Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Hepta-Hepti Merantau Sebelum Dilayarkan
Suka
Favorit
Bagikan
9. Hepta-Hepti | scene 81-90

81. INT. RUMAH GAEK TAGOK. TERAS. NIGHT.

Ismail mengetuk pintu rumah Rudi keras-keras.

ISMAIL

Rud... Rudi...

Tidak lama pintu dibukakan Rudi. 

RUDI

Ada apa?

ISMAIL

Pinjam becak.

RUDI

Untuk apa? 

ISMAIL

Buyuang dikeroyok.

CUT TO:

82. EXT. RUMAH GAEK TAGOK. HALAMAN. NIGHT.

Rudi mengeluarkan becaknya dari dalam ruko depot. Ismail menghidupkan becak itu. Karta menaiki becak. Rudi segera menutup pintu ruko dan melompat ke atas becak. Ismail memberikan tongkat ke Rudi. Rudi memandangnya, ia merasa kenal dengan tongkat itu. Motor becak digas Ismail. Mereka melaju dengan kencang.

CUT TO:

83. EXT. LAPANGAN. NIGHT.

Buyuang tengah dikeroyok oleh Ruak-Ruak dan teman-temanya. Ia terseungkur. Pukulan demi pukulan bersarang di wajahnya. Musik tetap berdentum. Biduan-biduan naik ke atas pentas. Pemuda 5 hanya menyaksikan Buyuang dikeroyok. 

Ismail, Karta, dan Rudi memasuki lapangan. Ismail melihat kerumunan orang-orang sedang menginjak-injak Buyuang. Ismail berlari sambil menerjang kerumunan itu. Karta ikut membantu, Rudi hanya menyaksikan pertengkaran itu sambil memegang tongkat.

Ismail berhasil menangkap pukulan seorang lelaki. Ia langsung mematahkan tangannya. Kerumunan orang-orang berhenti memukuli Buyuang. Mereka mengelilingi Ismail dan Karta yang tengah melindungi Buyuang yang sudah babak belur.

Beberapa orang menyerang Ismail dan Karta. Mereka berhasil melumpuhkan serangan-serangan itu. Beberapa orang lainnya menyerang. Karta terkena pukulan, Ismail mencoba melindungi. Mereka berhasil melumpuhkan serangan-serangan lawan tersebut.

Botol-botol bir dilemparkan ke arah Ismail, Karta, dan Buyuang. Botol-botol itu melayang disinari lampu-lampu diskotik yang terus berkedip mengikuti dentuman musik.

Rudi masih memperhatikan Ismail, Karta dan Buyuang dikeroyok. Tongkat ditangannya bergerak dan bergetar hebat. Rudi tak sangup menahannya. Tongkat itu melayang ke arah Ismail yang tengah melindungi dirinya dengan tangan.

Botol-botol bir itu sedikit lagi mengenai Ismail dan Karta. Tongkat melayang-layang seperti boomerang di atas kepala mereka, memecahkan botol-botol. Lalu hinggap di genggaman Ismail. Pecahan botol-botol jatuh ke tanah menghujan di kerumunan itu. 

Ismail memandangi tongkat dengan heran. Membalik-balikannya. Belum sempat ia habiskan rasa penasan, sebuah tendangan terbang melayang di muka Ismail. Ismail menangkap kaki tersebut. Ia balas seranga-serangan lainnya dengan tongkat. 

Ismail menghentakan tongkat itu ke tanah. Orang-orang yang mengelilingi mereka tiba-tiba saja terdorong satu hingga dua meter dari tongkat. Ruak-Ruak mencoba menyerang namun ia terpental. Musik berhenti berdentum.

Lampu pentas berwarna merah menyinari Ismail, Karta dan Buyuang. Sesekali lampu follow di sisi pentas bererak ke kiri dan kanan serta berputar-putar.

Karta memapah Buyuang untuk berdiri.

ISMAIL

Siapa tuan rumah di sini? Ha?

Orang-orang tidak menjawab namun saling berbisik sambil memegang bagian tubuh yang sakit.

Ismail menghentakan kembali tongkatnya. Orang-orang terlambung dan terduduk di tanah.

ISMAIL

Siapa?

Seseorang berbadan kekar menujuk tangan.

ISMAIL

Kalau kau tidak bisa mengamankan acara jangan bikin acara.

Ketua Pemuda tertunduk.

ISMAIL 

Tumbuang Barajuik. Hantu Belau. Kalian kira adik ku ini, Amak kalian yang memberi makannya? Enak saja main tangani.

Biduan-biduan mengambil jaket dan menutupi tubuhnya. Ismail menoleh ke arah biduan.

ISMAIL 

Kenapa kau tutupi? Malu?

Biduan tertunduk namun tetap menutup payudaranya yang menonjol.

Ismail mulai melangkah keluar dari kerumunan. Ia gariskan tongkat itu. Orang-orang seakan-akan terdorong membukakan jalan untuk Ismail, Karta dan Buyuang. Mereka terus berjalan hingga keluar.

Sesampai di ujung tenda acara tongkat melayang ke arah pentas seperti boomerang. Tongkat itu memecahkan lampu-lampu. Ia putuskan kabel-kabel. Percikan api dari kabel seperti kembang api. Lalu tongkat itu kembali ke genggaman Ismail.  

CUT TO:

84. INT/EXT. DEPOT ISI ULANG AIR MINUM. DAY.

Rudi duduk sendiri di bangku-bagku ruko. Tampak olehnya Tari hendak pergi dan lewat di depan ruko.

RUDI

Tari, ke sini dulu.

Tari menoleh.

TARI

Ada apa?

RUDI

Uda mau bicara.

Tari berjalan ke arah ruko.

TARI

Tari terburu-buru.

RUDI

Kenapa kau berikan tongkat ayah kepada Ismail.

TARI

Tongkat apa?

RUDI

Tongkat yang tersimpan di lemari minyak urut.

TARI

Uda jangan asal menuduh. Tari tidak pernah memberikan apa-apa.

Tari pergi meninggalkan Rudi.

CUT TO:

85. EXT. RUMAH ISMAIL. TERAS. DAY.

Di teras rumah Ismail, tampak Buyuang sedang diurut Ismail. Karta menyaksikan. Buyuang sesekali meringis kesakitan.

KARTA 

Aku tidak menyangka, kamu bisa menumbangkan lawan sebanyak itu.

BUYUANG

Mas sudah tahu kan, kalau uda saya ini pendekar.

Ismail menekan pergelangan tangan Buyuang yang sedang diurutnya. Buyuang meringis kesakitan.

KARTA 

Iya. Kalau aku tahu, Yung, mungkin aku akan belajar di kontrakan saja sama dia.

ISMAIL 

Alah... Aku juga tidak pernah mengira bisa begitu.

KARTA 

Mulai sekarang, aku panggil kamu guru.

(menirukan orang menyembah di kerajaan)

Sembah guruku. Benar begini, Yung?

BUYUANG

Tepat sekali, Da.

Tari datang dan menaiki teras rumah Ismail.

TARI

Kenapa uda, Buyuang, sudah bengkak semua wajahnya.

KARTA 

Digigit artis orgen.

Karta tertawa. Tari ikut tertawa. Buyuang meringis kesakitan.

TARI

Uda Mail, Benar tongkat Gaek bersama uda?

ISMAIL 

Iya.

TARI

Darimana uda dapat?

ISMAIL 

Entahlah, Tari. Semalam uda bermimpi bertarung dalam kain sarung dengan Gaek. Uda tersintak dan menemukan tongkat ini di meja ini.

(menunjuk meja)

TARI

Berarti sudah sampai pesan ke Uda itu.

ISMAIL 

Pesan apa?

TARI

Pesan yang disampaikan Gaek.

Ismail terdiam. 

BUYUANG

Tegakanlah sasaran lagi, Da. Biar saya umumkan dengan toa masjid.

ISMAIL 

Tidak... Tidak... Terlalu berat amanah itu untuk uda.

Tari memintas.

TARI

Eits, Uda Ismail. Jangan pernah ada geleng dalam angguk. Uda sendiri yang akan celaka.

Ismail terdiam.

CUT TO:

86. EXT. PERKAMPUNGAN ISMAIL. JALANAN. DAY.

Rudi dengan becak galonnya melintasi rumah Ismail. Ia berbelok ke halaman rumah Ismail.

CUT TO:

87. INT. RUMAH ISMAIL. TERAS. DAY.

Rudi menaiki teras rumah Ismail.

ISMAIL 

Terimakasih telah mengantar kami semalam.

RUDI

Saya yang seharusnya minta maaf karena hanya menonton saja.

ISMAIL 

Itu tidak apa-apa. Kebetulan kamu datang.

Ismail berhenti mengurut Ismail dan meluruskan duduknya.

ISMAIL 

Jadi begini. Tongkat Gaek ada padaku. Aku merasa tidak pantas menerimanya. Akan aku kembalikan kepadamu Rudi dan Tari.

RUDI

Iya, heran pula saya kemaren tongkat itu ada sama kamu. Mana dia?

Ismail berdiri dan berjalan ke dalam rumah.

CUT TO:

88. INT. RUMAH ISMAIL. KAMAR. DAY.

Ismail memasuki kamar. Tongkat Gaek berada di atas meja. Ia mengambil tongkat itu. Namun tongkat itu terasa sangat berat sekali. Ismail berusaha mengangkatnya. Tongkat itu tetap berat dan tidak berpindah sedikitpun.

CUT TO:

89. INT. RUMAH ISMAIL. TERAS. DAY.

Tari, Karta, Buyuang, dan Rudi sedang menunggu Ismail. Terdengar suara Ismail dari arah kamar.

ISMAIL (O.S)

(berusaha mengangkat)

Rudi... Tari...

Mereka bergegas menuju kamar Ismail.

CUT TO:

90. INT. RUMAH ISMAIL. KAMAR. DAY.

Ismail masih berusaha mengangkat tongkat. Tari, Rudi, Karta, dan Buyuang memasuki kamar.

ISMAIL

Berat sekali. 

Buyuang melepaskan tangannya. Keringat berkucuran dari keningnya. Ia mengambil nafas. Rudi mencoba mengangkat tongkat itu. Tetap berat. Ia berusaha. Mereka semua mencoba. Namun tongkat tidak bergerak sedikitpun.

TARI

Sudah tidak bisa lagi uda mengelak. Jelas warisnya adalah uda.

RUDI

Iya. Sebagai anak lelaki Gaek aku hina dihadapanmu.

ISMAIL

Janganlah kau bicara seperti itu.

Ismail mendekati Rudi yang menghadap keluar jendela.

ISMAIL

Tuhan menciptakan kita dengan fitrahnya masing-masing. Hanya saja kita tidak sadar.

Rudi memeluk Ismail. 

RUDI

Saya ikhlaskan.

Rudi melepas pelukan Ismail. Lalu ia pergi dengan kepala tertunduk.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar