Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
83. EXT. HALAMAN KANTOR KEPOLISIAN – MALAM
Rizal dan anak buahnya bergegas naik ke kendaraan polisi menuju lokasi penangkapan jaringan narkoba setelah mengantar kepergian Ahmad dan Erik di halaman.
Sebagian memakai pakaian sipil dan tidak menggunakan kendaraan dinas kepolisian. Mereka membelah malam menembus jalan padat ibukota.
CUT TO
ACT 3
84. EXT/INT KAWASAN PERUMAHAN BOS MALIK - MALAM
Polisi akhirnya tiba di kawasan perumahan yang diduga menjadi tempat otak pengedar narkoba, Bos Malik. Polisi berpakaian sipil dan seragam menyebar mengelilingi rumah. Masing-masing menggenggam senjata. Terdengar suara dari pimpinan operasi yang dipimpin Rizal.
RIZAL
Menyerahlah Malik. Kami sudah mengepungmu!
INSERT TO
Malik dan keenam anak buahnya panik. Malik menyembunyikan barang narkotika di balik lantai yang bisa dibuka tutup. Dari luar terlihat hanya keramik biasa.
RIZAL
Maju!
START OF MONTAGES
-Beberapa polisi mendorong pintu dengan paksa. Ada yang berusaha kabur dari jendela namun ditekuk dan dilumpuhkan dengan pukulan.
-Tiga polisi di area belakang berkelahi dengan pengedar narkoba, dan satu polisi terluka. Malik dan satu anak buahnya melewati pagar belakang dengan melompat. Polisi menyusul mereka.
-Polisi menembak ke udara hingga tiga kali, namun Malik dan anak buahnya tetap berlari. Tak lama, terdengar jeritan kesakitan saat peluru menembus betis Malik dan anak buahnya. Darah mengucur deras dari luka peluru.
-Para jaringan narkoba itu diamankan ke mobil tahanan dan dibawa ke Polsek. Beberapa anggota polisi lainnya masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
-Beberapa anggota kepolisian menggeledah kamar Malik. Dan akhirnya menemukan ganja dan morfin di bawah keramik.
-Rizal memasuki sebuah kamar yang pernah ditinggali Asoka. Bersama dua anak buahnya yang berpakaian sipil mereka membongkar dan mencari barang bukti.
END OF MONTAGES
CUT TO
85. INT. KAMAR ASOKA DI RUMAH MALIK - MALAM
Rizal sedang mengeluarkan satu persatu isi lemari saat menemukan sebuah kotak kecil berwarna cokelat yang sudah sangat kusam Kotak yang terbuat dari anyaman bambu kusam yang dikenalinya. Kening Rizal berkerut seperti memikirkan sesuatu sembari mengamati kotak di tangannya.
RIZAL
(bergumam)
Kenapa kotak makanan yang kuberikan pada Asoka ada di tempat gembong narkoba? Apa kotak ini jatuh, hilang atau dicuri?
Seorang POLISI #1 yang sedang mengamati ruangan menoleh pada Rizal.
POLISI #1
Menemukan sesuatu, Komandan?
POLISI #1 mendekati Rizal yang masih memegang kotak itu.
RIZAL (VO)
Tak mungkin Asoka terlibat dalam jaringan ini kan? (menggelengkan kepala). Tidak mungkin itu kau Asoka? Tapi kenapa ada kotak ini? Bisa jadi kotak ini dicuri. Dimana kau sebenarnya Asoka, Kak Ali? Apa yang terjadi pada kalian?
Rizal menghela napas panjang. Wajahnya mulai cemas. Polisi #1 melanjutkan memeriksa lemari. Sementara POLISI #2 membuka meja di dekat pintu kamar.
POLISI #2
Ini sepertinya kamar perempuan. Tapi sudah lama tidak ditinggali, Komandan.
Rizal masih diam.
POLISI #1
Pak, ini sepertinya yang pernah tinggal di sini masih anak-anak remaja. Ini bajunya. (beat)
Polisi #1 hendak menaruh baju kusam berwarna pink itu di lemari saat Rizal menahan tangannya. Baju itu kini berpindah ke tangan Rizal. Polisi #1 dan Polisi #2 yang melihat itu keheranan. Mereka saling pandang.
RIZAL
(bergumam)
Ini baju Asoka. Baju yang ia pernah pakai saat jatuh dari pohon manggaku
Wajah Rizal menegang. Matanya nanar menatap tumpukan baju bagian lemari bawah. Dengan cepat dia memeriksa satu demi satu baju lemari itu. Tubuhnya seperti lemas ketika menyadari, bahwa kotak makanan itu bukan dicuri. Melainkan Asoka tinggal di kamar itu. Rizal mengusap wajahnya. Kedua polisi mengamati Rizal dengan heran.
FADE OUT
86. EXT. TERAS PAVILIUN CEMARA RUMAH SAKIT MEWAH– MALAM
Aulian duduk menatap pintu paviliun dengan wajah cemas. Dia lalu berdiri. Menuju pintu masuk kamar.Di depan pintu, dia berhenti sejenak. Ada ragu saat tangannya hendak memutar gagang pintu. Seorang DOKTER Pria (40 tahun) ditemani satu PERAWAT (27) perempuan, datang menghampiri, lalu berbicara pada Aulian.
DOKTER
Selamat malam, Pak Aulian
AULIAN
(tersenyum dan mengangguk)
Malam, Dok
DOKTER
Pak Aulian, (beat) Dari hasil analisa kami, Asoka sudah lama mengonsumsi narkotika. Mungkin usia remaja awal. Kami menemukan gangguan fungsi ginjal. Saudari Asoka butuh perawatan intensif
AULIAN
Apa? Ya, Allah…Asoka…
DOKTER
Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menyembuhkan Asoka dari ketergantungan obat. Dengan begitu, efek kerusakan ginjal pelan-pelan coba kami atasi.
Aulian terdiam. Dia mengusap wajahnya. Menghela napas panjang.
AULIAN
Kemungkinan kesembuhannya bagaimana, Dok?
DOKTER
Masih ada harapan besar untuk sembuh.
AULIAN
Lakukan yang terbaik untuk dia, Dok (suara pelan)
DOKTER
(mengangguk)
Saya akan melakukan pemeriksaan rutin.
Aulian mengangguk lemah. Dokter lalu membuka pintu
CUT TO
87. INT.KAMAR PAVILIUN CEMARA RUMAH SAKIT MEWAH– MALAM
Dokter dan perawat berjalan mendekati bed. Di atasnya, Asoka masih terlelap. Aulian mengikut di belakangnya. Perawat memeriksa aliran infus. Memperbaikinya sebentar. Perawat lalu mengambil alat pengukur tekanan darah. Setelah selesai, dokter bertanya seraya memegang tangan Asoka memeriksa denyut nadi.
DOKTER
Apa hasilnya, sus?
PERAWAT
120 per 80, Dok
Dokter mengangguk dengan senyum di wajahnya. Lalu tangannya mengambil senter kecil dari saku baju dokter. Dokter membuka mata Asoka dan menyinarinya dengan senter. Lalu berbincang dengan perawat. Perawat mencatat apa yang dikatakan dokter.
DOKTER
Pak Aulian, tekanan darah Asoka normal. Mudah-mudahan obat yang diberikan bekerja dengan baik. (menoleh pada suster). Sus, besok naikkan dosisnya.
PERAWAT
(mengangguk). Baik, Dok. Ini hasil laboratoriumnya
Dokter mengambil hasil laboratorium dari tangan perawat. Membacanya seksama.
AULIAN
Kapan Asoka akan sadar? Apa yang harus saya lakukan?
DOKTER
Pasien tak hanya mengalami ketergantungan obat tapi juga trauma kekerasan pada tubuhnya. Juga psikis. (beat) Dia anak yang kuat (melihat Asoka). Jaga dia dengan baik. Kalau ada tanda dari dia untuk minta obat-obat terlarang itu lagi, Bapak cukup menekan bel di atas pembaringan pasien.
AULIAN
(mengangguk). Terima kasih. Dok
Dokter dan perawat pamit dan keluar dari pintu. Aulian mendekati Asoka. Menatap haru gadis kecil yang dulu selalu menjenguknya di rumah atas laut.
AULIAN
Asoka, aku menemukanmu. Kau tidak akan sendiri lagi.(suara bergetar)
Aulian duduk di kursi depan pembaringan Asoka. Perlahan tangan Aulian menyentuh puncak kepala Asoka. Mengusapnya perlahan dengan mata berkaca-kaca. Tangan Aulian terlihat gemetar.
DISSOLVE TO