Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
LORD OSIS
Suka
Favorit
Bagikan
13. Ojo Dibandingke

1. INT. RUANG TERAPI — SIANG

Minggu siang ini, Zoya telah berada di ruang terapi bersama Kak Rifa selalu terapis. Zoya akan melakukan terapi rutinnya sebulan sekali. Tak banyak percakapan di antara mereka, yang ada hanyalah sang terapis yang mengarahkan gerakan kaki dan tangan Zoya. Sedangkan Zoya menurut dan fokus.


KAK RIFA
Hari ini Rafa tanding ya?


ZOYA
Iya, Kak


KAK RIFA
Tadi pagi di rumah, dia lucu. Pamit sambil cium tangan aku. Padahal biasanya gak pernah. Aku bilang, "kok tumben?". Ternyata dia minta doa restu. (Tertawa)


ZOYA
Haha, iya kak. Semoga tim basket sekolah bisa menang.


KAK RIFA
Aamiin


Butuh sekitar dua jam bagi Zoya untuk menyelesaikan sesi terapi. Namun untuk hari ini, baru satu jam terapi, Zoya harus menyaksikan kejadian mengejutkan di ruangan terapi tersebut.


KAK RIFA
Loh? Ada apa ini?! (Berlari ke pintu masuk)


ZOYA
(Melotot dan menganga dari tempat duduknya)


Ada dua orang yang membopong satu orang di tengah dengan wajah menahan sakit. Kak Rifa menyuruh dua orang tersebut untuk meletakkan orang tersebut yang tak lain adalah adiknya, Rafa, di atas kasur.


KAK RIFA
Sini. Taruh dia disini. Makasih ya. Sudah bantuin Rafa.


HALIM
Iya, kak.


ANDRA
Tadi pas tanding putaran terakhir, Rafa gak sengaja kena sleding sama lawan. Tapi untungnya, tim kami masih bisa cetak poin.


KAK RIFA
Duh, ya Allah. (Sibuk melihat kaki kiri Rafa. Memijit pelan sembari mengerutkan dahi)


HALIM
(Menoleh ke Zoya) Oh. Zoya?


ZOYA
(Melambaikan tangan) Halo.


ANDRA
Kok lu disini?


HALIM
(Menyikut pelan Andra, berbisik) Sudah deh. (Melihat Kak Rifa dan Zoya) Kami pamit pulang, Kak, Zoy. Permisi, Assalamu'alaikum.


ZOYA & KAK RIFA
Waalaikumsalam.


KAK RIFA
Gimana bisa kakimu kena jegal? Basket 'kan pakai tangan, bukan ditendang pakai kaki.


FLASHBACK

INT. LAPANGAN BASKET — PAGI

Supporter memenuhi seluruh bangku stadion untuk mendukung tim jagoannya. Di sebelah kanan, ada tim yang berkumpul sejenak sebelum pertandingan dimulai kembali. Salah satu pemain dalam tim itu adalah Rafa. Dia membakar semangat timnya untuk kembali berjuang mencetak poin.


RAFA
PASTI BISA! BISA APA?!


TIM BASKET
BISA MENANG!!!


Saat pertandingan dimulai, semua pemain bergerak lincah memperebutkan bola. Kemudian, lima belas menit berlalu, tiba-tiba Rafa jatuh berguling di lantai. Dia juga mengerang kesakitan. Dengan sigap, petugas medis membopong Rafa menuju tempat yang lebih aman.


BACK TO:

INT. RUANG TERAPI — SIANG

Rafa selesai menjelaskan kejadian yang menimpanya hari ini. Kedua wanita itu mendengarkan penjelasan Rafa dan memberi feedback yang berbeda jauh.


ZOYA (V.O.)
(Hanya memberi feedback dalam hati) Jadi gitu ya. Untunglah gak parah, tapi pasti sakit banget tuh.


FX: Suara tulang yang sedang diperbaiki posisinya dengan terapi


RAFA
ARGH! Sakit!


KAK RIFA
Ya tapi kamu bisa menghindar 'kan? Biar kakimu ini gak jadi korban! Sudah tahu lawan timmu itu badannya gede-gede, masih aja dilawan.


RAFA
(Menahan sakit) Kalau gak dilawan, namanya bukan pertandingan, Kak.


KAK RIFA
(Fokus memijit dan menggerakkan kaki Rafa)


RAFA
(Teriak)


ZOYA
(Turun dari kasur. Keluar ruangan)


Selang beberapa menit, Kak Rifa selesai menyembuhkan kaki adiknya yang keseleo. Kedua matanya mencari-cari Zoya. Namun, tiba-tiba gawainya berdering.


KAK RIFA
(Memegang gawai. Bersiap keluar ruangan. Tapi berhenti, lalu melihat ke arah Rafa) Rafa, nanti kalau ada Zoya, suruh dia jangan pulang dulu. Tunggu aku sampai balik lagi ke sini ya? (Ambil langkah seribu.)


RAFA
Iya. Tapi Kakak mau ke-mana? (Wajah kesal) Yaelah. Main pergi aja. Gue sendirian nih. Huft.


RAFA (V.O.)
Gue baru ingat. Hari ini jadwal terapinya. Pantesan tadi gue cariin di barisan supporter, kok gak ada ya, Lord?


ZOYA
Assalamu'alaikum. (Membuka pintu)


RAFA
(Dari posisi tidur, langsung terkesiap duduk di atas kasur) Waalaikumsalam.


ZOYA
Itu Rafa, Revan. (Menunjuk ke arah Rafa)


DIK REVAN
Wih! Menang lagi nih!


RAFA
Ada apa lu kesini, Rev?


DIK REVAN
Bosen gue di rumah. Daddy sama Mommy ninggalin gue.


RAFA
Gak kaget sih. Eh. Itu di tangan lu apaan?


DIK REVAN
Ini jus. Dibeliin Kak Zoya.


ZOYA
Nih punya lu. Untung ketemu Revan, jadi bisa pesen jus jeruk sesuai favorit lu.


RAFA
Thanks ya.


Revan mengambil posisi duduk di kursi yang berhadapan dengan meja kerja Kak Rifa sembari bermain gim. Rafa tetap ada di kasurnya sembari menyeruput jus jeruk. Sedangkan Zoya duduk di dekat kaki Rafa sembari melihat kondisi kaki yang masih memerah.


RAFA
(Salah tingkah. Bingung. Mau menekuk kaki, tapi masih sakit. Mau tetap lurus, tapi kurang sopan karena kakinya tegak lurus ke tempat Zoya duduk) Ada apa?


ZOYA
Hm. (Melihat kaki Rafa. Menyeruput jus melon)


RAFA
Tadi lu gak dateng ke lapangan. Padahal temen lu dua-duanya datang loh.


ZOYA
Gue sudah bilang ke mereka kalau gue ada jadwal terapi hari ini.


RAFA
Dafin gak hadir. Gue kira lu nge-date lagi sama dia.


ZOYA
Ya gak gitu ceritanya dong. Dia... Ini Raf. Gue belum cerita ya ke lu?


RAFA
Belum. Cerita aja.


ZOYA
Dia kerja di tempat makan itu.


RAFA
(Tertawa) Oh ya? Wah, pantes aja bukti CCTV hilang semua. Haduh, ya Allah.


ZOYA
Jadi maksudmu... Dafin yang hilangin bukti? Masa sih? 


RAFA
Ya ampun Zoy. Buka mata lu. Dia tuh serigala berbulu domba. Lu jangan buta gara-gara suka sama Dafin.


ZOYA
Hah? Gue temenan sama dia! Gak lebih.


RAFA
Yang gak mungkin bisa jadi mungkin, Zoy.


ZOYA
Iya. Contohnya lu balikan sama Rosmalia, 'kan?


RAFA
Contoh lainnya lu jadian sama Dafin. (Buang muka) 


KAK RIFA
Hei, Zoya. Tadi dari mana aja? (Menoleh ke sosok yang duduk di depan meja kerjanya) Loh, Revan?


DIK REVAN
Yoi. (Sibuk main gim dari gawai) 


KAK RIFA
Kamu sama siapa kesini?


DIK REVAN
Ojol.


ZOYA
(Cekikikan) Tadi saya lihat Revan turun dari ojol. Terus saya ajak beli jus, kak.


KAK RIFA
Oh ya? Wah, makasih banget loh. Van! Kamu itu kok ngerepotin Zoya sih? Emang tadi Mommy gak ngasih sangu?


ZOYA
Ah haha (menggerakkan kelima jarinya) Ngga ngerepotin kok, Kak. Santai aja, haha. 


RAFA
Gue juga dibeliin loh, kak. Mantap, kan?


KAK RIFA
Haduh! Kalian tuh! Ish! (Menunduk. Mengetik sesuatu di gawai)


RAFA
(Bergumam) Kak Rose mode on.


ZOYA (V.O.)
(Menatap Kak Rifa) Anak pertama, yang telah didewasakan oleh keadaan. Berusaha untuk pantang merepotkan orang lain. Berusaha untuk membahagiakan orang-orang yang disayanginya. Berusaha menjadi contoh yang baik buat adik-adiknya. Menyerah cuma bualan di mulut, karena banyak sekali rencana dalam pikiran untuk bangkit lagi dan seterusnya bangkit. 


KAK RIFA
(Selesai menelpon) Zoya. Jangan pulang, kita makan bareng disini ya?


ZOYA
(Terbelalak) Hah?


KAK RIFA
Aku sudah pesan makanan. Bentar lagi datang, oke?


CUT TO:

2. INT. RUANG RAPAT — SORE

Esok sorenya, Zoya melihat beberapa meja disatukan untuk dijadikan tempat hidangan. Zoya mengernyitkan dahinya sembari melihat satu persatu makanan tersebut.


ALEX
Zoy!


ZOYA
Oi! Eh, katanya rapat, tapi ini apa?


ALEX
Itu dari Rafa. Katanya mau syukuran bareng tim basketnya.


ZOYA
Oh gitu. Sekarang Rafa dimana?


RAFA (O.S.)
Disini!


Rafa muncul dari balik pintu. Senyumnya mengembang, tak seperti kemarin yang meringis kesakitan. Zoya refleks tersenyum lebar, tertular rona bahagia dari Rafa.


ALEX
(Merangkul Rafa) Congrats, Bro!


RAFA
Thanks! Gue kasih ini karena kemaren gue gak ikutan selebrasi bareng tim. Kaki gue keseleo dong.


ALEX
Oh, tapi sudah sembuh beneran kan, kaki lu?


RAFA
Sudah. Sudah diotak-atik sama kakak gue. Terus dikasih pelumas jus biar seger. (Tersenyum. Melirik ke Zoya)


ALEX
Eh, Erta! Sini!


ERTA
Widih!! Yang juara cengar-cengir nih! Selamat ya, Raf! (Mengajak tos kepada Rafa)


RAFA
(Membalas tos dari Erta) Makasih, Er!


ALEX
Nih ruang rapat malah jadi tempat perayaan. Gak asyik kalau gak pakai musik.


ERTA
Ya sudah. Sana hidupin, Lex.


Alex dan Erta melangkah pergi menuju laptop yang tersambung dengan speaker tabung. Sedangkan Zoya dan Rafa berdiri tak jauh dari pintu. Tak butuh waktu lama, musik telah dihidupkan.


ZOYA
Btw, Raf.


RAFA
Hm? (Mendekatkan telinga ke arah Zoya)


ZOYA
Ini dari kamu semua?


RAFA
Ah, engga semua kok. Beberapa ada inisiatif dari Andra, Wawan, sama anak-anak lainnya. Kenapa, Zoy? (Menoleh ke Zoya) 


RAFA
(Melihat wajah Rafa yang cukup dekat. Pupil mata melebar.) Eng-engga. Cuma tanya. (Menolehkan wajahnya ke arah lain) Loh! Selin!


SELIN
Hei! (Melambaikan tangan. Berlari ke arah Zoya) 


ZOYA
(Menggandeng lengan Selin.)


SELIN
Selamat ya, Rafa dan tim basket. Kalian keren banget pas main kemarin! Good job. (Two thumbs


RAFA
Iya, Selin. Terima kasih. Eh, gue ke sana ya. Kalian duduk aja dulu. Dah.


Kedua netra Zoya dan Selin mengikuti pergerakan Rafa hingga menghilang dari balik pintu. Barulah kemudian Selin mengajak Zoya untuk duduk.


ZOYA (V.O.)
(Melamun) Kalau dibandingin sama Dapin, Rafa emang lebih gampang bagi-bagi. Dia berani traktirin anak sebanyak ini?! Masyaallah, Raf. Humm. Kalau Dafin... emang ngga pelit sih. Mungkin lebih ke pilih-pilih siapa yang mau dia traktir.


RAFA
(Tiba-tiba masuk dengan segerombolan teman laki-lakinya) Haha! Iya. Ini ibuku yang buat semuanya. Kebetulan ibuku punya usaha catering.


ZOYA
(Netra bergerak mengikuti pergerakan Rafa. Bergumam) Nah loh. Baru tahu aku.


SELIN
Zoya.


ZOYA (V.O.)
Jangan membanding-bandingkan, Zoy. Mereka punya lebih dan kurang nya sendiri-sendiri. Punya keunikannya masing-masing. Dahlah. Biar Allah yang pilihkan. Aku gak mau mikirin hal yang diluar jangkauanku.


SELIN
Zoy?


ZOYA
Hm? Apa Sel?


SELIN
Tadi pagi kamu sadar gak sih?


ZOYA
Sadar apa?


SELIN
Fina ngejauh dari kamu.


ZOYA
Oh. Aku kira dia cuma pindah bangku biasa. Tapi kenapa aku penyebabnya? Aku salah apa?


SELIN
Tadi dia cerita. Kemarin pas hari minggu, dia ngajak Dafin buat nonton pertandingan basket. Terus nih, Dafin mau.


ZOYA
Oh, ya bagus itu.


SELIN
No! Belum selesai ceritanya. Terus mereka ketemuan di depan stadion, Zoy. Kata Fina, Dafin bilang kalau dia itu suka sama Zoya. Fina kaget dong. Terus tanya kenapa Zoya? Ternyata Dafin jawab, ya karena mereka sudah dekat, jadi wajar kalau suka. 


ZOYA (V.O.)
Astaghfirullah, salah paham lagi.


SELIN
Bukannya minta maaf, Fina cerita kalau Dafin malah bilang Rafa itu yang suka sama Fina. Setelah bilang gitu, Dafin gak jadi masuk ke stadion. Dia pergi. Pokoknya tingkahnya itu kurang ajar banget deh. Terus selama pertandingan, Fina hilang deh semangat nontonnya. 


ZOYA
Ya Allah, drama apa lagi ini. Sebenarnya aku malas sih bahas yang beginian. Tapi dia kok bawa nama Rafa sih?


SELIN
Kayaknya dia cemburu sama Rafa. Padahal kalian berdua dekat karena rekan OSIS. Persis kayak aku sama Wawan di MPK. Tapi aku tetap suka Baro.


ZOYA
Duh. Bodo amat deh. Terserah maunya gimana. Tapi Fina... Dia ngejauhin aku ya? Kamu kok engga?


SELIN
Engga apa?


ZOYA
Ngejauhin aku.


SELIN
Gak ah. Aku mah, bebas berteman sama siapa aja. Nanti Fina juga bakal sadar, mana yang lebih penting. Sahabat, atau perasaannya yang sementara itu.


ZOYA
Kalau aku bujuk Fina, gimana Sel?


SELIN
Boleh. Tapi jangan sekarang. Sekarang, kamu cari cowok selain Dafin supaya kamu bisa buktiin ke Fina kalau kamu engga suka Dafin.


ZOYA
Maksudnya?


SELIN
Ya... Misalnya kamu dekatin Andra, Alex, atau Ilmi, mungkin?


ZOYA
Lah kenapa jadi mereka? Maksudnya buat apa sih?


SELIN
Kamu buat image kamu tuh lagi dekat sama cowok, selain Dafin. Biar Fina tuh sadar kalau Dafin dapat cinta sepihak dari kamu, Zoy.


ZOYA
(Mengangguk)


SELIN
Atau perlu aku kenalin cowok dari sekolah lain? Ada teman SD ku. Mirip Jungkook gitu.


ZOYA
Eh apaan sih. Engga ah.


ZOYA (V.O.)
Aku sukanya sama Rafa, Sel. Huft.


DISSOLVE TO.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar