Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Love From The Sea
Suka
Favorit
Bagikan
8. JALUR YANG BERBEDA/ Chapter 59 - 67

59. EXT. HALAMAN AKADEMI KEPOLISIAN – SIANG

Beberapa orangtua berbincang dengan anaknya yang mengenakan pakaian polisi. Polisi-polisi muda jebolan Akademi Kepolisian itu terlihat gagah. Seorang polisi muda berwajah cerah dihiasi senyum lebar berjalan mendekat.

Selama berjalan, tak hentinya dia bertegur sapa dan tersenyum ramah pada rekannya. Pemuda berseragam polisi itu adalah Rizal (21 tahun)menghampiri dua orang tua yang berdiri menunggunya. Rambutnya cepak. Kulitnya kecoklatan namun bersih. Dia segera merentangkan tangan dan memeluk kedua orangtuanya.

RIZAL

Rizal sudah lulus, Bu, Bapak

BAPAK & IBU

Alhamdulillah, Nak

RIZAL

Jadi, aku bisa ke kota, ya Bu?

 

Ibu memandang ragu pada Bapak yang berdiri di dekatnya.

BAPAK

Kau mau mencari Ali dan Asoka?

RIZAL

(tersenyum)

Aku ditugaskan di ibukota, Pak. Semoga aku juga bisa menemukan mereka.

IBU

Kapan berangkat?

RIZAL

Beberapa hari ke depan

 

BAPAK

Ya sudahlah…kita pulang dulu.

 

Bapak merangkul anaknya lalu melangkah meninggalkan halaman Akpol.

 

60. INT. KAMAR TIDUR AULIAN – MALAM

Ruangan tidur yang luas dan lux bernuansa abu-abu gelap dan putih. Tempat tidur yang empuk dengan warna biru tua. Beberapa lukisan laut terpajang. Foto Ahmad dan Aulian serta foto-foto saudara angkatnya terpasang di dinding.

Meja kerja Aulian berada di sana, dibatasi sekat transparan. Aulian masuk dari luar dan menuju meja kerjanya. Duduk membisu sekian lama. Menatap sebuah foto yang selama ini dibawanya. Fotonya bersama Rizal.

AULIAN

Sudah tujuh tahun…(beat) bagaimana kabarmu Rizal?

Aulian bangkit berjalan menuju balkon.

CUT TO

 

61. EXT BALKON RUMAH AULIAN – MALAM

 

Bintang berkelap kelip di kejauhan. Dari atas balkon, Aulian menatap langit. Ada resah di wajahnya. Dia memegang pembatas balkon.

AULIAN (VO)

Rasanya baru kemarin kita menatap bintang di atas atap. (beat) Maafkan aku Asoka…Belum bisa menemukanmu. Aku akan pergi jauh menuntut ilmu.

Aulian menghela napas panjang. Pandangannya jauh menembus malam.

DISSOLVE TO

62. EXT. JALAN KAWASAN PENDUDUK – DINIHARI (FLASHBACK)

Asoka berlari dalam gelap. Lalu melambaikan tangan saat mereka berpisah karena tak ingin terkejar oleh para pencuri malam itu. Aulian menatap Asoka hingga menghilang dari pandangannya. Lalu dia berlari ke arah berbeda.

CUT BACK TO

 

63. INT. BALKON RUMAH AULIAN – MALAM

 

Aulian mengusap wajahnya. Dia duduk perlahan di kursi balkon. Perlahan dia mengeluarkan sebuah pita rambut warna biru milik Asoka yang terlepas saat mereka dikejar petugas Satpol PP.

                         AULIAN (VO)  

Hanya benda ini yang kau tinggalkan…

Aulian tampak mengusap matanya yang menitikkan air mata.

 

SPLIT SCREEN

 

64.  INT. RUANG TAHANAN KEPOLISIAN – MALAM

Ruang tahanan Asoka sepi. Dua tahanan perempuan lainnya telah tertidur beralaskan tikar tipis dan bantal kusam yang juga tipis. Asoka berbaring menghadap dinding. Dia belum tidur. Perlahan Asoka terlentang. Menatap langit-langit ruang tahanan yang lusuh. Tangannya memegang kalung berliontin jerami kuda laut yang mulai kusam.

ASOKA

Selamatkan aku, Kak.

 

Air mata Asoka menitik. Dia menghela napas panjang.

ASOKA

Kalau kau tidak dapat menemukanku, maka aku yang akan mencarimu.

 

FADE IN

 

Tiga tahun kemudian

 

65  INT.RUANG KELUARGA AULIAN – PAGI

Ahmad Syahrizal tersenyum menatap layar laptop. Disana terpampang video Aulian sedang menjadi pembicara di seminar ekonomi nasional Universitas Indonesia.

Erik (25 tahun), tersenyum di sampingnya sambil melihat ke layar laptop.

ERIK

Kak Aulian hebat ya, ayah. Jadi direktur, dan juga aktif mengajar. Malah sekarang jadi pembicara di beberapa seminar.

AHMAD

Ya… setelah kau sarjana lanjutkan kuliahmu. Kakakmu dua tahun sudah lulus S2 dari Stanford University.

Ahmad menatap Erik tersenyum.

ERIK

Tenang, ayah. Aku mau kuliah S2 di Indonesia saja. UI, hehehe

Ahmad menepuk pundak Erik. Pemuda tinggi berkulit bersih bermata kelam.

AHMAD

Iya nak. Oh ya, sudah temukan jejak Asoka?

ERIK

Aku sudah mencarinya kemana-mana, tapi…(beat) sulit menemukan perempuan berkalung jerami berbentuk kuda laut. Apalagi, Kak Aulian tidak punya fotonya. Hanya bilang, Asoka berkulit hitam manis, bermata lentik, bibir mungil, rambut cokelat, ehm…hah. Ciri seperti itu banyak, ayah. Apalagi itu kan saat mereka masih remaja. Pasti setelah sepuluh tahun semua berubah kan?

Erik berdiri sambil berpikir. Memegang dagunya seraya menatap ayahnya.

 

ERIK

Atau Asoka sebenarnya… sudah… sudah, meninggal?

 

AHMAD

Eh, jangan bicara seperti itu Erik. Jangan sampai terdengar kakakmu. Kita harus percaya, Asoka itu masih hidup. Memiliki harapan itu penting daripada jadi orang pesimis.

Erik tersenyum lalu memeluk ayahnya dari belakang.

ERIK

Hehehe, aku becanda kok, ayah.

AHMAD

Kalian berlima adalah anak-anakku. Aku tidak punya anak karena istriku mandul. Tapi aku percaya sama Tuhan, rezeki dan anak itu karunia-NYA. Dan… kalian adalah anugerah terindah dari Tuhan untukku. (mengusap pundak Erik)

 

66. INT. RUANG TAMU RUMAH KECIL ASOKA – PAGI

Ruang tamu itu berukuran 2x3 meter. Bercat kuning kusam dan pucat. Dindingnya sudah retak-retak. Beberapa tempelan semen di dinding. Di ruangan itu hanya ada kursi kayu dan meja tanpa taplak meja.

Rumah itu hanya punya satu ruang tamu, satu kamar tidur, dapur dan kamar mandi. Asoka tinggal sendiri sejak keluar dari penjara.

Satu televisi LCD berukuran 21 inci dan sebuah akuarium berukuran gelas berisi 3 ikan beda warna. Asoka tersenyum menatap sendu pada ikan itu. Beberapa bekas luka di lengan dan betis Asoka. Dia meringis dan gemetar karena sakaw. Tangannya mengusap gelas kaca berisi ikan.

ASOKA

Hitam ikan Kak Ali, Biru ikanmu Rizal, merah… itu aku.(tersenyum sambil meringis). Aku belum bisa pulang menemuimu Rizal… aduh…Aku harus bertahan…Aku pasti bisa bertahan…(meringis kesakitan)

Asoka terduduk lemas di dinding ruang tamu. Wajahnya pias. Bibirnya pucat.

DISSOLVE TO

67. INT RUMAH KAWASAN PERUMAHAN – DINIHARI (FLASH BACK)

 

Bos MALIK (45) tersenyum menatap Asoka yang baru saja didapatkan oleh kelompoknya saat melakukan aksi pencurian. Gadis kecil itu pingsan dan dibiarkan di lantai. Tujuh orang pria berdiri sekeliling pria yang mengenakan baju tidur.

MALIK

Kalau dia sadar, beri makan.

ANAK BUAH #1

Kita apakan dia, Bos?

MALIK

(memegang dagunya dengan jari telunjuk dan jempol menatap Asoka)

Ajari dia. Calon kurir kita. Tapi ingat, jangan pernah menyentuhnya. Kita bukan penjahat kelamin. Kalau dia macam-macam, pukul saja.

 

Semua anak buahnya mengangguk hormat. Malik segera berbalik kembali ke kamarnya. Salah seorang mengangkat Asoka dan membawanya sebuah kamar.

 

START OF MONTAGES

Asoka dikawal seorang pria saat mengantarkan narkoba di sebuah halte bus. Dia ditarik paksa saat hendak kabur. Asoka ketakutan saat diancam oleh pria anak buah Malik. Asoka menurut dan mengantar narkoba ke sebuah sekolah, dan diawasi oleh pria muda.

Asoka usia 21 tahun, sakaw dan seseorang memberinya morfin. Asoka tersenyum.

 

Asoka berlari dari rumah Malik saat malam. Namun dua orang memburunya. Asoka bersembunyi di sebuah pos satpam. Namun dia tertangkap saat berlari meninggalkan tempat itu. Asoka dipukuli. Dia memaki dan meludahi dua pria yang berkelahi dengannya. Asoka dipukul dan pingsan.

Asoka ditampar, dipukul hingga hidungnya berdarah karena berusaha lari. Dia dikurung dalam kamar. Asoka terkulai di lantai. Bahunya berguncang karena tangis.

END OF MONTAGES

CUT BACK TO

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar