Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Hepta-Hepti Merantau Sebelum Dilayarkan
Suka
Favorit
Bagikan
2. Hepta-Hepti | scene 11-20

11. INT. RUMAH KONTRAKAN. RUANG TENGAH. DAY.

Karta menelepon. Ismail mengemasi barang-barang.

KARTA

Ketabrak mobil?

Ismail menguping pembicaraan Karta sambil tetap mengemasi barang-barangnya.

WINDI (O.S)

Iya...

KARTA

(diam)

 WINDI

Please... Lu bisa, ya?

KARTA

Oke deh, Mbak Win selalu win. 

WINDI

Ini baru benar. Alamatnya nanti gue share. Cepat ya, Kar.

KARTA

Siap.

Karta mematikan telepon genggamnya.

ISMAIL

Oh Tuhan. Betapa malangnya nasib kawanku ini. Cari uang atau cari mati.

KARTA

Hidup itu keras, kawan.

ISMAIL

(terdiam)

Karta bergegas keluar rumah.

CUT TO:

12. EXT. LOKASI SYUTING. JALANAN. NIGHT.

Sebuah jalanan yang tidak begitu lebar. Tampak Para Kru sedang sibuk menata lighting.

Di belakang kru yang sedang menata lighting, tampak Windi mondar-mandir sambil menelepon. Tidak ada jawaban. Ia ulangi terus. 

Di seberang jalan, Karta melihat Windi. Terdengar dering telepon gengamnya. Tidak ia angkat. Lalu ia seberangi jalan dan menghampiri Windi.

Karta menepuk pundak Windi. Telepon genggamnya masih berdering. Windi terkejut.

WINDI

Ah, lama sekali lu. Cepat ganti kostum.

KARTA

Oke, Mbak.

Windi mematikan telepon genggamnya. Dering telepon genggam Karta ikut mati.

SUTRADARA sedang mengamati lampu-lampu yang di pasang oleh kru. Windi menghampirinya. 

WINDI

Pak, stuntman sudah oke.

SUTRADARA

Lama!

WINDI

(diam)

SUTRADARA

Hei Astrada, sudah oke semuanya?

ASISTEN SUTRADARA

Sudah, Pak.

Karta menghampiri Astrada dengan kostum orang kantoran sambil membawa sebuah tas seminar. 

ASISTEN SUTRADARA

Elu, nanti siap-siap. Kalau mobil sudah dekat. Langsung melintas.

KARTA

Oke, Mas.

Karta bersiap di seberang jalan. Lampu-lampu menyinari punggungnya.

SUTRADARA

Kamera. Rool and action. 

Sebuah mobil melaju kencang. Karta menyeberangi jalan. Mobil menabraknya. Ia terpental. Mobil terus melaju.

SUTRADARA

Cut! Bagaimana ini, kamu harusnya terlindas. Bukan terpental. Ulangi!

Karta berusaha menegakan badan.

WINDI

Pak, kalau terlindas benaran bisa gawat, Pak.

SUTRADARA

Apa?

WINDI

Bukan begitu, Pak. Kalau dia cidera bagaimana?

SUTRADARA

Begitu aja kok direpotin. Rumah sakit kan ada. Kalau tidak terlindas logikanya mana. Tokoh ini harus lumpuh. Cacat.

WINDI

Alah, Si Bapak. Ini kan cuma sinetron. Gak perlu dipikirkanlah logikanya. Yang penting bisa bikin baper emak-emak.

SUTRADARA

Jadi lu pikir sinetron gak butuh logika. Gue tanya ya, yang sutradara siapa? Gue atau elu?

WINDI

(diam)

SUTRADARA

Ulangi!

Mobil melaju. Karta menyeberang.

Mobil menabrak tubuhnya. Roda depan melindas kakinya. Setelah itu mobil terus melaju.

SUTRADARA

Cut! Spektakuler!

Karta meringis kesakitan. Tampak olehnya Windi dan beberapa Kru menghampirinya.

CUT TO:

13. EXT/INT. RUMAH SAKIT. DAY.

Sebuah gedung rumah sakit. Langit di atas rumah sakit itu sedang mendung. Beberapa pasien menunggu antrian di bagian farmasi.

CUT TO:

14. INT. RUMAH SAKIT. RUANG RAWAT. DAY.

Seorang perawat keluar dari ruang rawat sambil mendorong troli obat-obatan. Pintu ditutupnya kembali.

Karta terbaring di kasur, pinggang dan pahanya dibalut perban.

Di kursi penunggu tampak Ismail tertidur pulas.

Pintu ruangan dibuka. Windi memasuki ruangan. Ia membawa bingkisan berisi buah dan makanan.

WINDI

(senang)

Karta...

Ismail terkejut dan terbangun dari tidurnya. Reflek ia memasang kuda-kuda silat.

ISMAIL

Manyo, Mak Adang? Aden jaan diago pulo.

Ismail tersadar. Windi dan Karta terpaku melihat Ismail. Ia kembali duduk di kursi.

KARTA

Orang lagi kesakitan Si Mbak malah kesenangan. 

WINDI

Ya jelas senang dong. Rasanya gue baru saja menebus dosa.

KARTA

Dosa apaan?

WINDI

Dosa gue ke elu lah. Gara-gara gue lu jadi kayak gini.

KARTA

Cuma dosa-dosa profesi. Emang senang kenapa?

Windi meletakan buah di meja. Setelah itu, ia jalan berlenggak-lenggok seperti dosen muda di hadapan Karta dan Ismail.

WINDI

Kabar gembira datang dari sutradara hollywood. Gue nawarin elu main di film laga yang bakal ia garap.

ISMAIL

Biasanya lompat dari kereta api. Atau kena ledakan bom. Atau kelindas truk. Bisa juga dilempari ke meja kaca.

WINDI

Tungu dulu. Ini siapa sih?

ISMAIL

(menaikan alis)

Saya? Saya...

WINDI

(memotong)

Terserah elu lah. Yang penting gue senang.

KARTA 

Memang bakalan gantiin peran siapa?

WINDI

Enggak. Elu bakalan jadi pemeran utama.

KARTA 

(Terkejut)

Serius lu, Mbak?

WINDI

Iyalah. Tapi lu mesti menguasai silat minang dengan segera. 

ISMAIL

(menepuk-nepuk dada)

Ini nih yang bakalan ngajarin kamu silat nantinya. 

Ismail berdiri dan memperagakan beberapa gerakan silat. Ia menendang dan memukul ke kiri dan ke kanan. Tidak sengaja kakinya terpeleset dan jatuh. Windi dan Karta tertawa.

WINDI

Enggak keren, ya?

KARTA 

Emangnya kamu belajar dimana?

ISMAIL

Sebelum merantau wajib hukumnya pandai bersilat.

WINDI

Jadi elu, orang minang. Mantaplah... Elu bisa belajar di kampung dia tuh.

KARTA 

Di sini kan banyak tempat latihan silat, Mbak. Lagi pula jauh lebih keren daripada dia.

WINDI

Enggak, Kar. Sutradara itu mintanya silat tradisional minangkabau. Tidak ada cara lain selain belajar langsung ke pusatnya.

ISMAIL

Cocoklah itu. Di kampungku ada perguruan silat yang sangat disegani dan paling banyak mencetak pendekar.

KARTA 

Emangnya bisa? Kan kamu harus berangkat ke Bandung.

ISMAIL

Belum sekarang ternyata. Ada beberapa masalah yang harus diselesaikan dulu oleh Mak Adang.

WINDI

Mantap... Elo harus pergi ke kampung?

(mikir)

Ah, pendekar ini. Segera kuasai silat minang.

KARTA 

Siap, Mbak.

Karta sangat senang. 

CUT TO:

15. EXT/INT. BANDARA INTERNASIONAL MINANGKABAU. DAY.

Sebuah pesawat mendarat. Bangunan Bandara Internasional Minangkabau yang khas dengan gonjong rumah gadangnya terlihat.

Di pintu keberangkatan, orang-orang berpamitan dengan sanak saudaranya yang mengantar.

Di pintu kedatangan, rombongan penumpang keluar. Ismail dan Karta berada di antara rombongan itu sambil mendorong troli. Ismail mengenakan kaca mata hitam dan kemeja kotak-kotak. Ia terlihat norak. Lalu ia keluarkan telepon genggam dari saku kemejanya. Ia menelepon BUYUANG (lelaki 25 tahun).

ISMAIL

Sudah dimana lu, Yuang?

BUYUANG (O.S)

Ondeh mandeh, sudah pakai lu-gue pula uda saya.

ISMAIL

(tertawa)

Uda sudah di bandara ni ha. Buyuang dimana?

Tampak oleh Ismail, Buyuang sedang menelepon. 

ISMAIL

Tengoklah ke belakang.

Buyuang menoleh ke belakang. Ismail melambaikan tangan. Ia ragu.

BUYUANG

Yang pakai kaca mata kuda itu?

ISMAIL (O.S)

Sembarang saja kamu bilang ini kaca mata kuda. Kaca mata mahal ini.

BUYUANG

Mana pula uda itu?

Ismail membuka kaca matanya. 

BUYUANG

Iya mah. Seperti orang uda pulang. 

Buyuang menghampiri Ismail. 

Ismail mengambil satu helai baju baru dari dalam troli dan melemparkannya ke Buyuang. Buyuang menangkap baju itu.

ISMAIL

Jadi selama ini kamu sangka uda tidak orang?

BUYUANG

Kalau bawa ole-ole, baru orang uda namanya itu. Lemparkanlah satu lagi?

Ismail mengambil satu baju lagi. Ia berikan kepada Buyuang.

ISMAIL

Orang sukses udamu ini mah. Kenalkan ini teman uda. Artis. Bintang film.

Buyuang menyalami Karta. 

BUYUANG

Artis film apa, Mas? Belum pernah tampak di TV.

KARTA 

Enggak kok, Ismail memang suka begitu.

BUYUANG

Uda Mail bercanda saja. Tapi mas memang ganteng, cocoklah jadi artis.

Karta tersenyum.

ISMAIL

Cepatlah. Mana mobilmu? 

BUYUANG

Jadi.

Buyuang berjalan lebih dulu.

ISMAIL

Oi, kamu doronglah troli ini.

BUYUANG

Sakit tangan uda?

Ismail menggeleng-gelengkan kepala. Karta bingung. Mereka terus berjalan ke arah mobil.

CUT TO:

16. EXT. JALAN LINTAS ANTAR KOTA. BY PASS PADANG. DAY.

Lagu minang remix mengiringi laju mobil Buyuang di jalan lintas antar kota dengan langit yang biru.

Mobil Buyuang terus melaju melewati sebuah masjid putih yang indah. Di belakang masjid itu, bukit kapur tak kalah putihnya.

CUT TO:

17. INT. MOBIL BUYUANG. DAY.

Lagu minang remix semakin keras terdengar.

Dari kaca depan mobil, jelas terlihat bukit kapur di antara hamaparan hijau bukit barisan. 

ISMAIL

Kenapa tidak habis-habis juga bukit kapur itu?

BUYUANG

Entahlah, Da.

ISMAIL

Tidak membuat semen lagi Semen Padang?

BUYUANG

Entahlah, Da.

Karta menikmati pemandangan.

CUT TO:

18. EXT. JALAN LINTAS ANTAR KOTA. SITINJAU LAUIK. DAY.

Lagu minang remix masih terdengar. 

Mobil Buyuang tampak seperti menari ketika menyalip truk-truk yang kepayahan melewati jalan berliku dan mendaki di Sitinjau Lauik.

Mobil Buyuang terus melaju meninggalkan panorama kota Padang yang terlihat rendah daripada luasnya samudera hindia.

CUT TO:

19. INT. MOBIL BUYUANG. DAY.

Lagu minang remix masih terdengar.

Mobil Buyuang berjalan lambat di jalanan perkampungan.

ISMAIL 

Ini saja lagu yang ada di mobilmu?

BUYUANG

Disco ada, triping ada, dan banyak lagi, Da.

Buyuang mengecilkan volume di head unit. Dari kaca jendela yang tampak hanyalah hamparan sawah yang luas.

Karta menurunkan kaca jendela. Ia nikmati pemandangan.

Mobil berbelok ke sebuah simpang. Rumah-rumah gadang berderet di sepanjang jalan.

Terlihat kubah sebuah masjid tua. 

ISMAIL

(ismail menunjuk)

Kar, kamu lihat masjid itu?

Karta mengikuti telunjuk Ismail.

ISMAIL

Ada simpang dekat sana. Berbelok ke simpang itulah rumah guru silatnya.

Mobil melewati simpang setelah masjid. Karta menoleh ke arah simpang yang dikatakan Ismail.

KARTA

Langsung ke sana aja.

ISMAIL

Tunggulah dulu. Makan kita di rumah. Amak sudah masak banyak.

BUYUANG

Tempat Gaek Tagok maksud uda?

ISMAIL

Kamu diam sajalah. Ini urusan artis.

BUYUANG

Tumbuang.

Buyuang menginjak pedal gas dalam-dalam. Ismail dan Karta terdorong ke belakang. 

CUT TO:

20. EXT. RUMAH ISMAIL. HALAMAN. DAY.

Sebuah rumah panggung dari kayu dengan halaman yang lapang. Rumah itu tampak masih kokoh dan terawat. Mobil Buyuang berbelok ke halaman rumah tersebut.

Ismail turun dari mobil. Ia regangkan badan sambil menghirup nafas dalam-dalam. Buyuang menepuk pundak Ismail dengan baju yang diberikan Ismail kepadanya di bandara.

BUYUANG

Saya tidak akan turunkan barang-barang uda.

Ismail menjadi lemas.

ISMAIL

Kamu gampang sekali naik darah.

Buyuang menaiki tangga dan membuka pintu.

BUYUANG

Tek... Etek...

Buyuang terus memasuki rumah Ismail.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar