi Narkoba!

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar