Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Hepta-Hepti Merantau Sebelum Dilayarkan
Suka
Favorit
Bagikan
6. Hepta-Hepti | scene 51-60

51. INT. RUMAH ISMAIL. DAPUR. DAY.

Amak sedang menggoreng pisang di tungku. Cahaya mahari masuk dari celah-celah dinding dapur yang terbuat dari kayu. Asap tungku menggaris cahaya yang menembus dinding dapur. 

Amak mengangkat goreng pisang yang sudah kuning keemasan dari dalam kuali. Ia pindahkan ke nampan saringan. Lalu ia masukan lagi pisang yang telah diadoni tepung ke dalam kuali. Desirnya terdengar nyaring. 

Esah melintas di belakang Amak sambil membawa ember kosong. Ia terus berjalan ke kamar mandi.

AMAK

Sah, kau antarkan pisang ini ke udamu. Sekalian bikinkan teh manis.

ESAH (O.S)

Iya, Mak.

Esah keluar dari kamar mandi sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Lalu ia mengambil gelas dan piring di rak.

AMAK

Senang kau tampaknya?

ESAH

Amak ini. Rusuh salah, senang salah.

Esah mengambil gorengan dari dalam nampan saringan di sebelah Amak. Ia salin pisang itu ke dalam piring keramik bermotif bunga-bunga di tepi-tepi piring.

AMAK

Tidak biasanya.

ESAH

Amak jangan mengira yang tidak-tidak nanti Esah jadi berharap.

AMAK

Kenapa kau begitu. Tidak ada Amak membicarakan teman udamu itu.

ESAH

(malu-malu)

Kan. Amak.

Amak tertawa kecil. 

CUT TO:

52. INT. RUMAH ISMAIL. KAMAR. DAY.

Karta menggoyang-goyangkan kaki Ismail. Ismail terbangun dari tidurnya.

KARTA 

Sudah siang.

Ismail duduk dan berusaha mengembangkan mata. Karta memperlihatkan pesan dari Windi. Ismail memfokuskan penglihatannya.

Ismail menghela nafas dan mengambil handuk. Setelah itu ia keluar kamar.

CUT TO:

53. INT. RUMAH ISMAIL. DAPUR. DAY.

Esah merapikan goreng pisang di atas piring. Amak mendekatinya mabil menjinjing satu termos air panas. Amak meletakan termos itu di meja Esah yang tengah merapikan goreng.

AMAK

(tergelak)

Kenapa sebagus itu pula kau susun?

Esah malu. Ismail lewat di antara mereka. Di bahunya, handuk tersandang.

ISMAIL

Kenapa tertawa-tawa?

AMAK

(menghabiskan gelak-tawa)

Sepertinya Amak bakalan punya menantu.

ISMAIL

Belumlah lagi, Mak. Belum puas bujangku. Masih banyak rantau yang akan aku tuju.

Amak dan Esah kembali tertawa.

ESAH

Terlalu jauh merantau, semakin tualah uda.

ISMAIL

Kalau tua kaya, tentulah banyak gadis yang menanti.

ESAH 

Pandai uda saja.

Ismail meninggalkan Amak dan Esah. Ia berjalan ke kamar mandi.

Terdengar suara dering telepon genggam Esah. Ia bergegas mengambilnya.

CUT TO:

54. INT. RUMAH ISMAIL. KAMAR MANDI. DAY.

Ismail menggantungkan handuk di paku belakang pintu.

ESAH (O.S)

Mak Adang menelepon, Mak.

Ismail bergegas membuka pintu.

CUT TO:

55. INT. RUMAH ISMAIL. DAPUR. DAY.

Esah hendak menjawab panggilan namun dengan sigap Ismail merebut telepon genggam itu. 

Telepon genggam masih berdering.

ISMAIL

Jangan diangkat. Nanti uda disuruh lekas ke Jakarta.

AMAK 

Kenapa begitu? Tanda ada perlu mamakmu itu.

ISMAIL

Perlunya tentu pekerjaan lah, Mak.

Dering telepon genggam mati.

AMAK 

Ada apa kamu dengan Mak Adang?

ISMAIL

Tidak ada apa-apa. Palingan Mak Adang ingin menanyakan kapan kepastian aku akan ke Jakarta lagi.

Amak dan Esah diam. Tampak oleh Ismail gelagat curiga dari wajah Amak.

ISMAIL

Betul apa yang Amak katakan tadi. Sebentar lagi kabar Amak akan bermenantu segera tiba. Aku mau di sini dahulu. Aku hanya mau gadis Minang, Mak. 

AMAK 

(bahagia)

Iya kan Esah. Tidak salah firasat Amak.

Ismail kembali ke kamar mandi. 

AMAK 

Mail, kau carilah yang pandai dengan mertua. Tak perlu cantik, tapi baik budinya.

Terdengar suara air menyirami tubuh Ismail beberapa kali. Terdengar pula suara air panas yang dituangkan Esah ke dalam gelas berisi teh dan gula. Uap panasnya menempel di bagian dalam gelas.

CUT TO:

56. INT. RUMAH GAEK TAGOK. KAMAR TARI. DAY.

Kamar Tari tampak rapi dan bersih. Cahaya dari jendela bertirai menerangi kamarnya. Salah satu sisi dinding kamarnya dipenuhi oleh buku-buku. Rak buku yang terbuat dari papan kayu itu sudah melengkung karena terlalu berat menahan beban.

Tari sedang memilih beberapa buku di rak itu. Ia ambil beberapa buku lalu ia masukan ke dalam tas kain.

CUT TO:

57. EXT. DEPOT ISI ULANG AIR MINUM. DAY.

Rudi menghidupkan motor becak yang sudah dipenuhi galon. Motor becak hidup. Rudi melaju.

CUT TO:

58. INT. RUMAH GAEK TAGOK. RUANG TENGAH. DAY.

Tampak ibu duduk di atas kursi kayu dekat dengan jendela, ia sedang membaca Al-Quran. Tari keluar kamar. 

TARI

Bu, Tari ke rumah Uda Ismail dulu ya. 

Ibu berhenti membaca Al-Quran. Lalu ia menoleh ke Tari.

IBU

Hati-hati ya Tari. Sampaikan salam ibu ke Amak Ismail.

TARI

Iya, Bu.

Tari keluar rumah. Ibu melanjutkan bacaan Al-Qurannya.

CUT TO:

59. EXT. RUMAH ISMAIL. TERAS. DAY. 

Ismail duduk di teras sendirian sambil memakan goreng pisang. Di meja terdapat dua gelas teh dan sepiring goreng pisang.

Dari arah simpang tampak Tari memasuki halaman rumahnya.

TARI

Assalamualaikum.

ISMAIL

Waalaikumussalam.

Tari menaiki teras. Ia duduk di kursi sebelah Ismail. Tas berisi buku, ia letakan di pahanya.

ISMAIL

Goreng, Tari. Ambillah...

TARI

Iya, Da.

Ismail melihat tas yang dibawa Tari.

ISMAIL

Apa itu yang Tari bawa?

Tari mengeluarkan buku-buku dari dalam tasnya.

TARI

Ini untuk Akang Karta.

Ismail mengelap tangannya yang berminyak gorengan ke celana sambil mengunyah goreng yang berada dalam mulutnya. Ia ambil salah satu buku. Di sampul buku itu bertuliskan, "Sejarah Silek Minang beserta Aliran-alirannya." Ia kembangkan dan ia baca buku itu.

TARI

Amak mana, Da?

ISMAIL

Ke dalamlah.

Tari berdiri dan masuk ke dalam rumah.

CUT TO:

60. INT. RUMAH ISMAIL. RUANG TENGAH. DAY.

Tari memasuki rumah. Karta yang baru saja selesai mandi keluar dari pintu kamar. Mereka berpapasan.

TARI

Eh. Kang Karta. Di luar ada buku-buku tentang silat Tari bawakan utuk Akang.

KARTA 

Iya? Terimakasih banyak Tari.

Tari terus berjalan ke arah dapur.

TARI (O.S)

Mak... Amak...

Karta memandangi Tari yang terus berjalan ke arah dapur. 

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar