1. EXT. HALAMAN SEKOLAH – SIANG
Dua minggu kemudian, OSIS SMAN 55 Jakarta mengadakan LDKS atau Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa dimana merupakan sebuah pelatihan dasar untuk para pengurus OSIS yang telah dinyatakan menjadi bagian organisasi secara penuh. Kegiatan ini berlangsung dari Jumat – Sabtu, 14 – 15 Oktober 2022, yang dilaksanakan di lingkungan sekolah. Zoya selalu ketua umum OSIS sekaligus panitia LDKS, hari ini lumayan disibukkan dengan acara LDKS dan berkoordinasi dengan sekbid-sekbidnya.
ZOYA
(Berjalan mendekati salah satu tenda) Gimana tendanya? Sudah siap?
ERTA
Hampir, Zoy. Kurang satu sisi yang belum dikasih batu, biar gak gerak.
ZOYA
Oke. (Berjalan ke arah lain.)
Kini Zoya melangkah menuju tumpukan barang-barang yang dijaga oleh tiga orang. Mereka bertiga tidak sadar kalau ada Lord Zoya yang mendengarkan obrolan mereka.
ALEX
Eh, kata Piyo... kayu bakarnya sudah diambil. Jumlahnya sudah sesuai pesanan.
RAFA
Oke! (Mencatat sesuatu di buku kecil)
ANDRA
Karet, balon, sama botolnya sudah dapat, Raf.
RAFA
Oh, oke. Berarti sudah lengkap ya. (Mencatat kembali di buku kecil) Eh terus pita warna-warninya, sudah?
ANDRA
Sudah dong. Ada di kresek yang itu tuh.
ALEX
Terus nanti hidupin kayunya pake apa?
ANDRA
Pakai korek dong, Lex. Gimana sih lu?
RAFA
Hem, maksudnya Alex tuh, kita butuh minyak buat acara api unggun.
ZOYA
Ekhm. Minyaknya sudah dibawakan sama Erta. Terus apalagi yang kurang?
Zoya berusaha bersikap santai dan ramah kepada Rafa selama dua minggu ini. Namun Rafa tetap tak mengacuhkannya, bahkan terkesan menghindarinya.
ALEX
Kayaknya sudah beres, Zoy. Barang untuk acara hari ini sudah lengkap. Kalau buat besok, mungkin nanti malem kita bahas lagi, ya gak, Raf?
RAFA
Hu'um. Sekalian eval hari ini, terus sama nyiapin barang buat besok pagi.
ANDRA
Lah iya hampir lupa!
ZOYA
Ada apa, Andra?
ANDRA
Gue mau mampir ke catering. Raf, yuk cabut! (Bergegas pergi diikuti oleh Rafa)
ZOYA
Oh, hati-hati ya! (Tersenyum. Lalu menghela nafas dan berbisik) Ya sudah kalau gak mau damai. Huh.
CUT TO:
2. EXT. HALAMAN SEKOLAH – SORE
Kegiatan pertama hari ini diisi dengan materi tentang kepemimpinan (team work) dan manajemen waktu (hard work). Pemberi materi adalah Bapak Pembina OSIS dan Kakak mantan ketua umum OSIS. Dua tamu tersebut bergiliran memberikan materi bagi para pengurus OSIS.
PEMBINA OSIS
Leadership harus disertai dengan kemampuan komunikasi yang efektif. Kenapa begitu? Karena dalam praktiknya, kepemimpinan akan terlihat cenderung mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau melakukan seperti yang diharapkan oleh sang pemimpin. Sehingga tim tersebut bisa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan. Jadi, seorang pemimpin yang ideal tidak boleh mendominasi orang lain, namun harus membimbing individu yang ada di bawahnya. Seorang pemimpin juga harus bertanggung jawab, optimis, empatik, dan bisa memahami kebutuhan anggota kelompoknya.
Dua jam kemudian, para pengurus OSIS mendengarkan materi yang disampaikan oleh Kakak mantan ketua OSIS. Pria berbadan tinggi dengan kemeja jingga melangkah maju sembari memegang mikrofon.
MANTAN KETUA OSIS
Yang dimaksud dengan “manajemen waktu” sederhananya adalah “mengatur waktu”. Waktu seperti pedang, jika kamu tidak menebaskannya, maka ia yang akan menebasmu. Pepatah ini merupakan perumpamaan tentang betapa pentingnya waktu, karena waktu selalu berjalan tanpa kompromi, dan waktu yang telah berlalu tak akan pernah kembali. Jika kita tidak menggunakan waktu untuk mengambil peluang mengejar kesuksesan dan berprestasi, maka bisa jadi kesempatan itu tak akan datang lagi. Dalam manajemen waktu, ada yang namanya manajemen prioritas dimana tujuannya supaya kita bisa membagi prioritas untuk pekerjaan ataupun quality time. Contohnya, kita bisa memilah pekerjaan yang perlu didelegasikan kepada orang lain.
Zoya menoleh ke samping. Netranya melihat sosok Rafa yang sedari tadi duduk di sampingnya, namun tak ada obrolan sama sekali. Zoya sadar kalau masalahnya dengan Rafa masih belum selesai.
FLASHBACK
EXT. GERBANG SEKOLAH – SORE
ZOYA
Andra! (Mengecilkan suara) Sini bentar.
Saat pulang, Zoya menemui Andra di gerbang sekolah. Dia memarkirkan motornya berdekatan dengan motor Andra, tanpa beralih dari posisi duduk di atas motor. Zoya tahu kalau Andra cukup dekat dengan Rafa. Alhasil dia segera bertanya tentang sikap Rafa yang menjauhinya.
ZOYA
Lu tahu kalau Rafa marah sama gue, 'kan, Ndra?
ANDRA
Iya, dia kesel sama lu. Sampai pengen banget lempar bola lagi ke pipi lu, Zoy.
ZOYA
Tapi kenapa? Maksud gue... Kenapa sampai sekesal itu gitu loh? Dia sadar kalau gue sekarang jadi partner kerjanya, 'kan? Terus kalau diem-dieman gini, gimana bisa beres semua proker?
ANDRA
Sebenarnya... Jadi ketua OSIS itu impiannya Rafa, Zoy. Dia relain jabatan ketua tim basket biar dia fokus jadi ketua OSIS. Eh, ada lu yang ngerebut impiannya.
ZOYA
Loh? Gue juga punya impian jadi ketos hei! Tapi hasil polling nunjukin kalau gue yang menang. Ya, gue seneng lah.
ANDRA
Gue juga tahu lu yang dapet suara terbanyak, Zoy. Hasil polling itu yang bikin Rafa berang. Tapi... seinget gue. Rafa sudah mulai calm down. Sudah mulai terima kenyataan. Terus gue pernah dengar dia ngomong, "Gue tetap harus profesional, meskipun sebenarnya gue muak lihat mukanya."
ZOYA
Muka siapa?
ANDRA
Lu.
BACK TO:
Ingatan tentang obrolannya dengan Andra, membuat Zoya memijit keningnya. Dia juga bingung harus bagaimana. Baru dua minggu dilantik sebagai ketos, tapi kepalanya sudah berputar-putar.
FX: adzan maghrib berkumandang.
CUT TO:
3. EXT. HALAMAN SEKOLAH – MALAM
Seusai salat berjamaah dan makan malam bersama, acara selanjutnya yaitu bersantai di depan api unggun. Semua berkumpul sembari mendengarkan penampilan dari sang gitaris kebanggaan sekolah, yaitu Piyo.
PIYO
Ya, di malam yang indah ini... Izinkan saya, Piyo, menyumbangkan sebuah lagu.
SEMUA ORANG
Jangan sebuah! Seribu aja!
PIYO
Waduh! Banyak amat, wani piro iki?
Semua tertawa, termasuk Zoya. Alhasil Piyo mulai memainkan gitarnya. Lagu-lagu santai nan syahdu menjadi andalannya untuk menghipnotis para pendengarnya. Sesekali ada yang bertepuk tangan. Ada yang menjaga api unggun supaya tetap menyala. Ada yang mengunyah jajan dan ada yang meneguk segelas teh hangat.
CUT TO:
4. INT. LORONG MENUJU TOILET – MALAM
Zoya berjalan seorang diri menuju toilet. Dia melewati satu lorong yang penerangannya cukup. Saat langkahnya hampir dekat dengan toilet, Zoya malah dikejutkan dengan sosok Rafa.
ZOYA
(Memekik sebentar. Mata terbelalak) Ih! Kaget gue!
RAFA
Ayo ikut gue bentar. (Menarik tangan Zoya tanpa permisi)
CUT TO:
5. INT. AULA – MALAM
Zoya pernah melihat aula ini di siang hari. Tapi kalau malam hari, rasanya sangat menakutkan. Cahaya lampu hanya dihidupkan separuh. Pikiran Zoya mulai kalut diikuti perasaannya yang takut. Dia tahu kalau pria di depannya ini bukan temannya, tapi masih menjadi rival-nya.
ZOYA
Lu mau ngapain disini?
RAFA
Gue masih marah sama lu. Ini, lu tahu ini apa? (Memegang bola basket. Dipantulkan beberapa kali ke lantai. Perlahan mendekat ke arah Zoya)
ZOYA
(Menelan ludah) Terus kenapa? Lu mau lempar itu ke gue lagi? (Pelan-pelan melangkah mundur)
RAFA
Hah. Jadi lu nantangin gue?!
ZOYA
Iya! Sini maju! (Membusungkan dada. Berhenti mundur)
RAFA
(Berhenti maju) Cewek lemah kayak lu, yang tiap bulan terapi, apa emang bisa ngemban amanah jadi ketua? Gue sih, gak yakin.
ZOYA
Terus mau lu apa? Gue lengser gitu? Gak! Gak mau!
RAFA
Oh, mau gak mau... Harus mau. Kalau gak mau, bola ini bakal kena pipi lu lagi.
ZOYA
Iya! Sini maju lu! Ayo tuntasin semuanya sekarang! Gue capek sumpah berurusan sama lu! Lu mau lempar bola itu, lempar aja! Hit me!
Tangan Rafa mencengkeram kuat pada bola basket. Rahangnya mengeras. Dia sedang menahan emosinya karena orang yang ditantang justru malah balik menantang.
ZOYA
Please! Gue mau ngemban amanah ini secara profesional. Gue gak peduli lu benci, kesel, marah ke gue, Raf! Gue sadar, gue butuh lu jadi partner gue. Lu ketua 1, Raf!
Dari luar aula, terdengar suara orang yang lewat sembari berbicara. Rafa tak mau orang lain tahu kalau mereka sedang bersama di aula. Alhasil dia berusaha menutup mulut Zoya.
RAFA
(Mata melebar. Melangkah perlahan) Ssttt! Diem!!
ZOYA
Gue gak bisa jalan sendirian. IYA GUE LEMAH! Gue butuh bantuan semua orang, termasuk lu! (Sesegukan)
Rafa semakin jengkel karena Zoya malah berteriak. Dia mendorong Zoya mundur hingga menempel di tembok. Lalu Rafa membuang bola ke lantai. Badannya agak membungkuk supaya bisa mendekat ke arah Zoya. Sedangkan Zoya terkejut dengan tindakan Rafa yang justru mencengkeram kedua lengannya di tengah keremangan aula. Dia tetap kukuh berdiri menerjang badai amarah Rafa meski sedikit bergidik takut.
RAFA
(Wajah semakin maju. Berbisik) Inget ya. Gue masih benci sama lu, tapi prinsip gue, tetap profesional.
Akhirnya Zoya berhasil melepaskan diri dan langsung lari keluar lewat pintu aula. Rafa hanya melihat kepergian wanita ber-hoodie maroon itu tanpa berkedip.
DISSOLVE TO.