Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Hepta-Hepti Merantau Sebelum Dilayarkan
Suka
Favorit
Bagikan
8. Hepta-Hepti | scene 71-80

71. EXT. RUMAH ISMAIL. HALAMAN. DAY.

Ismail masih memperhatikan Karta dan Tari berlatih dari jenjang teras. Karta cukup lancar mengiringi langkah-langkah Tari. Tari merapatkan tangannya dengan tangan Karta. 

TARI

Cepat juga Akang pandai?

KARTA 

Akang juga pernah beberapa kali menjadi anak buah perampok di film-film.

TARI

Hebat ya... 

Tari melanjutkan gerakan. Mereka saling menikam jejak.

Esah keluar dari pintu rumah.

ESAH

Uda, dipanggil Amak.

ISMAIL

Nanti saja.

ESAH

Perlu sekali kata Amak.

Ismail berdiri dan memasuki rumah. Esah masih berdiri di pintu melihat Karta dan Tari bersilat.

CUT TO:

72. INT. RUMAH ISMAIL. DAPUR. DAY.

Api tungku menyala. Santan sedang dipanaskan dalam kuali. Amak duduk di dekat tungku. Ismail measuki dapur dan duduk di kursi.

ISMAIL

Ada apa, Mak?

AMAK 

Mendengar kabar Ismail pulang saja, hati Amak sudah sangat senang.

Ismail bingung.

AMAK 

Tidak pula perlu ada kebohongan.

ISMAIL

Bohong apa maksud Amak?

Amak mengacau-ngacau santan dalam kuali yang sudah mulai menguning kunyit.

AMAK 

Amak tidak pernah mendoakan anak Amak untuk menjadi orang kaya berlindak. Yang paling penting bagi Amak adalah keselamatan dan kesehatanmu di rantau.

ISMAIL

Tidak tertangkap maksud Amak oleh, Mail.

Amak mengambil beberapa ranting di unggukan kayu bakar yang tidak jauh darinya.

AMAK 

Mak Adangmu tadi menelepon.

Ismail terdiam. Amak mematahkan ranting dan menyorongkannya ke api tungku. Api tambah menyala.

CUT TO:

73. EXT. PERKAMPUNGAN ISMAIL. POS PEMUDA. NIGHT.

Tampak beberapa pemuda sedang bermain game di pos pemuda. Seseorang dari pemuda itu tidak memiliki smartphone. Ia hanya menonton kawan-kawannya bermain.

Mobil Buyuang melintas di Pos Pemuda. Ia berhenti.

BUYUANG

Iya harus saya putus wi-fi di sini lagi.

PEMUDA 1

Janganlah, Da Buyuang.

Pemuda 5 mendekati mobil Buyuang.

PEMUDA 5

Gagah sekali, Uda, mau kemana?

BUYUANG

Jangan banyak omong pula kamu.

PEMUDA 5

Kemana uda tuh?

BUYUANG

Pergi lihat orgen.

PEMUDA 5

Ikutlah awak.

Pemuda 5 menaiki mobil Buyuang dengan girang. Mobil melaju.

CUT TO:

74. INT. RUMAH GAEK TAGOK. RUANG TENGAH. NIGHT.

Rudi duduk di ruang tengah bersama ibu. Mereka saling diam.

Tari keluar dari kamar.

RUDI

Tari, duduk kau di sini.

TARI

Ada apa?

RUDI

Kenapa kau mengajarkan orang Jawa itu bersilat?

Nada Tari keras.

TARI

Memangnya uda yang punya silat itu? Kalau iya kenapa tidak uda teruskan warisan itu? Kenapa uda digulung zaman?

Ibu terkejut. Rudi terdiam beberapa saat.

RUDI

Uda ingatkan ke kau, bahwa kau perempuan dan yang kau ajar laki-laki bukan muhrimmu.

TARI

Uda seperti orang benar saja. Kenapa tidak uda yang mengajarkannya bersilat.

RUDI

Mentang-mentang aku tidak pandai bersilat, kau remehkan saja aku. Aku ini udamu.

TARI

Benar sekali. Tidak dapat dielakan. Tapi sayang, uda Gadang Sarawa.

Rudi sangat geram.

IBU

Sudah. 

Ibu menenagkan keduanya.

IBU

Rudi, kau benar. Tari, kau juga benar. Jagalah diri kalian dari fitnah dan prasangka. Terlebih kau Tari, karena kau perempuan.

Keudanya terdiam dan saling menekurkan kepala.

CUT TO:

75. EXT. RUMAH ISMAIL. HALAMAN. NIGHT.

Cahaya bulan menyinari kampung Ismail di malam yang sunyi. Angin mengoyang-goyangkan pucuk kelapa.

Ismail berdiri di tangga teras rumah. ia mengenakan seragam silat lengkap dengan selempang dan deta. Ia hanya sendirian memandang tanah di halaman rumahnya. Tiba-tiba bayangan seseorang muncul di tanah halaman itu. Di tangan kiri bayangan seseorang itu terdapat kain sarung dan tangan kanannya memegang tongkat. Bayangan itu semakin mendekatinya.

Ismail perlahan menegakan kepala. Tampak olehnya seorang lelaki tua berdiri di halaman rumahnya. Wajah lelaki tua itu tidak terlihat jelas. Ismail berusaha mengenali lelaki tua itu.

LELAKI TUA

Turun.

Ismail menuruni jenjang. Lelaki Tua menancapkan tongkatnya ke tanah halaman. Lalu ia lemparkan sebuah kain sarung ke arah Ismail. Ismail menangkap kain sarung itu.

LELAKI TUA 

Pakai.

Ismail masih heran. Dengan ragu-ragu ia kenakan kain sarung itu. Tiba-tiba saja Lelaki Tua sudah berada di dalam kain sarungnya. Dengan cepat Lelaki Tua menusukan pisau ke arah perut sebelah kanan Ismail. Ismail mengelak. Pisau itu menembus kain sarung. Lalu dicabut kembali. Lelaki Tua menusukan pisau ke perut sebelah kiri Ismail. Ismail mengelakannya lagi.

Ismail mencabut pisau di pinggangnya. Sebilah pisau kuku elang. Ia balas tusukan-tusukan Lelaki Tua. Mereka terus serang menyerang di dalam kain sarung hingga berguling-guling di halaman.

Pisau Ismail berhasil mengenai perut Lelaki Tua. Darah mengucur, ia hentikan pertarungan. Namun Lelaki Tua membalas tusukan itu dan menyobek baju Ismail.

Ismail terus menusuk hingga Lelaki Tua rebah tanpa perlawanan. Ismail mengenali wajah Lelaki Tua itu. Ia adalah Gaek Tagok.

Gaek Tagok tersenyum.

ISMAIL

Gaek...

GAEK

Tongkat sudah saya serahkan ke kamu Ismail. Jadikanlah topangan.

Ismail melepaskan kain sarung. Gaek Tagok menghilang.

ISMAIL

Gaek...

CUT TO:

76. INT. RUMAH ISMAIL. KAMAR. NIGHT. 

Ismail tersentak. Nafasnya sesak.

ISMAIL

Astagfirullah... Inalillahi wa innailaihi rojiun.

Ia mengelap-ngelap mukanya.

CUT TO:

77. EXT. LAPANGAN. NIGHT.

Sebuah pesta pemuda dengan orgen tunggal di lapangan terbuka.

Bunyi musik DJ berdentum-dentum dan memekakan telinga. Lampu-lampu berkedip bertukar-tukar warna mengikuti dentuman musik. Biduan-biduan saweran tampak menari dengan busana setengah telanjang di antara keruman lelaki-lelaki mabuk.

Di sebuah meja tampak Buyuang dan Pemuda 5. Di meja mereka banyak botol minuman. Buyuang telah mabuk. Sementara pemuda 5 belum terlalu mabuk.

BUYUANG

Tampak lelaki itu olehmu?

PEMUDA 5

Yang mana, da?

Buyuang menunjuk seorang lelaki kurus sedang berjoget bersama biduan yang paling cantik di antara semua biduan yang mengisi acara.

PEMUDA 5

Oh... Ruak-ruak itu?

BUYUANG

Saya sudah lama sakit hati ke dia.

Buyuang menyerahkan telepon genggamnya kepada pemuda 5 yang sedang mengoyang-goyangkan kepala mengikuti irama. Pemuda 5 mengiringi.

BUYUANG

Kalau ada apa-apa, telepon uda Ismail.

PEMUDA 5

Apa, Da?

BUYUANG

Telepon Uda Ismail, Pakak!

PEMUDA 5

Jadi.

Buyuang berdiri dengan terhuyung. Ia berjoget perlahan-lahan dan terus mendekati Ruak-Ruak. Pemuda 5 meneguk bir dan terus menggoyang-goyangkan kepalanya.

Pemuda 5 mecari nama Ismail di kontak telepon genggam Buyuang. Lalu ia telepon Ismail.

CUT TO:

78. INT. RUMAH ISMAIL. KAMAR. NIGHT.

Ismail masih terduduk di dipan. Telepon genggamnya berdering. Ia segera mengangkat.

Terdengar bunyi musik berdentum-dentum di dalam telepon genggamnya itu. 

ISMAIL

Halo, Yuang. 

PEMUDA 5 (O.S)

(berteriak)

Da, Buyuang dikeroyok di kampung Balah. Lekas, da. Nanti dia mati.

Ismail membangunkan Karta. Karta terbangun. Mereka bergegas keluar kamar.

CUT TO:

79. EXT. RUMAH ISMAIL. TERAS. NIGHT.

Ismail membuka pintu rumah. Ia tergegas. Di meja teras tampak olehnya sebuah tongkat yang serupa dengan tongkat Gaek dalam mimpinya. Ia terhenti. Ia merasa seakan-akan mimpi tadi benar nyatanya. Karta mendorong tubuhnya.

Ismail mengambil tongkat itu dan bergegas pergi.

CUT TO:

80. EXT. LAPANGAN. NIGHT.

Buyuang memegang tangan biduan yang sedang berada dalam pelukan Ruak-Ruak. Ia kibas-kibaskan selembar uang lima puluh ribu ke biduan itu. Biduan pindah ke pelukan Buyuang. Biduan menggoyangnya dengan penuh gairah.

Ruak-Ruak merebut kembali biduan itu. Buyuang memeluk biduan erat-erat. Ruak-Ruak menarik tangan biduan. Buyuang memukul kepala Ruak-Ruak. Ruak-Ruak membalas.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar