Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
11. INT. RUMAH KONTRAKAN. RUANG TENGAH. DAY.
Karta menelepon. Ismail mengemasi barang-barang.
KARTA
Ketabrak mobil?
Ismail menguping pembicaraan Karta sambil tetap mengemasi barang-barangnya.
WINDI (O.S)
Iya...
KARTA
(diam)
WINDI
Please... Lu bisa, ya?
KARTA
Oke deh, Mbak Win selalu win.
WINDI
Ini baru benar. Alamatnya nanti gue share. Cepat ya, Kar.
KARTA
Siap.
Karta mematikan telepon genggamnya.
ISMAIL
Oh Tuhan. Betapa malangnya nasib kawanku ini. Cari uang atau cari mati.
KARTA
Hidup itu keras, kawan.
ISMAIL
(terdiam)
Karta bergegas keluar rumah.
CUT TO:
12. EXT. LOKASI SYUTING. JALANAN. NIGHT.
Sebuah jalanan yang tidak begitu lebar. Tampak Para Kru sedang sibuk menata lighting.
Di belakang kru yang sedang menata lighting, tampak Windi mondar-mandir sambil menelepon. Tidak ada jawaban. Ia ulangi terus.
Di seberang jalan, Karta melihat Windi. Terdengar dering telepon gengamnya. Tidak ia angkat. Lalu ia seberangi jalan dan menghampiri Windi.
Karta menepuk pundak Windi. Telepon genggamnya masih berdering. Windi terkejut.
WINDI
Ah, lama sekali lu. Cepat ganti kostum.
KARTA
Oke, Mbak.
Windi mematikan telepon genggamnya. Dering telepon genggam Karta ikut mati.
SUTRADARA sedang mengamati lampu-lampu yang di pasang oleh kru. Windi menghampirinya.
WINDI
Pak, stuntman sudah oke.
SUTRADARA
Lama!
WINDI
(diam)
SUTRADARA
Hei Astrada, sudah oke semuanya?
ASISTEN SUTRADARA
Sudah, Pak.
Karta menghampiri Astrada dengan kostum orang kantoran sambil membawa sebuah tas seminar.
ASISTEN SUTRADARA
Elu, nanti siap-siap. Kalau mobil sudah dekat. Langsung melintas.
KARTA
Oke, Mas.
Karta bersiap di seberang jalan. Lampu-lampu menyinari punggungnya.
SUTRADARA
Kamera. Rool and action.
Sebuah mobil melaju kencang. Karta menyeberangi jalan. Mobil menabraknya. Ia terpental. Mobil terus melaju.
SUTRADARA
Cut! Bagaimana ini, kamu harusnya terlindas. Bukan terpental. Ulangi!
Karta berusaha menegakan badan.
WINDI
Pak, kalau terlindas benaran bisa gawat, Pak.
SUTRADARA
Apa?
WINDI
Bukan begitu, Pak. Kalau dia cidera bagaimana?
SUTRADARA
Begitu aja kok direpotin. Rumah sakit kan ada. Kalau tidak terlindas logikanya mana. Tokoh ini harus lumpuh. Cacat.
WINDI
Alah, Si Bapak. Ini kan cuma sinetron. Gak perlu dipikirkanlah logikanya. Yang penting bisa bikin baper emak-emak.
SUTRADARA
Jadi lu pikir sinetron gak butuh logika. Gue tanya ya, yang sutradara siapa? Gue atau elu?
WINDI
(diam)
SUTRADARA
Ulangi!
Mobil melaju. Karta menyeberang.
Mobil menabrak tubuhnya. Roda depan melindas kakinya. Setelah itu mobil terus melaju.
SUTRADARA
Cut! Spektakuler!
Karta meringis kesakitan. Tampak olehnya Windi dan beberapa Kru menghampirinya.
CUT TO:
13. EXT/INT. RUMAH SAKIT. DAY.
Sebuah gedung rumah sakit. Langit di atas rumah sakit itu sedang mendung. Beberapa pasien menunggu antrian di bagian farmasi.
CUT TO:
14. INT. RUMAH SAKIT. RUANG RAWAT. DAY.
Seorang perawat keluar dari ruang rawat sambil mendorong troli obat-obatan. Pintu ditutupnya kembali.
Karta terbaring di kasur, pinggang dan pahanya dibalut perban.
Di kursi penunggu tampak Ismail tertidur pulas.
Pintu ruangan dibuka. Windi memasuki ruangan. Ia membawa bingkisan berisi buah dan makanan.
WINDI
(senang)
Karta...
Ismail terkejut dan terbangun dari tidurnya. Reflek ia memasang kuda-kuda silat.
ISMAIL
Manyo, Mak Adang? Aden jaan diago pulo.
Ismail tersadar. Windi dan Karta terpaku melihat Ismail. Ia kembali duduk di kursi.
KARTA
Orang lagi kesakitan Si Mbak malah kesenangan.
WINDI
Ya jelas senang dong. Rasanya gue baru saja menebus dosa.
KARTA
Dosa apaan?
WINDI
Dosa gue ke elu lah. Gara-gara gue lu jadi kayak gini.
KARTA
Cuma dosa-dosa profesi. Emang senang kenapa?
Windi meletakan buah di meja. Setelah itu, ia jalan berlenggak-lenggok seperti dosen muda di hadapan Karta dan Ismail.
WINDI
Kabar gembira datang dari sutradara hollywood. Gue nawarin elu main di film laga yang bakal ia garap.
ISMAIL
Biasanya lompat dari kereta api. Atau kena ledakan bom. Atau kelindas truk. Bisa juga dilempari ke meja kaca.
WINDI
Tungu dulu. Ini siapa sih?
ISMAIL
(menaikan alis)
Saya? Saya...
WINDI
(memotong)
Terserah elu lah. Yang penting gue senang.
KARTA
Memang bakalan gantiin peran siapa?
WINDI
Enggak. Elu bakalan jadi pemeran utama.
KARTA
(Terkejut)
Serius lu, Mbak?
WINDI
Iyalah. Tapi lu mesti menguasai silat minang dengan segera.
ISMAIL
(menepuk-nepuk dada)
Ini nih yang bakalan ngajarin kamu silat nantinya.
Ismail berdiri dan memperagakan beberapa gerakan silat. Ia menendang dan memukul ke kiri dan ke kanan. Tidak sengaja kakinya terpeleset dan jatuh. Windi dan Karta tertawa.
WINDI
Enggak keren, ya?
KARTA
Emangnya kamu belajar dimana?
ISMAIL
Sebelum merantau wajib hukumnya pandai bersilat.
WINDI
Jadi elu, orang minang. Mantaplah... Elu bisa belajar di kampung dia tuh.
KARTA
Di sini kan banyak tempat latihan silat, Mbak. Lagi pula jauh lebih keren daripada dia.
WINDI
Enggak, Kar. Sutradara itu mintanya silat tradisional minangkabau. Tidak ada cara lain selain belajar langsung ke pusatnya.
ISMAIL
Cocoklah itu. Di kampungku ada perguruan silat yang sangat disegani dan paling banyak mencetak pendekar.
KARTA
Emangnya bisa? Kan kamu harus berangkat ke Bandung.
ISMAIL
Belum sekarang ternyata. Ada beberapa masalah yang harus diselesaikan dulu oleh Mak Adang.
WINDI
Mantap... Elo harus pergi ke kampung?
(mikir)
Ah, pendekar ini. Segera kuasai silat minang.
KARTA
Siap, Mbak.
Karta sangat senang.
CUT TO:
15. EXT/INT. BANDARA INTERNASIONAL MINANGKABAU. DAY.
Sebuah pesawat mendarat. Bangunan Bandara Internasional Minangkabau yang khas dengan gonjong rumah gadangnya terlihat.
Di pintu keberangkatan, orang-orang berpamitan dengan sanak saudaranya yang mengantar.
Di pintu kedatangan, rombongan penumpang keluar. Ismail dan Karta berada di antara rombongan itu sambil mendorong troli. Ismail mengenakan kaca mata hitam dan kemeja kotak-kotak. Ia terlihat norak. Lalu ia keluarkan telepon genggam dari saku kemejanya. Ia menelepon BUYUANG (lelaki 25 tahun).
ISMAIL
Sudah dimana lu, Yuang?
BUYUANG (O.S)
Ondeh mandeh, sudah pakai lu-gue pula uda saya.
ISMAIL
(tertawa)
Uda sudah di bandara ni ha. Buyuang dimana?
Tampak oleh Ismail, Buyuang sedang menelepon.
ISMAIL
Tengoklah ke belakang.
Buyuang menoleh ke belakang. Ismail melambaikan tangan. Ia ragu.
BUYUANG
Yang pakai kaca mata kuda itu?
ISMAIL (O.S)
Sembarang saja kamu bilang ini kaca mata kuda. Kaca mata mahal ini.
BUYUANG
Mana pula uda itu?
Ismail membuka kaca matanya.
BUYUANG
Iya mah. Seperti orang uda pulang.
Buyuang menghampiri Ismail.
Ismail mengambil satu helai baju baru dari dalam troli dan melemparkannya ke Buyuang. Buyuang menangkap baju itu.
ISMAIL
Jadi selama ini kamu sangka uda tidak orang?
BUYUANG
Kalau bawa ole-ole, baru orang uda namanya itu. Lemparkanlah satu lagi?
Ismail mengambil satu baju lagi. Ia berikan kepada Buyuang.
ISMAIL
Orang sukses udamu ini mah. Kenalkan ini teman uda. Artis. Bintang film.
Buyuang menyalami Karta.
BUYUANG
Artis film apa, Mas? Belum pernah tampak di TV.
KARTA
Enggak kok, Ismail memang suka begitu.
BUYUANG
Uda Mail bercanda saja. Tapi mas memang ganteng, cocoklah jadi artis.
Karta tersenyum.
ISMAIL
Cepatlah. Mana mobilmu?
BUYUANG
Jadi.
Buyuang berjalan lebih dulu.
ISMAIL
Oi, kamu doronglah troli ini.
BUYUANG
Sakit tangan uda?
Ismail menggeleng-gelengkan kepala. Karta bingung. Mereka terus berjalan ke arah mobil.
CUT TO:
16. EXT. JALAN LINTAS ANTAR KOTA. BY PASS PADANG. DAY.
Lagu minang remix mengiringi laju mobil Buyuang di jalan lintas antar kota dengan langit yang biru.
Mobil Buyuang terus melaju melewati sebuah masjid putih yang indah. Di belakang masjid itu, bukit kapur tak kalah putihnya.
CUT TO:
17. INT. MOBIL BUYUANG. DAY.
Lagu minang remix semakin keras terdengar.
Dari kaca depan mobil, jelas terlihat bukit kapur di antara hamaparan hijau bukit barisan.
ISMAIL
Kenapa tidak habis-habis juga bukit kapur itu?
BUYUANG
Entahlah, Da.
ISMAIL
Tidak membuat semen lagi Semen Padang?
BUYUANG
Entahlah, Da.
Karta menikmati pemandangan.
CUT TO:
18. EXT. JALAN LINTAS ANTAR KOTA. SITINJAU LAUIK. DAY.
Lagu minang remix masih terdengar.
Mobil Buyuang tampak seperti menari ketika menyalip truk-truk yang kepayahan melewati jalan berliku dan mendaki di Sitinjau Lauik.
Mobil Buyuang terus melaju meninggalkan panorama kota Padang yang terlihat rendah daripada luasnya samudera hindia.
CUT TO:
19. INT. MOBIL BUYUANG. DAY.
Lagu minang remix masih terdengar.
Mobil Buyuang berjalan lambat di jalanan perkampungan.
ISMAIL
Ini saja lagu yang ada di mobilmu?
BUYUANG
Disco ada, triping ada, dan banyak lagi, Da.
Buyuang mengecilkan volume di head unit. Dari kaca jendela yang tampak hanyalah hamparan sawah yang luas.
Karta menurunkan kaca jendela. Ia nikmati pemandangan.
Mobil berbelok ke sebuah simpang. Rumah-rumah gadang berderet di sepanjang jalan.
Terlihat kubah sebuah masjid tua.
ISMAIL
(ismail menunjuk)
Kar, kamu lihat masjid itu?
Karta mengikuti telunjuk Ismail.
ISMAIL
Ada simpang dekat sana. Berbelok ke simpang itulah rumah guru silatnya.
Mobil melewati simpang setelah masjid. Karta menoleh ke arah simpang yang dikatakan Ismail.
KARTA
Langsung ke sana aja.
ISMAIL
Tunggulah dulu. Makan kita di rumah. Amak sudah masak banyak.
BUYUANG
Tempat Gaek Tagok maksud uda?
ISMAIL
Kamu diam sajalah. Ini urusan artis.
BUYUANG
Tumbuang.
Buyuang menginjak pedal gas dalam-dalam. Ismail dan Karta terdorong ke belakang.
CUT TO:
20. EXT. RUMAH ISMAIL. HALAMAN. DAY.
Sebuah rumah panggung dari kayu dengan halaman yang lapang. Rumah itu tampak masih kokoh dan terawat. Mobil Buyuang berbelok ke halaman rumah tersebut.
Ismail turun dari mobil. Ia regangkan badan sambil menghirup nafas dalam-dalam. Buyuang menepuk pundak Ismail dengan baju yang diberikan Ismail kepadanya di bandara.
BUYUANG
Saya tidak akan turunkan barang-barang uda.
Ismail menjadi lemas.
ISMAIL
Kamu gampang sekali naik darah.
Buyuang menaiki tangga dan membuka pintu.
BUYUANG
Tek... Etek...
Buyuang terus memasuki rumah Ismail.
CUT TO: