Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
75 EXT/INT. DEPAN RUMAH ASOKA – SIANG
Seorang WARGA (50) mengetuk pintu.
WARGA
Asoka, buka pintunya. Ini ibu bawa makanan. Asoka!
Warga mengetuk. Mengintip dari jendela dan dari gorden yang tersingkap, dia dapat melihat Asoka terbaring. Dia terkejut
WARGA
Asoka!
Warga mendorong pintu rumah yang tak terkunci. Dia masuk dan menggoyang-goyangkan tubuh Asoka. Dia terkejut sekaligus cemas.
WARGA
Dia pingsan
Warga tersebut lalu keluar dan memanggil tetangganya.
CUT TO
76 EXT. RUMAH TETANGGA ASOKA – SIANG
Beberapa warga sedang duduk di teras terlihat. Mereka melihat seorang ibu datang bergegas dari arah rumah Asoka.
WARGA
Asoka pingsan, ayo bantu aku.
WARGA #1
Buat apa kita bantu pecandu seperti dia. Harusnya masuk penjara
WARGA #2
Dia bikin susah saja
WARGA
(ngomel)
Jangan bicara begitu. Kita hidup saling bantu. Kalau suatu saat ada keluarga yang butuh, apa mau dicuekin juga. Hah?! Mau? Kalau dia mati bagaimana? Ga takut dosa karena membiarkan sesama muslim kesusahan dan kita ga bisa bikin apa-apa?
Warga #1 dan Warga #2 saling pandang. Mereka lalu berdiri, menuju rumah Asoka. Lalu masuk ke rumah Asoka. Beberapa warga yang melihat rekannya tergesa-gesa, ikut menuju rumah Asoka.
WARGA #1
Kita bawa kemana?
WARGA #2
Ke kantor polisi?
Warga #1 dan Warga #2 dibantu tetangga lainnya mengangkat tubuh Asoka.
WARGA
(membentak kesal)
Kalian ini kenapa mau dibawa ke kantor polisi? Dia sakit karena narkoba. Kita bawa ke puskesmas dekat masjid.
Beberapa warga mengangguk setuju. Mereka menggotong tubuh Asoka bersama mendekat ke arah rumah Pak RW.
CUT BACK TO
77 EXT.HALAMAN RUMAH PAK RW – SIANG
Aulian sedang bercengkerama dengan beberapa warga. Pak RW terlihat menawarkan rokok, namun tangan Aulian memberi tanda penolakan sambil tersenyum.
PAK RW
Kami sangat kagum pada Pak Aulian. Pintar dan religius.
JEMAAT #1
Masih muda pula.
JEMAAT #2
Bapak dulu tinggal dimana? Asli orang sini?
Aulian tersenyum.
AULIAN
Di laut
Pak RW, Jemaat #1 dan #2 serta beberapa orang yang mendengar tertegun. Beberapa saling pandang. Rudianto yang berada di dekatnya juga terkejut.
Aulian tersenyum. Dia baru akan berbicara kembali saat beberapa warga ramai-ramai lewat di depan rumah Pak RW. Pak RW berdiri diikuti Aulian dan Jemaah yang ikut berkumpul.
PAK RW
Ada apa?
WARGA #1
Ada yang pingsan, Pak RW. Kami mau bawa ke Puskesmas
Aulian mendekat menuju beberapa warga yang mengangkat Asoka.
AULIAN
Biar saya bawa ke rumah sakit. Kebetulan saya ada mobil.
PAK RW
Oh, tidak usah, Pak. Nanti mobil bapak kotor.
AULIAN
Kita harus saling menolong, Pak. Tidak usah takut kotor. Pahalanya lebih besar
Pak RW mengangguk segan. Aulian menoleh pada Rudianto.
AULIAN
Bawa mobil ke sini
Rudianto mengangguk dan keluar untuk mengambil mobil.
PAK RW
Kalian simpan di sofa teras sebelah sana, sembari tunggu mobil Pak Aulian.
Warga lalu membawa Asoka ke sofa teras. Dia masih tak sadarkan diri. Tubuhnya kurus, mata dan bibirnya pucat. Beberapa bekas luka terlihat jelas. Aulian mendekat mengamati gadis yang terbaring pingsan itu.
Pak RW berdiri di dekatnya. Saat pandangannya mengarah ke Asoka, wajah Aulian berubah tegang. Dia lalu menunduk mencari sesuatu. Dia menemukan kalung berliontin kuda laut terpasang di leher Asoka. Kalung pudar dengan bungkusan plastik yang juga lusuh.
AULIAN
(suara serak nyaris tak terdengar, mata berkaca-kaca)
Asoka?!!
Aulian terduduk dengan kedua lutut menumpu di lantai.
Pak RW dan beberapa warga yang memerhatikan Aulian sejak tadi saling pandang dan berbisik. Seorang warga mendekat dan berbisik pada Pak RW. Pak RW menyikutnya untuk berbicara. Warga #1 mendekat ke arah Aulian. Beberapa warga lain penasaran melihat seorang direktur,dosen muda dan religius seperti Aulian duduk di depan seorang pecandu narkoba.
WARGA #1
Dia Asoka. Dulu pernah dipenjara karena jadi kurir narkoba. Dia juga pecandu. Jadi warga tidak ada yang peduli padanya. Tapi karena dia pingsan dan takut dia mati, jadi kami membawanya. Pak Aulian kenal dengan cewek ini?
Wajah Aulian makin sedih. Setitik air mata jatuh di pipinya. Perlahan dia melap dengan jarinya. Menarik napas panjang untuk menenangkan emosinya.
AULIAN
Dia gadis malaikat pemberani yang menyelamatkan hidupku
Aulian mengusap rambut Asoka perlahan. Ucapan Aulian membuat mulut banyak orang yang sedang melihat adegan itu membentuk hurup O.
CUT TO
78 INT. PAVILIUN CEMARA RUMAH SAKIT MEWAH – MALAM
Aulian terduduk di kursi dekat Asoka. Gadis itu belum sadar setelah dibawa ke rumah sakit siang tadi. Wajah Aulian terlihat cemas memandang Asoka masih diam. Jarum suntik menancap di tangan kirinya yang kurus. Di sekitar mereka tampak TV LED dalam posisi mati. Sebuah sofa besar, lemari pendingin kursi dan meja tertata apik dan berkelas.
AULIAN (VO)
Terima kasih Tuhan… Tapi apakah Asoka masih mengenaliku? Apakah Asoka tidak marah kepadaku karena tak jua datang menolongnya hingga membuatnya menjadi pecandu narkoba?
Aulian berdiri. Tak lama terdengar suara ponselnya berdering.
AULIAN
Kalian temani dia
Ali menatap ruang kosong di depannya sebelum keluar menuju pintu ruangan paviliun.
AULIAN
Ya, dia Asoka ayah
AYAH (OS)
Syukurlah, Nak. Bagaimana kondisinya
AULIAN
Masih belum sadar
INTERCUT
79. INT. RUANG KANTOR POLISI – MALAM
Ayah Aulian, Ahmad dan Erik sedang berada di ruang polisi. Erik terlihat berbicara dengan petugas. Sementara Ahmad berdiri dekat mereka sambil menelpon. Ayah dan Erik sedang di kantor polisi.
AULIAN (OS)
Bukankah lebih baik jika cukup Erik dan Linda ke sana.
AYAH
Ayah sangat senang mendengar Asoka ditemukan. Jadi ayah ke sini (tersenyum)
AULIAN
Terima kasih ayah. Semoga jaringan narkoba itu cepat terbongkar.
CUT TO
80. INT. RUANG KERJA KAPOLSEK – MALAM
Ruang bernuansa cokelat muda. Sebuah sofa dan kursi tertata apik. Kapolsek yang tak lain adalah Rizal, duduk menekuri sebuah berkas di depan mejanya. Ketika seorang POLISI (27 tahun) masuk.
POLISI
Lapor, Komandan. Ada Pak Ahmad ingin menemui Bapak.
Kepala Rizal mendongak menatap polisi di depannya.
RIZAL
Pak Ahmad Syahrizal, owner Buana Property Grup?
POLISI
Siap, Pak
RIZAL
(bergumam)
Pelapor jaringan Malik? (beat) Suruh Pak Ahmad masuk.
POLISI
Siap, Pak
Polisi lalu keluar dari ruangan
CUT TO
81. INT RUANG KANTOR KEPOLISIAN - MALAM
Pak Ahmad dan Erik berdiri bersamaan setelah melihat polisi dari ruangan kapolsek mendekati mereka.
POLISI
Silakan masuk, Pak
AHMAD
Terima kasih
Ahmad dan Erik melangkah masuk ke ruangan Rizal. Diantar oleh Polisi.
CUT BACK TO
82 INT. RUANG KERJA KAPOLSEK – MALAM
Ahmad dan Erik diterima oleh Rizal. Keduanya berbincang serius di sofa besar berwarna hitam di ruangan itu.
AHMAD
Pak Kapolsek, sebenarnya kami dapat informasi dari anak buah kami tentang jaringan narkoba ini. Ini sudah lama sejak ada laporan salah satu karyawan kami yang kedapatan mengonsumsi sabu. Kami lalu menyelidiki diam-diam. Tanpa maksud mendahului kepolisian (beat) Lalu melirik Erik.
Nah, dari situ kami dapat informasi bahwa karyawan kami dapat pasokan dari kurir Malik. Dan sepertinya, jaringan ini mengambil anak-anak remaja untuk jadi kurir.(beat)
Rizal manggut-manggut mendengarkan penjelasan Ahmad.
ERIK
Kami curiga, sahabat kakak saya juga pernah jadi kurir Malik. Saat ini dia pingsan dan dirawat di rumah sakit karena kecanduan.
RIZAL
Baik, terima kasih. Kami sebenarnya sudah punya lama mengincar jaringan ini. Kami hanya butuh tambahan info dan bukti. Kalau kami bisa menemui sahabat kakak Anda itu, akan sangat membantu penyelidikan kami.
AHMAD
Oh tentu. Kami akan membantu. Tapi kondisinya sedang sakit. Biar saya kasi nomor kontak anak saya, Aulian biar bapak bisa ketemu dia dan menanyakan langsung.
Ahmad lalu memberikan ponselnya dan memperlihatkan kontak Aulian. Rizal mencatat nomor itu di ponselnya.
RIZAL
Terima kasih atas informasi Bapak. Kami juga dapat informasi, bahwa jaringan ini sedang berada di ibukota. Kami akan segera menangkapnya.
Kapolsek lalu berdiri dan tersenyum pada Ahmad dan Erik. Ketiganya lalu melangkah keluar.
CUT TO