Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
111. INT. RUMAH PRODUKSI. SIANG.
Tampak seorang lelaki yang mirip dengan Iko Uwais sedang mengulang-ulang gerakan silat.
Karta, Ismail, dan Tari memasuki Rumah Produksi.
Windi masih mengobrol-ngobrol bersama sutradara. Ia melihat Karta memasuki Rumah Produksi.
WINDI
Hai, Karta...
Karta mendekati Windi. Ismail dan Tari menunggu di sebuah kursi.
WINDI
Ini nih sutradara yang bakal jadiin kamu aktornya.
Karta menyalami sutradara.
WINDI
He is very good at martial art silek..
SUTRDARA
Oh yes... I like it. Can I see he ability?
WINDI
Of course.
CAST DIRECTOR
Tunggu sebentar lagi. Itu kameramen lagi prepare.
Windi berbisik kepada Karta.
WINDI
Ternayata gak hanya elu yang dicasting.
Windi menunjuk lelaki yang mirip dengan Iko Uwais.
WINDI (O.S)
Dia itu atlit pencak silat. Pernah mewakili Indonesia untuk kejuaran dunia.
KARTA
Aduh, Mbak, kok bisa begini. Tentu saja aku akan kalah denganya. Dua minggu, Mbak.
WINDI
Elo gak boleh begitu, mana tahu dapat peran lainnya. Gue tetap bakal usahain.
Karta sedikit kecewa.
KARTA
Kalau begitu, dua guru saya itu.
(menunjuk Tari dan Ismail)
Juga harus ikut casting.
Windi berpikir.
WINDI
Baiklah... Gue coba omongin dulu sama cast directornya.
Karta tampak lesu. Ia berjalan ke arah Ismail dan Tari. Ia duduk di antara mereka.
KARTA
Kalian berdua juga harus ikut casting.
ISMAIL
Bukannya ini hanya syarat saja untukmu?
KARTA
(mengangkat bahu dengan lesu)
Tampak Windi di sisi lain sedang berdiskusi dengan Cast Diretor. Ia mengacungkan dua jempol ke arah Karta.
CUT TO:
112. INT. AULA. DAY.
Sebuah aula yang cukup luas. Sutradara dan cast director duduk menyaksikan penampilan silat lelaki yang mirip Iko Uwais di tengah-tengah aula. Sebuah kamera merekam gerakan yang diperagakan lelaki itu.
Gerakan lelaki itu sangat cepat dan kuat. Ia benar-benar lincah memperagakan gerakan-gerakan silat. Sutradara dan cast director tampak terpukau.
Lelaki itu mengakhiri gerakan silatnya. Semua orang bertepuk tangan. Sutradara tampak mengangguk-angguk sambil bertepuk tangan.
Lelaki berjalan ke pinggir aula. Teman-temannya mengucapkan selamat.
CUT TO:
113. INT. AULA. DAY.
Karta sedang memperagakan silatnya. Karta tidak lebih baik dari pada Lelaki yang tampil sebelumnya. Gerakannya terlihat biasa, tidak memukau sutradara dan cast director. Karta menyelesaikan gerakannya.
Orang-orang bertepuk tangan tetapi tidak semeriah lelaki sebelumnya. Tepuk tangan itu terkesan hanyalah basa-basi.
Windi di bangku penonton menghela nafas dan menekurkan kepala.
ISMAIL
Tari, kau bisa berbahasa Inggris?
TARI
Bisa.
ISMAIL
Terjemahkan kata-kata, Uda.
Ismail berdiri dari duduknya.
ISMAIL
Pak sutradara.
Sutradara menoleh ke arah Ismail.
ISMAIL
Saya ingin bertarung dengan lelaki itu.
Lelaki dan kawannya menoleh ke arah Ismail. Tatapan Ismail tajam kepadanya.
TARI (O.S)
Dirctor, Sir. I want to fight with that man.
SUTRADARA
Okay. That's a great idea.
Orang-orang bertepuk tangan. Kecuali teman-teman lelaki. Windi kembali menegakan kepala.
TEMAN LELAKI
Tidak bisa begitu. Ini sudah selesai.
WINDI
Ini belum selesai. Lets watch this fight.
Sutradara mengangguk-angguk. Lelaki menahan kekesalan kawannya. Ia melangkah ke tengah-tengah aula.
Ismail juga melangkah ke tengah aula. Mereka saling berhadapan. Lelaki membuka langkah dengan gagah. Ismail hanya mengembangkan kuda-kudanya sedikit. Lelaki menyerangnya. Pukulan-pukulan Lelaki yang kencang berusaha ia elaki. Satu tendangan Lelaki mengenai perutnya. Ia terdorong.
Langkah dibuka kembali oleh Lelaki itu. Ismail mengikuti. Ia mulai menyerang terlebih dahulu. Lelaki itu menangkapnya. Dengan sigap Ia menggunting kepala si lelaki. Lelaki tersungkur. Ia terus berusaha menyerang. Pukulannya berhasil ditangkap Ismail. Ia langsung mengunci tangan Lelaki. Lelaki bisa melepaskan.
Sutradara sangat tegang menonton pertarungan yang sengit itu. Cast Director di sebelahnya. Melompatkan tongkat ke tengah aula. Lelaki mengambil tongkat itu.
Mereka kembali membuka langkah. Keduanya telah bercucuran keringat. Tongkat dilayangkan lelaki dan diblok dengan tulag kering oeh Ismail. Tongkat patah. Ismail mengambil patahannya. Mereka sama-sama memegang tongkat.
Terjadilah pertarungan dengan senjata. Mereka memakai tongkat itu seperti memakai sebuah pisau.
Ismail berhasil mengunci pergelangan tangan Lelaki. Tangannya yang memegang tongkat berada di leher Lelaki. Ia pelintir tangan lelaki. Lelaki meringis kesakitan. Ia menyerah. Ismail melepaskan tangan Lelaki.
Semua orang bediri dan memberikan tepuk tangan. Sutradara tampak kagum dengan aksi Ismail.
SUTRADARA
Okay. I am very happy. Yours silat is good. I want to make you and you as actors in the film that I will work on.
Windi tampak senang. Kekecewaan Karta sedikit terobati. Ismail dari tengah aula berlari mendekati Tari. Tari tampak bangga dengan Ismail.
ISMAIL
Apa katanya?
TARI
Dia suka dengan silat uda. Uda akan jadi aktor.
ISMAIL
Karta bagaimana?
TARI
Tidak.
ISMAIL
Pak Sutradara, saya menolak untuk menjadi bintang di film bapak. Tapi jika bapak berkenan, berikanlah kesempatan untuk kawan saya.
(Ismail merangkul Karta)
Sutradara bingung. Cast director menterjemahkan dialog Ismail. Sutradara paham dan mengangguk-angguk.
FADE OUT
114. EXT. RUMAH ISMAIL. HALAMAN. DAY.
FADE IN:
Anak-anak berpakaian hitam sedang berlatih di halaman rumah Ismail. Tari memimpin latihan. Lapangan rumah Ismail dipenuhi oleh anak-anak kampungnya baik lelaki maupun perempuan.
PEMUDA 3
Hep...
Anak-anak duduk menundukan kepala. Ujung jari kedua tangan mereka tercecah ke tanah halaman.
PEMUDA 3
Ta...
Anak-anak menempelkan telapak tangan mereka dan mengangkatnya lebih tiggi dari kepala.
PEMUDA 3
Ti...
Anak-anak berdiri tegak. Tangan mereka menyembah.
Tampak Ismail dan Tari berdiri di hadapan mereka. Menjawab sembah.
Anak-anak berjalan dan menyalami Ismail dan Tari.
FADE TO BLACK
SELESAI