Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Love From The Sea
Suka
Favorit
Bagikan
1. Asoka/ Scene 1-7

LOVE FROM THE SEA

Written By Affa Rain

ACT 1

 

1      EXT. SUASANA PEMUKIMAN SEBUAH DESA NELAYAN- SORE

ESTABLISHING SHOT.

Perkampungan yang berada tak jauh dari kawasan pantai. Jalan tanah bercampur pasir. Deretan rumah-rumah diselingi pepohonan kelapa dan mangga. Ada pula rumah yang bagian depannya ditumbuhi jambu batu. Rumah penduduk cukup rapat. Bentuknya tak serupa. Ada yang beratap seng, jerami dan paling bagus beratap genteng.

Ada yang sudah lusuh dengan dinding kayu yang mulai retak. Ada pula rumah dengan jendela dibuat seadanya dari bambu. Di depan rumah sebagian warga, terjemur udang-udang kecil (ebi) dan ikan yang biasa dijual jika sudah mengering. Di salah satu rumah itulah ASOKA (11 tahun) tinggal.

Pohon jambu depan rumahnya tumbuh subur. Tampak ASOKA memetik jambu yang tumbuh sejajar dengan tiang rumahnya. Langsung memakannya dan memandang ibunya yang sedang menjemur ikan yang dikeringkan. Kakak perempuannya, Nurul (13 tahun) membantu sang ibu mengumpulkan ikan yang sudah dijemur. Sedangkan kakak lelakinya, Imran (17 tahun) membereskan kelapa-kelapa tua.

Dengan rambut cokelat tergerai,Asoka tersenyum nakal lalu berlari menuju pagar rumah yang terbuat dari bilah bambu yang berwarna hitam.

ASOKA

(tersenyum nakal) Ibu, Asoka main dulu!!

 

IBU ASOKA

Kau jangan manjat lagi. Kau tak tahu orangtua

teman-temanmu sering mengadu kalau kau suka manjat dan jatuh.

Ibu mengusap peluh dengan tangan kanannya seraya menggeleng- gelengkan kepalanya menatap Asoka yang berlari kecil dengan sandal kebesaran menjauh dari arah pagar. Kakak lelakinya hanya tersenyum kecil memandang adiknya. Nurul berjongkok membalik ikan tanpa melihat ke arah Asoka.

 

CUT TO

2      EXT. JALAN PEMUKIMAN DEPAN SEBUAH RUMAH - SORE

ASOKA berhenti dan mendatangi tiga teman lelaki sebayanya yang sedang bermain kelerang di halaman depan rumah yang ditumbuhi mangga. Mereka menatap ke Asoka yang membawa jambu di kiri kanan tangannya sambil tetap berjongkok memegang kelereng. Mereka sudah terbiasa dengan Asoka. Asoka meletakkan jambu di dekat mereka.

ASOKA

Tukar jambu. Mana manggaku?

(Seraya menatap bangku kosong yang dekat temannya. Kecewa)

 

 TEMAN LELAKI #1

(Tersenyum mengejek melihat wajah Asoka)

Itu disana.(beat) Aku ga kuat manjat.

Kalau kurang,ambillah lagi. (Menunjuk ke arah pohon mangga)

Asoka berjalan menuju ke pohon di dekatnya dan mengambil mangga yang sudah dikantung plastik hitam tergantung di salah satu dahannya. Mengambil dan melihat isinya.

ASOKA

Kenapa cuma dua? Ini kurang (wajah kesal)

Asoka pergi bergegas menuju rumah di ujung kampung seraya menenteng kantung berisi dua biji mangga setengah matang. Teman-temannya tersenyum lalu melanjutkan permainan kelerang.

 CUT TO

 

3      EXT. PEKARANGAN RUMAH RIZAL - SORE

 

Asoka memanjat pohon mangga yang cukup tinggi di halaman rumah Rizal (11 tahun). Tangannya meraih mangga yang tampak ranum. Sementara Rizal berteriak-teriak di bawahnya.

 RIZAL

Berhenti Asoka!! Nanti jatuh! (menatap ke arah

Asoka di atas dengan wajah kesal dan khawatir )

 

Asoka tetap merangkak naik.

RIZAL

Turun Asoka!! Kalau jatuh aku tidak akan mau menolongmu!

 

Asoka terjatuh. Terduduk dan meringis memegang kakinya yang mengeluarkan darah. Rizal berkerut kening melihat luka lecet di lutut Asoka di depannya.

 

RIZAL

Sakit ya? Aku sudah capek teriak melarangmu...(menghela napas)

 

Asoka mengangguk. Menahan tangis karena malu.

 RIZAL

Sekarang kau rasakan akibatnya, Soka.

 

Rizal berdiri diam ditempatnya mengamati Asoka yang meniup lututnya. Baju pinknya makin kusam terkena tanah berpasir.

 

ASOKA

(mendongak menatap Rizal)

Bisakah ambilkan obat merah, Zal?

Asoka meniup lukanya kembali dan mengikat rambutnya yang tergerai kecokelatan karena matahari dengan gelang karet dari lengan kanannya. Rizal masih diam sambil memandanginya. Mengamati tubuh Asoka yang terdapat bekas luka pada bagian tangan dan kaki gadis itu karena sering terjatuh saat manjat maupun saat bermain. Rizal berbalik ke arah rumahnya.

ASOKA

Hei! Mau kemana kau? (panik)

 

Asoka berdiri susah payah dengan langkah pincang mengikuti Rizal menuju ke rumahnya. Keduanya duduk pada tangga bagian bawah rumah panggung itu. Rizal menoleh sebentar ke arah Asoka.

 RIZAL

Aku ambilkan obat. Kau tunggu di sini.

 

Rizal naik ke tangga. Masuk rumah, lalu muncul membawa obat merah di tangannya. Asoka tersenyum dan mengolesi lukanya sendiri.

ASOKA

Sekarang,lukaku sudah aman. (beat)

Ayo, temani aku ke rumah atas laut. (tersenyum)

 

Rizal terdiam dengan wajah cemas dan gelisah. Dia berharap Asoka tidak mengajaknya kembali ke rumah itu setiap hari.Rumah kecil, pengap yang dibangun di atas lautan. Dia tak mau melihat apa yang ada di sana karena membuatnya terluka. Hari ini, Asoka kembali memintanya untuk menemani. Wajahnya mendongak ke atas. 

DISSOLVE TO

 

4      EXT. LAUT TEPI PANTAI - SORE

ESTABLISHING SHOT

Laut jernih dengan ikan karang terlihat. Di tepi pantai ada daratan menjorok menyerupai bukit kecil. Di seberang daratan itu terdapat rumah bercat hitam kusam berukuran 2x2 meter.

Dinding reot dan jendela kecil seukuran kepala yang berbentuk kotak.

CUT TO

5      INT. RUMAH HITAM ATAS LAUT - SORE

 

Ali (14 tahun) terpekur menekuk lutut bersandar di dinding yang bergambar banyak wajah terbuat dari kapur. Rambut ikalnya berantakan, panjang hingga bahu. Kusut seperti tak pernah disisir. Sejenak diam. Lalu mendongak mengintip laut dari lubang dinding rumah dengan tatapan kosong dan lesu.

Menatap ke arah daratan cukup lama seperti berharap seseorang akan hadir disana. Dia menghela napas panjang. Menggoreskan angka di dinding. Angka yang menandakan lamanya dia berada di sana. Ali kembali menekuk wajahnya yang kotor.

Sekelilingnya hanya ada tikar anyaman berseprei sarung kotak-kotak yang warnanya buram dan satu bantal lusuh. Di depannya pakaian dan gelas berantakan. Tempat dia tidur, makan, minum dan buang hajat berada dalam satu ruang.

Ia mengusap kepalanya dengan napas berat. Lalu merebahkan tubuh di tikar. Menerawang menatap langit-langit rumah yang mulai tembus oleh cahaya karena lubang di atasnya.

 FADE IN

6      EXT.PEKARANGAN RUMAH RIZAL- DEPAN TANGGA- SORE

Rizal masih menampakkan wajah cemas karena tak ingin membiarkan Asoka pergi.

RIZAL

Bisakah kau berhenti ke sana, Soka?

(menatap tajam ke mata Asoka)

 

ASOKA

Dan... bisakah kau peduli pada saudaramu sendiri?

Bisakah, hah?! (beat) Bisakah kau menggantikan posisinya

walau satu malam saja? Apakah kau tidak merasakan apa yang

dia rasakan!!? Dia sendiri. Sendiri, Zal!!!

Asoka berdiri tanpa meringis. Seolah luka jatuhnya lenyap seketika. Memandang tajam pada Rizal yang terdiam.

 

RIZAL

Aku bukan dia, Soka. Jangan paksa aku menemanimu!

 

Rizal berbalik. Meninggalkan Asoka sendiri yang menatapnya kesal.

 

ASOKA

Kau memang pengecut. Selamanya akan jadi penakut!

 

Asoka beranjak dari depan tangga. Berjalan mengambil mangga yang sudah dipetiknya. Memasukkan ke dalam kantung plastik yang selalu di bawa. Menoleh sejenak ke arah pintu rumah Rizal. Saat sudah berada depan pagar, Asoka menoleh ke arah rumah Rizal lalu berteriak.

 ASOKA

Aku pergi sendiri, Zal. Kau tak perlu ikut!

 

Asoka melangkah pasti. Menuju rumah hitam di atas laut.

 

SPLIT SCREEN

7      INT. RUMAH RIZAL - SORE 

Sementara Asoka pergi, Rizal berdiri mematung membelakangi pintu dengan wajah kusut. Antara membiarkan Asoka sendiri menantang bahaya atau menghadapi kenyataan pahit yang siap menyambutnya di rumah yang sengaja dibangun di atas laut itu.

 

CUT TO

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar