1. EXT. MONUMEN NASIONAL — PAGI
Pagi ini, Zoya mengisi waktu luangnya dengan menemui Selin dan Fina di halaman Tugu Monas. Tempat wisata tersebut dikelilingi taman yang cukup luas yang bisa dimanfaatkan untuk berolahraga atau tempat bermain.
Zoya menunggu kedua temannya sembari duduk di salah satu kursi taman. Dia melihat layar gawainya, yang ternyata sedang melihat fotonya bersama Rafa saat wisuda. Rafa berjas kelabu dan Zoya yang bergaun merah maroon.
ZOYA (V.O.)
Fotonya masih ada. Orangnya yang gak ada, sudah hilang entah kemana. Enam tahun kita lost contact. Mana mungkin masih bisa ketemu? Kak Rifa sudah pindah tempat praktiknya, karena ikut suaminya keluar dari Jakarta. Huft... Emang kita gak akan mungkin ketemu lagi ya, Raf.
Lalu Zoya bangkit, dan memutuskan untuk berjalan menuju penjual kerak telor. Kerak telor merupakan makanan khas Jakarta yang terbuat dari beras ketan ditambah telur kemudian ditaburi serundeng juga bawang goreng. Zoya menatap penjual yang sibuk tersebut dengan hampa.
ZOYA (V.O.)
Huft... Rafa.... (Melamun. Menatap penjual memberikan satu kerak telor kepada pembeli)
RAFA (O.S.)
Zoya? Zoya ya?
ZOYA
(Terkesiap. Mengalihkan pandangan ke samping) Rafa?! Rafa! (Tersenyum lebar)
RAFA
Hei! Apa kabar?
ZOYA
Alhamdulillah, baik. Lu sendiri gimana?
RAFA
Hehe. Laper, Zoy.
ZOYA
Oh ya sudah. Makan aja.
RAFA
Sini duduk, Zoy.
ZOYA
(Menuruti perkataan Rafa. Duduk bersebelahan dengan Rafa)
RAFA
Gue sambil makan ya.
ZOYA
Eh, iya Raf. (Tersenyum. Menatap Rafa tanpa berkedip. Melihat dari kaki sampai wajah)
RAFA
(Selesai mengunyah) Lu sendirian kesini?
ZOYA
Iya. Lagi nungguin Selin sama Fina.
RAFA
Oh. (Menyuap sesendok ke mulut)
ZOYA
(Menerima kerak telor pesanannya.) Terima kasih, Pak. (Mengambil sendok. Bersiap menyiapkan makanan) Lu kesini sama siapa? (Menyuap sesendok ke mulut)
RAFA
Gue lari pagi aja sendirian. Rutin tiap hari minggu.
ZOYA
Hm... (Mengangguk)
RAFA
Lu gimana selama di Bandung... bareng si tukang ngibul itu?
ZOYA
Ya, ga apa. Kami sudah lulus bareng.
RAFA
Dia nembak lu ya?
ZOYA
Hm? Nembak? Engga.
RAFA
Masa?
ZOYA
Iya. Dia nembak cewek satu kelompok organisasinya. Gimana kelanjutannya, aku gak tahu lagi.
RAFA
Kenapa gak tahu kelanjutannya? Lu gak tanya?
ZOYA
Dafin gak cerita, ya aku gak tanya. Bukan urusanku. Yang ada kalau aku banyak tanya, dia malah salah paham. (Mempersiapkan diri untuk bertanya. Menelan ludah. Melirik ke Rafa) Lu, sendiri... Sudah berapa kali pacaran pas di Surabaya?
RAFA
Gak ada.
ZOYA
Masa sih? Boong ah.
RAFA
Yang namanya banyakin koneksi, gak harus lewat pacaran, Zoy. Gue sibuk ikut hima, tugas seabrek, acara sosial, mikirin beasiswa buat jenjang lanjutan, nyari kerja.... Yah, cukup menguras energi.
ZOYA
(Menatap Rafa)
RAFA
(Menatap Zoya) Btw, kamu sudah kerja?
ZOYA
Sudah. Tapi resign. Jadi masih nyari lagi. Huft...
RAFA
Hm gitu.
ZOYA
(Meneguk sebotol air)
RAFA
Zoy, kamu mau nikah?
ZOYA
Ya... mau lah! Kan itu fitrah manusia yang butuh pasangan.
RAFA
Bukan gitu ish. Maksudnya, kapan kamu nikah?
ZOYA
Owalah. Aku nikahnya nanti, gak sekarang. Kamu aja duluan sana.
RAFA
Lah? Kok nanti? Sekarang aja dong...
ZOYA
Ya emangnya kenapa? Udah deh, kamu duluan aja. Nanti jangan lupa undang aku ya!
RAFA
Masalahnya, aku mau ngajak kamu nikah sekarang.
ZOYA
Ha? Aku?
RAFA
Iya. (Tersenyum)
ZOYA
Tapi kenapa aku? Sejak kapan kamu... suka aku?
RAFA
Jawab dulu ajakanku. Baru aku jawab pertanyaanmu. (Tersenyum jahil)
ZOYA
Ih! Ini bercanda kan?
RAFA
Seriusan, Zoy.
ZOYA
Kamu masih ingat rumahku? Datangi papa ya? Oke?
RAFA
(Tersenyum lebar)
FADE OUT.