Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
91. EXT. PERKAMPUNGAN ISMAIL. JALANAN. DAY.
Esah dan Amak tampak berjalan sambil menjinjing kantong-kantong plastik berisi sayur-sayuran dan bahan masakan lainnya. Kedua tangan mereka terisi. Mereka terus berjalan.
CUT TO:
92. EXT/INT. POS PEMUDA. DAY.
Lima orang pemuda berada di pos. Sebuah colokan dipenuhi oleh charger yang sedang mengecas telepon genggam. Mereka mendengarkan Pemuda 5 bercerita.
PEMUDA 5
Kalau pergi kamu semalam pastilah seru. Saya dapat meninju kepala Ruak-Ruak.
Pemuda 5 tertawa puas. Pemuda lainnya mengangguk-angguk.
PEMUDA 1
Aku mau pula menginjak-injak kepalanya.
PEMUDA 2
Iya hebat, Uda Mail. Rebah semua orang dibuatnya. Mau pulalah saya belajar silat dengannya.
PEMUDA 3
Mantap itu. Mintak ilmu menghilang ke Uda Mail.
Pemuda tertawa.
PEMUDA 4
Tanpa belajar ilmu hilang, kamu sudah sering menghilang-hilang.
Pemuda melanjutkan tawanya.
PEMUDA 5
Ke tempat Uda Ismail kita?
PEMUDA 2
Lekaslah...
Mereka mengantongi telepon gengham masing-masing.
Amak dan Esah lewat di jalanan depan Pos Pemuda. Pemuda berdiri dan bergegas ke tempat Ismail.
Pemuda 4 dan 3 menghampiri Amak dan Esah. Ia ambil kantong plastik yang dijinjing Amak dan Esah.
AMAK
Kenapa kalian ini?
Anak Muda memindahkan kantong-kantong plastik di tangan Amak dan Esah ke tanganya.
PEMUDA 4
Biar kami bawa. Amak dan Uni Melenggang sajalah.
Amak dan Esah heran. Anak Muda berjalan terlebih dahulu.
ESAH
Bangkit pula anak-anak itu.
Amak dan Esah melanjutkan perjalanan.
CUT TO:
93. EXT. RUMAH ISMAIL. HALAMAN. DAY.
Tari sedang mengajarkan Karta menangkap serangan lawan. Karta memukul ke arah kepala Tari. Dengan sigap ia menangkap Tangan itu dan langsung mengunci Karta. Pelan-pelan, Tari memiuh kepala Karta. Karta menringis kesakitan.
TARI
Banyak jalan untuk menyelesaikan musuh.
Tari menukar langkah. Ia pelintir tangan Karta dengan kuat. Kaki Karta terinjit mengikuti gerakannya.
TARI
Yang penting akal tidak boleh hilang.
Tari melepaskan tangan Karta. Karta melemaskan pergelangan tangannya. Tari kembali membuka langkah. Karta mengikuti.
pemuda 1, 2, 3, 4, dan 5, memasuki halaman rumah Ismail dengan kantong plastik dalam jinjingan mereka.
Esah dan Amak mengiringi dari belakang. Namun langkah Esah terhenti melihat Karta tengah merangkul Tari dari belakang.
Tari melihat air muka Esah yang berubah.
TARI
Uni Esah. Sinilah ikut bersilat.
Esah berusha menyembunyikan kecemburuannya. Ia hanya tersenyum yang dipaksakan dan terus berjalan ke arah rumah.
CUT TO:
94. INT. RUMAH ISMAIL. TERAS. DAY.
Tampak Buyuang mengurut-ngurut sendiri badannya. Ismail yang tengah duduk di pagar teras, heran dengan kehadiran anak-anak muda.
Amak menaiki teras diiringi oleh Anak Muda.
ISMAIL
Sudah punya pengawal saja Amak sekarang.
AMAK
Entahlah... Tersapa dimana anak-anak ini. Bangkit pula baiknya.
PEMUDA 2
Assalammualaikum, Guru.
ISMAIL
Jangan panggil pula saya guru lagi.
Esah menaiki teras dan langsung masuk ke dalam rumah.
BUYUANG
Kamu antarlah dulu kantong-kantong itu ke dalam.
PEMUDA 5
Siap, Ketua.
Pemuda masuk ke dalam rumah. Mereka berjejer rapi seperti tentara. Amak mengiringi mereka dari belakang.
CUT TO:
95. INT. RUMAH ISMAIL. DAPUR. DAY.
Esah duduk di dapur. Wajahnya murung bercampur marah. Pemuda meletakan kantong-kantong plastik di lantai. Lalu mereka bergegas keluar. Amak memasuki dapur. Ia perhatikan Esah yang tiba-tiba saja berubah air mukanya.
Amak mengambil salah satu kantong plastik dan mengeluarkan isinya.
AMAK
Kenapa anak gadis amak tiba-tiba rusuh saja.
Esah diam. Amak meletakan terong dan jengkol di atas meja. Lalu ia ambil lagi sayur-sayuran yang ada di dalam kantong.
AMAK
Rumah belum perpagar. Kenapa marah jika kambing masuk.
Esah masih diam.
AMAK
Jangan termakan cemburu buta. Hatimu bisa berulat jadinya.
Esah menghela nafas.
CUT TO:
96. INT. RUMAH ISMAIL. TERAS. DAY.
Pemuda duduk di teras. Buyuang masih mengurut-ngurut tangannya.
PEMUDA 5
Bengkak-bengkak, Uda Buyuang.
BUYUANG
Jangan bicara pula kamu lagi. Orang dikeroyok kamu tonton saja.
PEMUDA 5
Kalau tidak ada awak, belum tentu Tuan Guru akan datang.
ISMAIL
Jangan panggil-panggil pula saya guru.
PEMUDA 2
Uda Mail, ajarkanlah kami bersilat.
ISMAIL
Saya tidak pandai bersilat.
BUYUANG
Ajarkanlah mereka, Uda. Kalau uda nanti ke rantau lagi. Siapa yang akan menjaga kampung?
Ismail menggeleng-gelengkan kepala. Setelah itu ia menatap ke arah Tari.
TARI
Tari... Ikutlah anak-anak ini, biar bisa berteman pula Karta.
Tampak Tari mengangguk.
Pemuda berlari ke halaman.
CUT TO:
97. EXT. RUMAH ISMAIL. HALAMAN. DAY.
Pemuda dan Karta berbaris di halaman. Mereka mengikuti langkah-langkah silat yang dipimpin Tari.
TARI
Hep...
Tari melangkahkan kakinya. Anak Muda dan Karta mengikuti dengan terbata. Mereka berusaha membuat gerakan langkah seindah mungkin.
TARI
Ta...
Tari membalikan badan. Mereka mengikuti.
FADE OUT
98. EXT. SUNGAI. DAY.
Sungai berarus cukup deras dengan air yang jernih. Batu-batu bertebaran di sungai itu. Tampak Karta melatih pukulan dan tendangan di atas sebuah batu yang tidak lebih luas dari kedua telapak kakinya. Sesekali ia kehilangan keseimbangan.
Tari yang sedang duduk memperhatikan Karta, tertawa melihatnya terhuyung. Keseimbangannya semakin buruk. Ia tercebur ke sungai. Tawa Tari semakin keras.
CUT TO:
99. EXT. RUMAH ISMAIL. HALAMAN. DAY.
Anak Muda dan Karta latihan bersama. Mereka belajar menangkap serangan dan langsung mengunci lawan. Ismail dan Tari memimpin latihan.
Karta sangat serius menjalani. Ia lebih pandai ketimbang pemuda.
CUT TO:
100. INT. RUMAH ISMAIL. HALAMAN SAMPING. DAY.
Esah dan Amak memperhatikan Karta menjujung padi sendirian. Berkarung-karung padi ia angkat secara bergantian.
Peluh membasahi baju Karta. Ia yang tengah menahan lelah memandang Esah. Senyum Esah terkembang.
CUT TO: