Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
88. EXT. RUMAH ATAS LAUT – SORE (FLASH BACK)
Langit cerah. Asoka tersenyum menatap Ali yang baru dilihatnya pertama kali tersenyum dari balik jendela kecil di rumah hitam atas laut. Asoka tampak berbicara dengan Ali. Lalu terlihat bernyanyi riang.
AULIAN (OS)
Kau yang membuatku tersenyum pertama kali saat jiwaku hancur. Kau yang membuatkan lagu penyemangat agar aku tak pernah berhenti berharap untuk hidup lebih baik. Kau yang menggandeng tanganku saat ku terjatuh. Kini, aku tak akan pernah meninggalkanmu.
CUT BACK TO
89. INT. KAMAR PAVILLIUN CEMARA RUMAH SAKIT MEWAH-MALAM
Tangan Asoka bergerak-gerak. Aulian menyadarinya. Menatap lekat ke jemari Asoka. Mata Aulian tertuju ke wajah Asoka yang tampak pucat. Mata itu mengerjap sebelumnya akhirnya terbuka. Mata itu masih sama. Bola mata hitam bulat dengan alis tebal yang menaunginya. Bulu matanya lentik. Mata hitam yang memancarkan cahaya dan semangat bagi dirinya. Bibir mungilnya yang pucat tak mengurangi manis parasnya, terlihat bergerak-gerak.
AULIAN
(pelan) Asoka
Aulian dan Asoka saling tatap beberapa lama. Ada kerinduan terpancar di mata keduanya. Air mata jatuh di pipi Asoka. Bibir Asoka bergerak hendak mengucapkan sesuatu.
ASOKA
(terisak)
Kak…Ali…
Aulian mengangguk. Matanya berkaca-kaca mendengar Asoka menyebut namanya.
AULIAN
Iya, ini aku. Kau masih mengingatku
Asoka tersenyum. Air matanya masih mengalir
ASOKA
Tahi lalat di pipimu kak…Juga matamu (tersenyum)
INSERT TO
Ahmad dan Erik berjalan di lorong rumah sakit menuju Paviliun Cemara tempat Aulian dan Asoka dirawat. Mereka kini berada di depan pintu.
AHMAD (OS)
Assalamualaikum
AULIAN
Walaalaikum salam. Masuklah ayah.
Tatapan Asoka mengarah pada Ahmad dan Erik yang memasuki ruangan. Aulian tersenyum pada Asoka. Dia lalu berdiri memberikan ruang bagi Ahmad dan Erik berdiri di sisi pembaringan Asoka.
Ahmad menatap Aulian lalu tersenyum. Menepuk pundak Aulian.
AHMAD
Akhirnya kau menemukannya setelah sepuluh tahun berlalu, Aulian.
ERIK
Jadi ini perempuan yang selalu dicari-cari Kak Aulian….(tersenyum jahil). Manis juga ya, Kak.
Aulian menatap Asoka lalu tersenyum. Dia dapat melihat tatapan keheranan Asoka melihat Aulian memanggil ayah pada Ahmad dan sapaan Erik pada Ali.
AULIAN
Pak Ahmad, ayah angkatku Asoka, dan dia (menoleh pada Erik), adik angkatku juga. Keluarga merekalah yang menolongku saat itu
AHMAD
Sudahlah, biarkan Asoka istirahat. Kita masih punya banyak waktu. (tersenyum) Kami harap, kau kuat, Nak. Cepatlah sembuh
Ahmad menyentuh kepala Asoka dan mengusapnya. Asoka menatap haru perhatian Ahmad.
Ponsel Aulian berdering. Ahmad dan Erik duduk di sofa besar. Aulian masih berdiri di sisi Asoka.
AULIAN
Malam, iya, saya Aulian
RIZAL (OS)
Maaf mengganggu malam Bapak. Saya Kapolsek Waru, Rizal
AULIAN
Oh, tidak apa-apa, Pak. Ada yang bisa saya bantu?
RIZAL (OS)
Begini…
90. EXT. TERAS PAVILIUN CEMARA RUMAH SAKIT – MALAM
Aulian duduk gelisah di sofa teras paviliun. Sesekali matanya menatap ke arah koridor rumah sakit.
AULIAN
(bergumam)
Aku sungguh tidak mau Asoka sampai dipenjara lagi. Dia korban. Harusnya diterapi. Kenapa polisi itu begitu ingin menemuinya?
Aulian mengusap wajahnya.
INSERT TO
Di dalam kamar, Ahmad membaca sebuah majalah. Erik sedang bermain game di ponselnya. Asoka terlihat terlelap.
Aulian berdiri ketika menatap sosok pria berbaju seragam kepolisian yang muncul dari arah koridor rumah sakit yang menuju ke Paviliun Cemara tempatnya berada.
Sosok itu adalah Kapolsek Waru, Rizal. Langkahnya tegap mendekati Aulian. Di belakangnya, dua polisi menyertai. Hingga jarak tujuh meter langkahnya terhenti. Wajahnya tegang. Aulian pun demikian. Dari jarak itu, mereka diam dan mulai mengenali satu sama lain.
AULIAN
Rizal?
Aulian perlahan mendekati adiknya, Rizal. Sementara Rizal terpaku di tempatnya. Menatap lekat wajah sang kakak yang jauh berubah. Matanya kini berkaca-kaca. Aulian makin dekat. Hingga jarak satu meter. Dia berhenti. Tersenyum lalu memeluk Rizal dengan erat. Tangan Rizal perlahan terangkat dan balas memeluk Aulian.
RIZAL
Kau lupa janjimu untuk pulang.
Aulian tersenyum. Lalu melepaskan pelukannya. Aulian menatap Rizal.
AULIAN
Akhirnya kita semua dipertemukan di sini.
RIZAL
Semua? Maksudmu, Asoka? Apa dia yang dirawat karena…
Rizal terdiam menatap pintu kamar Paviliun. Dia segera berjalan menuju pintu itu dengan wajah tegang. Namun, Aulian segera menghalang jalannya.
AULIAN
Kau ke sini bukan untuk menangkapnya kan?
Rizal diam menatap Aulian yang masih menghalangi pintu kamar perawatan Asoka.
RIZAL
Aku ingin menemuinya.
AULIAN
Lalu, dua polisi di sana? (menolehkan kepala ke polisi)
Rizal menarik napas panjang.
RIZAL
Nanti kita bicara setelah aku melihat Asoka.
Aulian menatap mata Rizal. Lalu bergeser dari depan pintu. Tangan Rizal perlahan menyentuh gagang pintu.
CUT TO
91 INT.KAMAR PAVILIUN CEMARA RUMAH SAKIT MEWAH– MALAM
Pintu terbuka, terlihat Rizal masuk.
RIZAL
Assalamualaikum
Ahmad dan Erik mendengar salam lalu menoleh ke arah Rizal.
AHMAD & ERIK
Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
Ahmad dan Erik tersenyum melihat tamu mereka.
ERIK
Eh Pak Kapolsek. Silakan duduk, Pak
AHMAD
Kami merasa senang, bapak bisa berkunjung kemari.
Rizal menatap Ahmad, Erik dan Aulian bergantian. Mimik heran tampak di wajahnya. Namun Rizal tetap tersenyum.
RIZAL
Pak Ahmad, maaf saya mengganggu
AHMAD
Oh tidak, demi tugas, kami sangat mendukung
Aulian, Rizal, Ahmad dan Erik tersenyum. Lalu Aulian melihat ke arah Ahmad.
AULIAN
Ayah, Erik, dia adikku. Kami juga baru bertemu
Ahmad manggut-manggut. Sementara Rizal terkejut mendengar panggilan Aulian pada Ahmad. Aulian yang melihat kebingungan itu mendekat ke Rizal.
AULIAN
(berbisik)
Semuanya akan kuceritakan. Sekarang, lihat Asoka
Rizal mengangguk. Matanya kini mengarah ke bed rumah sakit. Pandangannya terhalang tirai. Rizal melangkap perlahan menuju bed Asoka. Sementara Aulian mengikutinya. Ahmad dan Erik berdiri tak jauh dari mereka.
Perlahan tangan Rizal menyingkap tirai pembatas bed pasien. Rizal tertegun menatap Asoka yang tampak pucat dan mata terpejam. Rizal menatap wajah dan tubuh Asoka yang kurus.
RIZAL
Soka…Asoka… Bangun Asoka. Ini aku.
Rizal mengguncang tangan Asoka. Dia sangat berharap Asoka bangun dan melihatnya. Aulian menahan tangan Rizal agar tidak membangunkan Asoka. Tapi Rizal tetap membangunkan Asoka.
AULIAN
Asoka tidur. Masih dalam pengaruh obat dari dokter
RIZAL
Jadi benar dugaanku
AULIAN
Dugaan apa? (menoleh ke Rizal)
RIZAL
Kotak makanan dan baju Asoka kutemukan di salah satu kamar di rumah Malik. Selama ini, sejak kita berpisah di desa, kau tidak menjaga Asoka dengan baik, Kak. Apa kau lupa pesanku sebelum kita berpisah?! Aku menitipkannya padamu untuk menjaganya (menatap Ali dengan mata menahan air mata)
Aulian tertunduk. Merasa bersalah. Tangan Rizal mengepal menahan emosi. Matanya menatap tajam pada Aulian. Tak terima dengan bayangan penderitaan yang dirasakan Asoka dalam jaringan narkoba. Rizal melihat bekas luka di Asoka. Rizal ikut meringis. Aulian mengangkat kepala dan menatap Rizal.
AULIAN
Ini salahku.
RIZAL
Sebaiknya jelaskan semuanya padaku, sekarang!
Rizal lalu melangkah keluar. Aulian terdiam menatap Asoka, lalu menarik napas panjang. Aulian melangkah menyusul Rizal keluar kamar. Erik dan Ahmad melihat wajah tegang kakak beradik itu dengan mimik heran.
Erik berdiri hendak menyusul Aulian, namun Ahmad menahan tangannya. Ahmad memberi kode kepala agar Erik tetap duduk ditempatnya. Erik pun kembali duduk.
CUT TO
92 EXT. TERAS PAVILIUN CEMARA RUMAH SAKIT – MALAM
Dua polisi langsung berdiri dan memberi hormat saat melihat atasannya, Rizal keluar dari kamar. Rizal memberi kode agar keduanya pergi. Kedua polisi itu pergi dari teras dan duduk di koridor tak jauh dari mereka.
Rizal membalikkah tubuh dan menatap tajam pada Aulian.
RIZAL
Jelaskan padaku semuanya. Semuanya! (Setengah berteriak)
Aulian menatap sendu pada adiknya.
DISSOLVE TO