Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dekapan Kelam
Suka
Favorit
Bagikan
4. ACT 1 SEQUENCE 2 LANJUTAN

EXT. KOTA - SIANG

Sebuah bis tua berjalan di jalan raya perkotaan dan berhenti di sebuah pemberhentian bis. Pintunya sudah reyot dan berdecit terbuka, memunculkan Balus yang duduk di tangga bis lalu turun.

Balus berdiri di sisi jalan, memandang suasana perkotaan yang sibuk. Orang lalu lalang, pertokoan, pedagang kaki lima, dan jalan raya yang ramai.

BALUS

Semoga hari ini beruntung.

Balus dari jalan cepat hingga kemudian berlari di trotoar.

BEGIN MONTAGE - VARIOUS LOCATION

  1. Lampu merah - Balus mengemis kepada para pengendara yang berhenti. Beberapa pengendara memberi uang recehan kecil ke tangan Balus.
  2. Super market - Di pintu keluar, Balus duduk dengan tangan menengadah.
  3. Restoran - Di tempat parkir, Balus berdiri mengemis kepada sesiapa saja yang masuk dan keluar dari restoran. Terlihat mobil satpol pp mendekat dari kejauhan, Balus langsung kabur.
  4. Pasar - Balus berjalan diantara para pedagang dan orang-orang. Memunguti sawi, tomat, kentang, wortel yang berjatuhan ke lantai, ia memilah yang masih agak bagus walau setengahnya agak rusak.
  5. Luar Pasar - Balus keluar dengan satu kantong keresek penuh sayuran. Ia melewati sebuah tiang listrik yang tertempel poster bergambar sketsa laras (hanya diperlihatkan setengah bagian gambarnya saja). Balus langsung mencabut robek poster itu, lalu berjalan sambil meremasnya, dan membuangnya dengan santai ke tempat sampah yang dilaluinya tanpa melihat.

END MONTAGE

EXT. TAMAN KOTA - SIANG

Taman itu cukup sepi karena langit mendung. Balus duduk di tanah menyandar di sebuah pohon, menghitung uang receh di samping kantong kresek sayurannya dan satu mie gelas yang terseduh.

BALUS

90, 92, 94, 96. Sembilan puluh enam ribu. Lumayan. Setidaknyanya aku tidak perlu mencuri dulu.

Balus memasukkan uangnya ke dalam tas selempang dan mengambil mie gelasnya. Ia menyeruput mienya dengan tenang dan nikmat.

beat

SFX: GEMURUH LANGIT.

Balus menatap langit dan hujan mulai turun, namun karena pohon yang ditempatinya rindang, ia aman dari hujan. Semua orang langsung berlarian mencari tempat berteduh, sedangkan Balus duduk tenang melihat orang-orang berlarian sambil menikmati mienya.

CUT TO:

INT. RUANG TAMU - TEMPAT JEMURAN - SIANG

Beberapa pakaian menggantung di tambang-tambang itu, bergoyang oleh angin dari jendela.

Kita melihat situasi dalam rumah dari luar melalui jendela. Tiba-tiba Laras muncul dari samping jendela seakan mengejutkan kita dengan ekspresi ketus dan jutek. Ia melihat langit yang mendung dan kemudian menutup jendela.

INT. KAMAR BALUS - SIANG

Adek sedang menggambar sesuatu di buku gambarnya yang kusam dengan pensil yang sudah sangat pendek di mejanya. Terlihat ia menggambar dirinya dan Balus sedang bermain jungkat-jungkit di taman bermain. Menggarisi lengkung wajahnya dan Balus agar tersenyum lebar. Adek menatapi gambar itu, ingin pergi ke sana.

ADEK

(tersenyum)

Kapan aku dan kakak bisa bermain di taman bermain seperti ini ya? (berbisik)

Hujan menetesi kaca dihadapan Adek, ringan menjadi lebat. Kilatan petir menyala mengejutkan Adek.

SFX: GEMURUH DARI KEJAUHAN MULAI TERDENGAR.

Adek takut. Berlari ke sudut kamar dan mengenakan helmnya. Duduk menunduk memeluk lututnya sambil bernyanyi, suaranya terdengar samar-samar.

ADEK

(bernyanyi)

Adek dan Kakak selalu bersama. Tak ada yang bisa memisahkan kita. Kakak slalu sayang Adek, Adek slalu nurut Kakak. Adek yang baik, tidak akan nakal. Adek yang baik, tidak akan menangis. Karena Kakak, selalu disini.

SFX: GEMURUH BERSUARA.

CUT TO:

INT. KAMAR LARAS - SIANG

SFX: HUJAN SEDANG

Laras masuk ke kamarnya sambil menari dan bernyanyi. Tariannya lambat, senada dengan nyanyiannya seperti lagu-lagu bergenre keroncong-bossanova tentang keobsesian perempuan terhadap diri sendiri. Ia menari dengan sangat menghayati lagu, tersenyum-senyum tipis.

beat

SFX: GEMURUH

Sampai ia mendekati dinding kamarnya yang tertempel beberapa poster. Menunjuk salah satu poster dengan gambar sketsa wajah dirinya.

LARAS

Sama sekali tidak mirip denganku (sedikit kecewaa).

Laras menunjuk poster lain yang bergambar wajahnya dari cctv.

LARAS (CONT'D)

Tapi yang ini. Aku kelihatan cantik sekali.

Ia tersanjung dan senyam-senyum memainkan rambutnya. Kembali menari dan menyanyi.

Kita melihat poster yang ditunjuk Laras bertuliskan DPO (Daftar Pencarian Orang). Tersangka kasus pembunuhan.

Lalu kita diperlihatkan 4 poster lainnya yang menempel dekat poster tadi, bergambar Laras dari cctv namun berbeda-beda tempat.

Dari keempat poster, salah satunya ada yang bergambar Laras yang mengenakan daster, tengah hamil 8 bulan berjalan di trotoar menggendong tas punggung dan menjinjing travel bag. Di belakangnya, Balus menggendong tas punggung dan membawa pialanya. Bertuliskan "Dicari. Tahun 2017".

MATCH CUT TO:

EXT. TROTOAR JALAN - SIANG - FLASHBACK

INSERT TEXT: 7 Tahun Lalu. Detik-Detik Adek Lahir.

Laras berkeringat lelah, ekspresinya seakan putus asa. Tiba-tiba ia berhenti dan menjatuhkan travel bagnya, mengerang perutnya kesakitan. Balus hanya terdiam heran melihat air ketuban mengucur dari kaki laras ke tanah.

INSERT:

Seorang Nenek (P/60) yang tengah menyiram tanaman di halaman rumahnya, melihat Laras di seberang jalan sedang kesakitan. Ia khawatir menaruh gembornya dan menghampiri Laras.

NENEK

Astaga. Ketubannya sudah pecah?! Ayo ke rumah saya. Saya mantan bidan.

Laras tidak berkata sedikitpun, bergelut dengan rasa sakitnya dipapah Nenek itu ke rumahnya. Balus mengambil travel bag dan mengikuti mereka.

INT. KAMAR NENEK - SIANG

Laras sedang melahirkan di kasur dengan dipandu sang bidan. Balus berdiri di pintu melihat Laras.

NENEK

Ayo sedikit lagi.

Laras berteriak dan akhirnya Adek lahir. Laras lega (tapi tidak tersenyum) melihat Nenek yang tersenyum menggendong Adek.

CUT TO:

INT. RUANG TAMU - SIANG

Laras duduk di sofa menyusui Adek yang masih bayi.

Di dekat pintu keluar, Balus meresletingkan travel bagnya. Ditaruh bersama tas-tas milik mereka yang sudah rapi (hendak pergi).

Nenek datang dari arah kamar yang lain, membawa kantong kresek cukup besar dengan isi baju bayi.

NENEK

Kalau kalian mau, kalian boleh menginap dulu disini beberapa hari?

Balus yang duduk agak menunduk memainkan kulit sisi kukunya dan menggigiti bibirnya, mengangkat kepala merasa bersalah, dan menatap Laras seakan memohon.

LARAS

(ramah, tapi seperti menutupi sesuatu)

Tidak usah bu. Kami tidak bisa berlama-lama di sini. Kami harus pergi.

NENEK

Baiklah kalau begitu. Ini, kebetulan saya mengumpulkan baju bekas cucu-cucu saya untuk didonasikan. Ini ambil, buat kamu saja.

LARAS

(tersenyum)

Terima kasih, bu.

NENEK

(prihatin)

Kamu harus bisa sabar, Laras. Mengurus satu anak sudah sangat berat, apalagi dua. Ditambah suamimu pergi begitu saja. Tunggu sebentar, saya siapin bekal buat perjalanan pulang kalian.

LARAS

(pura-pura ramah)

Ohh, iya bu.

Nenek itu pergi ke dapur melalui tirai yang dijadikan pintu dapur.

Wajah Laras berubah dari ramah menjadi jahat merencanakan sesuatu, ia melihat kamar nenek yang pintunya tidak tertutup rapat.

LARAS

(manipulatif, menekan)

Balus. Sekarang, cepat! (berbisik)

Balus ragu-ragu dengan suruhan Laras.

LARAS CONT'D

Cepet!!!

Balus tersentak dan segera berjalan ke kamar Nenek dengan ragu membuka pintu perlahan sambil waspada.

BEGIN MONTAGE

  1. Dapur - Nenek menaruh nasi di kertas nasi dan membungkusnya. Ia memasukkan ke dalam keresek, disusul 3 bungkus nasi dan lauk pauk dalam plastik yang diikat karet.
  2. Kamar Nenek - Balus sedang membuka amplop coklat, balus terkejut karena ternyata isinya banyak uang dengan jumlah besar.

END MONTAGE

INT. RUANG TAMU - CONTINOUS

Laras berjalan ke arah dapur sambil mengais Adek, ekspresinya manipulatif. Tiba-tiba saat ia sudah di depan tirai, Nenek keluar dari dapur membawa bungkusan makanan, membuat Laras tersentak kaget. Laras tersenyum palsu ke Nenek.

NENEK

Maafkan saya karena tidak bisa membantu terlalu banyak. Ini, bekal buat di jalan, cukup buat 2 atau 3 kali makan.

LARAS

(manipulatif)

Ohhh, iya (gerak-gerik laras mencurigakan).

beat

Nenek sedikit curiga melihat senyum laras yang tampak palsu dan mencurigakan. Nenek menoleh sana-sini.

NENEK

Balus pergi kemana?

LARAS

(berbohong)

D-dia ke toilet.
Bu, boleh antar saya ke halaman belakang sebentar? Saya penasaran dengan kebun ibu. (mencoba mengalihkan)

beat

NENEK

(menyadari dan semakin curiga)

Toilet? Toilet mana?
Cuma ada 1 toilet di rumah ini, di dekat dapur.

LARAS

Bukannya ada dua? Satu lagi di kamar i-bu? (keceplosan)

NENEK

(syok)

Bagaimana kamu tahu?

Laras menyadari dia salah ngomong.

Nenek melihat ke kamarnya yang sedikit terbuka, laci meja riasnyanya terbuka, Nenek terkejut penasaran dan segera masuk ke kamar.

INT. KAMAR NENEK - CONTINOUS

Nenek memeriksa laci, dan amplop uangnya sudah terbuka dan mengeluarkan beberapa lembar uang berantakan. Nenek mengambilnya seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi.

Nenek kemudian menoleh ke arah laras di luar kamar, dan melihat Balus yang berdiri dibelakang pintu, menatap Nenek dengan rasa bersalah dan ketakutan.

NENEK

(tidak percaya dengan apa yang terjadi)

Apa yang kamu lakukan disini?

Nenek menghampiri Balus dengan amarah.

NENEK

(resah)

Mana? Kembalikan uang saya. (merogoh-rogoh saku Balus)

Nenek mendapatkan uangnya di saku balus, melihatnya masih tidak percaya. Balus berlari keluar kamar, berdiri tertunduk di belakang Laras.

INT. RUANG TAMU - CONTINOUS

Nenek keluar kamar membawa ponselnya.

NENEK

(gemetar)

Apa maksudnya barusan? Saya akan telpon polisi (sibuk membuka ponsel sambil bergemetar). Kalian tidak tahu diri.

Laras segera menghampiri dan merebut ponsel Nenek.

Nenek syok ponselnya direbut. Nenek kemudian berjalan ke pintu keluar ketakutan, dan saat di pintu keluar Nenek berteriak.

NENEK

TOLO...!

Laras lebih dulu mendekap mulut nenek dari belakang dan menariknya masuk ke dalam. Nenek meronta-ronta berusaha lepas dari tangan Laras.

Balus hanya berdiri diam melihatnya, tidak bisa berbuat apa-apa.

Nenek menggigit tangan Laras hingga berteriak kesakitan. Laras dengan reflek kesakitan, menarik dorong Nenek itu.

LARAS

(kesakitan dan kesal)

Aww (melihat tangannya yang digigit)

Laras melihat Nenek itu sudah terkapar di dekat kursi kayu, memegangi kepalanya yang mengucurkan darah, merintih kesakitan.

Balus syok melihatnya, ia semakin ketakutan.

LARAS

(menyadari masalah besar)

Anjing!

Balus berniat mendekati Nenek, tapi disela Laras.

LARAS

Ayo kita pergi, cepat! (mengambil tas punggung dan sekresek baju)

Balus masih syok kebingungan. Laras sudah di luar pintu.

LARAS

CEPATT!!!

Dengan terpaksa dan tak tega, Balus meninggalkan Nenek itu dan membawa tas gendong dan travel bagnya.

Nenek itu semakin lemas dan lemas, hingga akhirnya meninggal.

INSERT:

Kita diperlihatkan CCTV yang menempel di dinding menghadap ruang tamu, lampu cctv itu kelap-kelip.

CUT TO:

BEGIN MONTAGE

  1. Sisi jalan, disisi hutan, siang - Laras berjalan cepat grasa-grusu penuh rasa takut, Adek dipangkuannya. Menjinjing sekresek baju dan menggendong tas punggung. Disusul Balus yang juga resah dan kepayahan karena membawa tas gendong dan travel bag yang lumayan berat. Tatapan ia ke laras menunjukkan bahwa ia semakin takut dengan Laras. Laras tiba-tiba masuk ke dalam hutan diikut Balus.
  2. Hutan, malam - Adek tidur disusui Laras yang bersandar di pohon, menatap kosong langit. Balus duduk memeluk kedua kakinya menyandar di pohon lainnya, melihat Laras dengan penuh ketakutan, sedih, dan bingung. Ia memeluk kedua kakinya dan menundukkan kepalanya. (mereka menggunakan pakaian sebagai selimut)
  3. Hutan, siang - Laras dan Balus berjalan membawa barang bawaannya. Laras melihat sesuatu dan berjalan cepat menghampirinya. Balus lelah, bernapas mengeluh.
  4. Jalan setapak - Laras menemukan jalan sebesar mobil dari bebatuan yang sudah tidak layak dilalui kendaraan. Laras mulai mengikuti jalan itu yang mengarah ke atas bukit (berharap ada tempat berteduh). Balus yang lelah tetap mengikuti Laras.
  5. Depan Rumah Balus - Laras tiba dan berhenti, melihat rumah itu. Balus tiba, berdiri disamping belakang Laras, melihat rumah itu dengan keraguan.

END MONTAGE

BACK TO:

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)