Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dekapan Kelam
Suka
Favorit
Bagikan
7. ACT 2 SQUENCE 3 LANJUTAN

ESTABLISH suasana pagi di hutan. Sebuah pohon dekat jendela kamar Balus bergoyang oleh angin, dan sehelai daun jatuh namun melayang-layang hingga menempel di jendela Balus.

EXT/INT. KAMAR BALUS - SIANG

Balus bangun dari tidurnya, melihat Adek masih tidur di tumpukan baju di sudut kamar. Balus menatap kesal Adek yang tidur menghadap dinding, meringkuk.

Balus berdiri masih menatap Adek.

BALUS

(kesal lelah)

Jaga diri kamu baik-baik. (berbisik)

Balus keluar kamar dan menutup pintu perlahan.

Adek membuka matanya sesaat mendengar pintu ditutup. Ekspresinya seakan ada rencana yang akan dilakukan.

EXT. DEPAN RUMAH BALUS - SIANG

Balus keluar rumah dan berjalan agak cepat menuju jalan setapak, sambil menangis mengusap-usap matanya. Perasaannya marah, kesal, sedih, dan kasihan pada dirinya sendiri.

INSERT:

Jendela Kamar Balus - Memperlihatkan Adek yang berdiri menatap datar kepergian Balus. Lalu melihat ke mejanya dan mengangkat gambar taman bermain itu sehingga diterangi cahaya yang menembus kertas.

ADEK

(percaya diri, datar)

Aku tidak butuh Kakak. Aku bisa pergi sendiri.

CUT TO:

INT/EXT. GUBUK TENGAH HUTAN - SIANG

Balus membuka lantai. Mengambil travel bagnya, dan membawanya.

Balus keluar gubuk dengan langkah kesal.

BALUS

Seharusnya aku pergi lebih cepat. Tidak usah takut lagi. Tidak usah mempedulikan mereka lagi.

Berjalan pergi menggendong tas yang lumayan berat.

CUT TO:

INT/EXT. RUMAH BALUS - PINTU RUMAH - SIANG

Adek turun tangga dengan waspada dan hati-hati. Mengintip ruang keluarga, dan melihat kaki Laras menggantung di ujung sofa, Laras terbaring di sofa.

Adek mencoba membuka pintu rumah yang agak keras dan berdecit perlahan tapi pasti hingga akhirnya terbuka. Ia keluar dengan hati-hati dan menutup pintu perlahan.

Di luar, ia menginjak tanah yang penuh dedaunan kering dan merasakannya untuk pertama kali, ia merasakan kesenangan yang belum pernah ia rasakan. Ia berlari menuju jalan setapak dan pergi.

INSERT: Zoom perlahan ke pintu rumah, memperlihatkan pintu rumah tidak tertutup rapat.

END MONTAGE

CUT TO:

INT. RUANG KERJA PAK DANA - SIANG

Pak Dana dan Balus sedang menikmati nasi kuning dalam kertas nasi. Posisinya seperti biasa. Di samping Balus ada tas besarnya.

PAK DANA

(bangga)

Gimana, enakkan nasi kuningnya?

BALUS

(ramah menutupi sedihnya)

Enak, enak pak. (mengangguk-ngangguk semangat makan)

Balus hanya fokus pada makanannya.

PAK DANA

Istri saya sekarang mau mulai jualan nasi kuning di depan rumah. Mungkin sekarang kita akan lebih sering sarapan nasi kuning. (terkekeh)

Balus merasa berat mendengarnya, sambil mengunyah nasinya.

PAK DANA

Oh iya Balus, kenapa kamu kembalikan buku-buku yang sudah saya berikan sejak 3 tahun lalu? Itu buat kamu.

BALUS

Lebih baik bukunya disimpan disini saja pak. Lagipula saya sudah membaca semuanya. (kembali fokus makan)

beat

Pak Dana melirik Balus yang tampak lebih pucat dan mengkhawatirkan.

PAK DANA

(khawatir)

Balus, kemarin kau kemana? Saya kecapean tidak ada kau. Kau sakit lagi?

BALUS

(fokus makan)

(mengangguk) Kemarin saya sakit, hanya demam biasa.

Pak Dana melihat bagian sekitar mata kaki sebelah kiri Balus yang lebam.

Kemudian Pak Dana teringat dengan kejadian saat Balus terjatuh.

INSERT:

FLASHBACK - Saat Pak Dana melihat pinggang Balus yang memar-memar.

BACK TO:

Pak Dana menatap bagian pinggang sebelah kirinya Balus, khawatir.

PAK DANA

Balus, apa ada seseorang yang...?

BALUS

Oh iya, pak. Hari ini saya mau pamit.

PAK DANA

Pamit? (terkejut curiga)

INT. RUANG KELUARGA - SIANG

Laras yang masih tertidur di sofa, mulai terganggu oleh udara yang semakin dingin dan angin membelai rambutnya. Ia mulai terbangun membuka matanya dan melotot melihat tikus sedang mengambil gorengan di mejanya.

Laras sontak membuka selimutnya dan tikus itu berlari kabur ke arah pintu rumah, Laras mengejarnya.

LARAS

(jengkel)

Sini kau! Sini! Aku bunuh kau!

INT. PINTU RUMAH DEPAN - SIANG

Laras melihat tikus itu kabur melalui pintu rumah yang terbuka agak lebar. Laras berhenti di pintu yang sudah terbuka, melihat area luar kesana-kemari mencari tikus itu.

LARAS

(jengkel menggerutu)

Tikus sialan. Awas kau kalau ketangkap.

Laras mulai tersadar, mundur beberapa langkah dari pintu.

LARAS

(janggal, jengkel)

Kenapa pintunya terbuka?
Si Balus ga becus. Ganggu aja! (menutup pintu dan menguncinya)

Laras mendekati tangga.

LARAS

ADEKK!!

Menggaruk-garuk kepala dan menguap.

beat

LARAS

(semakin kesal)

ADEEKK!!

beat

Wajah Laras mengangkat melihat ke atas seakan mencurigai sesuatu. Ia melangkah cepat menaiki tangga.

INT. KAMAR BALUS - SIANG

Laras membuka pintu hingga menggebrak. Mendapati kamar sepi tanpa Adek.

LARAS

Sialan! Anak-anak itu! (curiga)

Laras berbalik pergi.

EXT. JALAN SETAPAK HUTAN - SIANG

Adek berhenti, ngos-ngosan melihat sekitar dan ke arah bawah bukit yang masih jauh dipenuhi pepohonan.

ADEK

(lelah)

Ahh, cape. Masih jauhkah? Dimana taman bermain itu? Semuanya hanya pepohonan.

Adek memegang perutnya.

ADEK

Lapar (merengek).

Ia melihat sebuah pohon apel di depan sebelah kanannya.

Saat Adek mendekati pohon, ia melihat ada banyak buah apel yang tumbuh di atas pohon.

ADEK

(terkesima)

Ini kan pohon apel. Sama seperti yang ada di buku (melihat apel berserakan di tanah).

Adek ambil sebiji apel merah di tanah. Ia membersihkan dengan tangannya dan menggigitnya. Ia begitu takjub merasakan apel itu.

ADEK

(bahagia)

Emmmm, manis sekalii.

Ia memunguti beberapa apel, mengangkutnya dengan baju bagian depan.

CUT TO:

EXT. JALAN RAYA - SIANG

Balus duduk di bagian belakang mobil bak terbuka yang melaju mengangkut sayuran hasil panen. Duduk disamping tasnya, tatapannya terasa kosong melihat ke belakang.

beat

Ia berbalik menghadap ke depan. Memperhatikan jalan dan langit dengan perasaan bimbang berusaha senyum walau berat. Matanya berharap.

CUT TO:

EXT. JALAN SETAPAK HUTAN - SIANG

Jalur tanah miring.

Laras menuruni bukit berekspresi marah. Menengok kanan kiri mengawasi dan mencari keberadaan Adek, sambil membawa tongkat kecil yang biasa dipakai untuk memukul.

LARAS

(geram)

ADEK!!! ADEK!!!
Kemana bocah sialan itu pergi? Bakal kubunuh kalau menemukannya.

beat

CUT TO:

EXT. KOTA - BEGIN MONTAGE

  1. Pasar - Balus berdesak-desakan ditengah kerumunan. Di jajaran pedagang buah-buahan, ia mencuri sebiji apel dengan tenang, lalu memakannya sambil berjalan desak-desakkan.
  2. Luar pasar - Balus berdiri mengawasi sekitar, mengeluarkan dompet wanita yang bagus dari dalam bajunya. Ia membuka dan melihat banyak uang besar di sana. Ia mengambil tiga lembar uang 50 ribuan, menyisakan banyak. Kemudian ia memberikan dompet itu kepada satpam di pos satpam. Dan berjalan pergi dengan satpam yang kebingungan dengan Balus.

END MONTAGE

EXT. PERBATASAN HUTAN DAN PERKAMPUNGAN - SIANG

Adek keluar hutan, terhenti dengan tersenyum dan mata membuka lebar, memegangi dan mengais baju depannya yang masih mengangkut beberapa apel.

ADEK

(terkesima)

Woahh.

INSERT:

Adek melihat beberapa mobil lalu lalang. Seseorang yang keluar dari pertokoan membawa barang belanjaan. Orang-orang yang sedang nongkrong depan rumahnya atau sekedar berjalan di trotoar.

Adek sedikit tertawa senang. Melangkah maju dan berlari menengok sana-sini kegirangan memasuki kota kecil itu sambil menengok sana-sini.

beat

beat

Frame ke arah hutan.

beat

Laras keluar dari hutan dengan ekspresi penuh dendam, berhenti dan menengok kanan kirinya sambil bernapas marah dan ngos-ngosan. Ia melangkah maju terus mencari-cari.

CUT TO:

INT. STASIUN KERETA (KEBERANGKATAN) SIANG

Balus berdiri di resepsionis kereta.

BALUS

Berapa mba?

RESEPSIONIS

Delapan puluh ribu.

Balus memberikan uang seratus ribu dan mendapatkan kembalian.

Balus duduk di kursi tunggu, tasnya disamping. Ia memperhatikan tiket.

INSERT:

Arah tujuan ke Jakarta, pada jam 14.00.

Balus melihat jam di tiang. Menunjukkan pukul 13.00. Ia kemudian melamun menatap kakinya. Lelah, bimbang, agak marah.

CUT TO:

EXT. TAMAN BERMAIN - SIANG

Taman bermain berada tepat di samping sekolah TK, berada di sisi jalan dan dibatasi pagar besi setinggi 1 meter.

Adek datang melihat taman bermain itu dari seberang jalan dengan takjub, berdiri diam sesaat melihat anak-anak TK bermain di sana. Ia masih membawa apel dengan bajunya. Tampak kesenjangan diantara Adek dan Mereka.

ADEK

(senang)

Taman bermain?!

INSERT: Seorang pengendara motor melaju cukup kencang dari sisi kanan.

Adek tiba-tiba berlari menyebrang. Klakson motor berbunyi, adek berhenti menatap motor. Dan tiba-tiba ia ditarik seseorang dari belakang hingga terjatuh dan apelnya berserakan. Tabrakan terhindarkan.

Adek terduduk di jalan melihat motor itu pergi. Ia menengok orang yang menariknya dan betapa terkejut dan takutnya ia ketika menyadari bahwa orang itu adalah Laras. Laras berekspresi melotot marah dan menggenggam kuat tongkat kayunya.

ADEK

(ketakutan)

Ibu? (lirih)

Laras menarik kasar lengan baju Adek.

CUT TO:

INT. STASIUN KERETA (KEBERANGKATAN) - SIANG

Balus berjalan melamun di samping kereta yang berhenti. Sesaat sebelum menaiki kereta, sejenak ia berhenti di depan pintu kereta yang terbuka dengan bimbang. Dari sisi kanan dan kiri, orang-orang silih melewatinya masuk ke dalam kereta.

Kemudian datang seorang petugas kereta.

PETUGAS

Ayo masuk, masuk. Keretanya akan segera berangkat.

Balus agak terkejut, dan lalu masuk kereta.

Balus duduk di salah satu kursi kosong dekat jendela, menatap agak gundah keluar jendela. Air mata Balus berlinang melihat keluar jendela, perasaannya campur aduk.

DISSOLVE TO:

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)