1. INT. GEDUNG SERBAGUNA SMA TUNAS BANGSA — PAGI
Rafa dan Zoya duduk bersama di salah satu tempat yang membuat mereka bisa menonton acara pentas seni dengan nyaman, tanpa gangguan penonton yang lain. Tempat bagi para tamu memang disediakan khusus yang terpisah dari tempat duduk para siswa SMA tersebut. Disana Zoya dan Rafa bertemu dengan ketua OSIS sekolah-sekolah lain.
RAFA
Eh! Lu jadi ketua OSIS? Wah keren, Bro!
Zoya menoleh ke belakang. Dia penasaran siapa yang diajak bicara oleh Rafa. Ternyata dialah seseorang yang dikenal oleh Zoya. Teman SD.
ZOYA (V.O.)
Oh. Dia lagi. Forza.
FORZA
Loh. Rafaizan?! (Saling ber-tos dengan tangan kanan dan melempar tawa) Gue bukan ketos. Gue sekbid empat. Bagian prestasi, seni, olahraga. Lu ketos ya, Raf?
RAFA
(Tersenyum) Iya dong. Ketua 1. Ini ketum OSIS di sekolah gue. (Menepuk pundak Zoya)
FORZA
Oh, iya. (Tersenyum tipis ke Zoya.)
ZOYA
(Mengangguk. Tersenyum tipis)
FORZA
(Pandangan kembali lagi ke Rafa) Raf. Sekolah gue bentar lagi juga bakal adain pensi. Ntar lu hadir yaa!
RAFA
Siap!
FORZA
Kalau sekolah lu, kapan?
Rafa dan Forza asyik berbincang. Sedangkan Zoya mendengarkan tanpa tersenyum, meski separuh melamun.
ZOYA (V.O.)
Forza. Dulu, dia punya cita-cita teraneh di kelas. Dia pengen jadi ketua OSIS. Semua anak di kelas bingung. Apa itu OSIS? Forza menjelaskan, tapi ditertawakan oleh satu kelas. Cuma aku yang percaya sama mimpinya itu. Bahkan aku juga bercita-cita jadi ketos setelah dengar cerita Forza. Forza punya satu kakak cowok. Kakaknya itu yang menginspirasinya menjadi ketua OSIS.
FORZA
Eh, gimana kabar lu sama yang itu?
RAFA
Itu apa?
FORZA
Rosmalia.
RAFA
Oh itu. Sudah selesai pas kelas 10, Za.
FORZA
Wah. Kenapa?
RAFA
Gak cocok aja.
FORZA
Gak cocok, atau karena sibuk sama yang lain? (Tertawa mengejek)
RAFA
Sialan lu.
ZOYA (V.O.)
Tapi waktu kelas 5 SD... Dia pacaran sama kakak kelas. Hubungan mereka membuat aku memutus hubungan pertemanan sama Forza. Terlalu sakit, karena ternyata aku berharap lebih dari teman kepada Forza. Dadaku sesak, pikiranku kalut sewaktu melihat Forza menggandeng tangan kakak kelasnya itu. Rencanaku untuk satu SMP bersamanya, juga berakhir.
RAFA
Zoy. Zoya?
ZOYA
Hm? (Membalikkan badan. Menatap Rafa)
RAFA
Lu ngelamun?
ZOYA
Gak. Itu siapa lu?
RAFA
Dia teman gue pas satu tim basket di SMP, Lord.
ZOYA
Ish! (Berbisik) Jangan panggil gue kayak gitu!
Tiba-tiba ada seorang perempuan yang duduk di samping Zoya. Seorang perempuan dengan rambut hitam tergerai, memakai blazer dan tas berukuran imut sehingga terlihat seperti model.
ROSMALIA
(Duduk di samping Zoya. Tersenyum.) Halo.
ZOYA
Oh, halo. Silakan duduk.
ROSMALIA
(Mengulurkan tangan kanan) Boleh kenalan, gak?
ZOYA
Oh iya. Aku Zoya Inayah Widad. Biasa dipanggil Zoya.
RAFA
Lu lagi bicara sama siapa, Zoy? (Memajukan kepala. Melihat sosok Rosmalia)
ROSMALIA
Kenalin. Aku Rosmalia. Rosmalia Tri Qunnieke.
RAFA (V.O.)
Oh. Dia. (Memundurkan kepala perlahan. Memalingkan muka dari dua perempuan itu)
ZOYA
Rosmalia dari sekolah mana? Aku dari SMA 55.
ROSMALIA
Oh. Berarti sekolah kita lumayan dekat dong. Zoya dari SMA 55, kalau aku dari SMA 37.
ZOYA
Eh. Kamu sendirian ke sini?
ROSMALIA
Aku kesini sama waketos. Nah itu dia. (Menunjuk ke salah satu sosok wanita yang masih berjalan mendekat)
ZOYA
Iya iya. Kalau aku sama ketua 1. Nih kenalin (mencolek lengan Rafa) Ini Rafaizan.
RAFA
(Menoleh perlahan) Halo (Senyum tipis)
ROSMALIA
Oh Rafa ya?
ZOYA
Kalian sudah saling kenal?
FORZA (O.S.)
Hei, Rosmalia!
ROSMALIA
Eh lu Za! Wah lu sudah jadi ketos?!
Pertanyaan Zoya tak dijawab oleh kenalan barunya itu. Karena Rosmalia memilih untuk menoleh ke belakang sembari mengobrol dengan teman SMP, sekaligus teman Rafa. Zoya yang ogah menoleh ke belakang memilih fokus melihat ke arah panggung.
RAFA
Iya. Gue kenal dia pas SMP. Dia temannya Forza juga, Lord.
ZOYA
Kalian bertiga tuh, sekelas?
RAFA
Iya. FYI, dia mantan gue.
ZOYA
Eh sumpah? (Kepala mendekat) Itu mantan ke berapa, Raf?
RAFA
Hah? Gue cuma sekali pacaran. Pas gue kelas 9. Terus sudah, gak pernah lagi. Males, banyak dramanya.
ZOYA
Ah masa sih? Tapi fans lu banyak banget yang ngantri loh. Sampai ada rumor yang bilang, lu tuh gonta-ganti gandengan.
RAFA
Gue sudah biasa diledekin gitu, sampai gue capek mau jelasin kalau banyak yang ngaku-ngaku jadi pacar gue. Padahal... Kenal aja, engga tuh.
ZOYA
Hm... Mereka tuh lihat apa sih dari lu? (Menatap Rafa dari ujung rambut sampai ujung kaki) Sebegitu nge-fans sampai halu.
RAFA
Awas, Zoy. Jangan ditatap dalem-dalem. Ntar lu naksir berat.
ZOYA
Huek.
RAFA
(Tersenyum. Menahan tawa) Sebenarnya... Gue sama dia putus gara-gara fans gue juga.
ZOYA
Emang kenapa? Difitnah macam-macam gitu ya?
RAFA
Ho'oh. Sama yang paling bikin jauh tuh, kita mutusin buat sekolah di tempat berbeda biar gak diganggu para fans. Pas kelas 10, sama-sama sibuk. Gak ada waktu buat barengan, putus deh.
ROSMALIA
Eh, Zoya. (Menepuk pelan lengan Zoya)
ZOYA
Iya kenapa?
ROSMALIA
Ini kenalin. Waketos SMA 37. Cecil.
Zoya mengulurkan lengan kanan untuk bersalaman dengan Cecil. Sedangkan Rafa memilih untuk mengobrol dengan Forza yang telah pindah tempat duduk ke sampingnya.
CUT TO:
2. EXT. HALAMAN SMA TUNAS BANGSA — SIANG
Acara pensi telah usai. Zoya berjalan santai di tengah terik siang hari ini. Dia baru saja dari toilet tanpa ditemani Rafa. Saat ini dia berjalan menuju parkiran motor.
ZOYA
Rafa mana ya? Katanya bakal nungguin di motor. Tapi gak ada tuh (Menoleh ke kanan dan ke kiri)
Pandangan Zoya menangkap satu titik. Di meja kantin, Rafa sedang duduk berdua dengan Rosmalia.
ZOYA (V.O.)
Katanya, sudah putus. Tapi itu apa? Mereka dekat lagi ya? (Bibir manyun.) Eh! Apaan sih! Sadar, Zoy! Astaghfirullah.
Zoya berbalik badan. Dadanya terasa nyeri. Ingatan tentang Forza yang menggandeng tangan pacarnya justru membuat kepala Zoya pening sejenak. Dia memegangi dan memijat keningnya.
RAFA
(Berusaha mengangetkan Zoya dari belakang) Zoya!
ZOYA
(Kaget) Woi! Ish! (Mengelus dada)
RAFA
Habis ini makan siang yuk. Lu mau makan di kantin itu atau di luar? Di kantin itu harganya bersahabat di kantong siswa loh.
ZOYA
Di luar aja, Raf.
RAFA
Yakin nih? Nanti kalau makan di luar, terus mahal, jangan nyesel loh ya.
ZOYA
(Cemberut) Emang kalau gak disini, kenapa? Lu gak mau ninggalin mantan lu yang cantik itu?! Hah?! Lu maunya dekat-dekat terus sama Rosmalia?!
RAFA
Zoy. Lu kenapa?
ZOYA
Lu yang kenapa, Raf! (Membusungkan dada.)
RAFA
Zoya. Gue cuma ngobrol sama dia disana. Dia lagi nunggu temennya yang pesan makanan. Sudah gitu aja. Gak ada pikiran buat balikan atau yang lainnya, Zoy. (Memegang kedua lengan Zoya. Memperbaiki postur tubuh Zoya) Lu jangan terlalu membusungkan dada. Ntar punggung lu jadi nyeri.
ZOYA
(Menunduk. Malu)
RAFA
Ayo. Kita makan di warteg aja. (Melangkah duluan)
ZOYA (V.O.)
(Mengekor di belakang Rafa) Gue kenapa sih? Kenapa gue marah?
CUT TO:
3. INT. WARTEG — SIANG
Rafa & Zoya sedang duduk berdampingan di salah satu warteg. Mereka melahap makan siang sembari mengobrol.
RAFA
Zoya.
ZOYA
Hm?
RAFA
Kamu pernah pacaran gak? (Menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulut)
ZOYA
Oh engga.
RAFA
Alasannya apa?
ZOYA
Hm.... Gak mau sakit hati, gak mau dekati zina.
RAFA
Oh.
ZOYA (V.O.)
Apa sekarang aja aku cerita ke Rafa, kalau Forza pernah satu SD sama aku? Ah. Ngga deh. Jangan menghimpun orang untuk membenci apa yang Zoya benci ya?
ZOYA
Tadi... Forza itu sahabatmu. Tapi kok dia engga jadi ketos, Raf? Apa memang dia gak mau?
RAFA
Dulu dia pernah jadi ketos kok waktu SMP. Terus ada kejadian, Zoy.
ZOYA
(Berhenti mengaduk teh. Memajukan kepala. Fokus mendengarkan. Menatap intens) Apa?
RAFA
Pas jadi ketos tuh, Forza ketahuan pacaran sama kakak kelasnya. Padahal aku sudah ingetin dia, hati-hati, Za. Eh tetap ngotot dong.
ZOYA
Terus gimana?
RAFA
Mereka putus. Entah beneran atau cuma pura-pura, Zoy. Tapi kata Rosmalia, cuma pura-pura. Hahah. (Tertawa miris) Makanya, sekarang dia gak mau lagi jadi ketos. Maunya langgeng sama kakel.
ZOYA
Kok ada manusia sukanya langgeng sama drama. Ck ck ck.
RAFA
Tadi itu... Pas di kantin, Rosma bilang kalau dia pernah ke sekolahnya Forza. Disana Rosma lihat Forza dimarahin kakelnya yang cemburu parah dong. Ya ampun! Positif banget.
ZOYA
Hah? Posesif woi! (Menepuk lengan Rafa)
RAFA
Eh? Oh iya! (Tertawa kencang)
ZOYA
(Melanjutkan minum sambil manyun)
Tiba-tiba gawai Zoya bergetar. Dia mengecek notifikasi yang masuk. Rafa yang agak penasaran, mencuri pandang ke arah gawai Zoya.
ZOYA
Dafin ngasih tahu...
RAFA
(Berhenti mengintip. Agak salah tingkah) Hm?
ZOYA
Dafin bilang kalau hari ini ada PR. Huft.
RAFA
Oh. Kirain ada apa. Eh, Zoya. Erta bilang, kamu sama Dafin tuh tetangga ya?
ZOYA
Iya. Aku kenal Dafin sejak SD. Kita sering belajar bareng. Lebih tepatnya... Dia sering ngajarin aku, Raf. Kalau kamu lihat catatannya, beuh! Rapi banget. Aku sebagai cewek ngerasa kalah karena tulisanku lebih amburadul dari dia. Haha!
RAFA
(Mengangguk) Kalian sudah dekat banget ya.
ZOYA
Alhamdulillah, ada back up-an Pak Dafin. Jadi sibuk OSIS gini, kalau ada tugas, tinggal tanya Pak Dafin! Mantap.
RAFA
Tapi... Masalah video yang kemarin itu, gimana? Dia juga ikut nyebarin, Zoya.
ZOYA
Iya sih. Aku gak nyangka.
RAFA
Meskipun teman, tapi kamu harus hati-hati ya? Kamu, aku, gak ada yang benar-benar tahu isi kepala dan niat di dalam hati orang lain. (Tersenyum) Yuk balik ah!
ZOYA
Oke.
Zoya dan Rafa berjalan menuju kasir. Setelah itu, mereka berjalan menuju motor. Tanpa sadar, Zoya menatap wajah Rafa sembari menebak-nebak sesuatu.
RAFA
Nih helmnya.
ZOYA (V.O.)
(Mengambil helm. Memasang dengan hati-hati.) Tadi... ada yang aneh gak sih? Rafa bilang aku kamu? Atau aku yang salah dengar?
DISSOLVE TO.