Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dekapan Kelam
Suka
Favorit
Bagikan
12. ACT 3 SEQUENCE 7

INT. RUMAH BALUS - DAY - MONTAGE

  1. Laras menutup pintu Gudang, memegang palu.
  2. Laras memeriksa kamar kurung, melihat ke arah jendela sudah mulai hujan dan bergemuruh.
  3. Laras memeriksa toilet lantai 2.
  4. Laras memeriksa ruang keluarga lantai 2, ia kesal.

END MONTAGE

CUT TO:

INT. DAPUR - DAY

Di dalam lemari makanan, Adek masih duduk dalam posisi yang sama, menunduk cemas.

ADEK

(bernyanyi berbisik, tegang, ketakutan)

Tidak akan ada yang bisa, memisahkan kitaa (bernyanyi berbisik).

SFX: Suara ledakan gemuruh

Adek tersentak dengan gemuruh itu.

ADEK CONTINOUS

Kakak slalu sayang Adek, Adek slalu nurut Kakak. Adek yang baik, tidak akan nakal. Adek yang baik, tidak akan menangis.

beat

Pintu lemari berdecit dibuka Laras.

LARAS

Disini kau rupanya.

Laras mencengkram baju bagian pundak Adek. Adek sangat ketakutan, menggeleng-geleng seakan memohon.

INT. TOILET - DAY

Balus berusaha berdiri. Mengambil bajunya yang tergantung di gantungan, dan menggulung lengan kanannya dengan baju itu. Bersiap dengan posisi akan mendorong dengan lengan yang dibalut baju. Mengepal tangannya bersiap-siap walau tegang.

SFX: SESUATU PENAHAN PINTU DIBUKA

beat

Balus bersiap-siap. Namun, pintu belum dibuka juga, tidak ada suara lagi. Balus merasa aneh.

ADEK (O.S.)

Kakak (memanggil)

BALUS

(ragu)

Adek? (berbisik)

Perlahan Balus membuka pintu sambil waspada. Setelah pintu terbuka, tidak ada siapapun.

INT. LORONG DEPAN TOILET - DAY

Balus berjalan maju, menoleh ke kiri merasa ada yang aneh. Saat menoleh dan menghadap ke kanan (area dapur), ia melihat Adek berdiri (berjarak 5 langkah) menghadapnya. Tangan-tangan Adek di setiap sisinya, ekspresinya ketakutan, akan menangis.

Laras tiba-tiba datang dari depan pintu belakang rumah (samping toilet) dan berdiri di belakang Balus tanpa disadari Balus, tangannya menggenggam palu.

Balus merasakan sesuatu berbahaya. Laras langsung memiting leher Balus dengan lengannya, belum terlalu kuat.

LARAS

(geram)

Kau siap mati hah?!

Balus meronta-ronta, berusaha bernapas. Laras masih bertahan.

LARAS CONTINOUS

Sudah kuperingatkan kalian berkali-kali. Tapi kalian malah pilih jalan yang salah. Kalian mau meninggalkan ibu yang merawat kalian, hah?!.

Adek serasa tak bisa bergerak, ekspresinya hanya pasrah dan menangis.

BALUS

(kesulitan berkata dan napas)

Kau bukan ibu kami lagi, tidak akan pernah lagi. Kau monster yang bakal kami benci seumur hidup.

Balus menyepak tulang kering Laras dengan tumitnya.

Laras pun kesakitan.

Balus berhasil terlepas pitingan Laras. Ia lari menuju Adek dan menariknya ke ruang jemuran, sambil melepas gulungan baju di lengannya.

LARAS (O.S.)

(marah)

BOCAH SIALAN!!!

INT. LANTAI 1 - PINTU KELUAR - DAY

Balus dan Adek berlari ke pintu depan. Balus melihat sana-sini mencari sesuatu, dan menyadari keberadaan batu di meja dekat pintu. Balus pun memukul-mukul kunci overvall itu dengan batu, berharap terbuka.

Laras semakin mendekat dengan langkah cepat dan agak kesakitan dari ruang tamu, Balus menoleh menyadari. Ia pun berbicara kepada Adek.

BALUS

(serius, buru-buru)

Tutup telinga dan sembunyi di sana. Cepat! (menunjuk ruang keluarga)

Adek mengangguk dan pergi ke ruang keluarga sambil menutup kedua telinganya.

Balus semakin resah dan memukul-mukul kunci itu hingga bengkok dan sedikit lagi lepas bautnya.

LARAS

Kalian enggak akan bisa keluar dari sini (Laras datang berjalan agak pincang dan menggenggam erat palu)

Laras berlari, mendorong Balus menuju ruang keluarga, mereka terjatuh.

INT. RUANG KELUARGA - LANTAI 1 - CONTINOUS

Laras dan Balus terjatuh. Laras berusaha memukul kepala Balus, namun ditahan Balus. Balus melemparkan tangan Laras, sehingga palunya terlempar ke arah pintu keluar. Mereka bergelut, Balus menahan dan Laras menyerang.

INSERT: Di sudut ruangan, Adek jongkok menutup telinga dan matanya (di diding yang menempel ke tangga).

SFX: Suara Balus dan Laras terdengar samar olehnya. Berefek lambat.

ADEK

(gelisah ketakutan, slow motion)

Kakak slalu sayang Adek, Adek slalu nurut Kakak. Adek yang baik, tidak akan nakal. Adek yang baik, tidak akan menangis. Adek yang baik, tidak akan takut (seketika Adek tersadar).

Balus terdorong hingga perapian, Laras berusaha mencekik Balus. Balus meraih debu pembakaran, dan melemparnya ke mata Laras hingga berdiri mundur menggosok-gosok matanya kepedihan.

LARAS

Aaahhhh. Bocah sialaan.

Balus melihat Adek di sudut. Lantas Balus berjalan menyamping ke jalan menuju pintu depan.

Laras sudah bisa melihat walau dengan satu mata, dan ia melihat Adek ada di sudut.

Balus takut Laras mengejar Adek. Saat Laras hendak ke arah Adek, Balus segera menahan badan Laras (memeluknya seperti pemain football) dan menariknya mundur ke dekat perbatasan area ruang keluarga dan pintu depan.

Laras melutut perut Balus hingga jatuh. Menendang paha Balus, hingga balus tergeletak dekat pintu. Laras menendangi Balus berkali-kali, Balus bertahan merintih kesakitan.

LARAS

Bocah tengik. Sudah saatnya kau mati sekarang. Aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi. Kau akan benar-benar kubunuh.

P.O.V. ADEK: Adek membuka matanya, melihat Laras menendangi Balus yang dalam posisi bertahan seperti dalam gerakan lambat. Adek menurunkan tangan dari telinganya, sehingga suara rintihan Balus semakin terdengar. Ia menatap tajam Laras dengan berani.

P.O.V. LARAS: Laras menendang perut Balus terakhir kalinya hingga kesakitan. Balus merintih kesakitan, batuk-batuk berdarah.

LARAS

Itulah rasanya ketika kau akan mati. Kau anak sialan. Pembawa petaka. Anak haram. Karenamu hidupku jadi begini. Kalau saja kau tidak pernah ada di perutku, aku tidak akan menderita seperti ini.

Laras merasakan sesuatu yang aneh di kaki bagian belakangnya, ia melihat ke bawah kakinya dan tampak air (bensin) mengalir dari baju belakangnya. Ia menoleh sudut dan tidak melihat Adek di sana. Ia terkejut dan segera berbalik.

Adek menyalakan korek api walau agak takut, mengancam. Di sampingnya ada kompan bensin yang terbuka.

ADEK

Ibu tidak penyayang seperti dicerita-cerita buku yang kubaca. Ibu malah seperti penjahatnya.

Laras agak takut dengan Adek yang memegang korek api. Balus yang masih kesakitan di lantai memegangi perutnya, menghadap Adek.

BALUS

(lirih, merintih)

Jangan, Adek (batuk-batuk). Jangan.

ADEK CONTINUOUS

Aku tidak membutuhkan ibu lagi. Aku akan mencari ibu yang lain.

LARAS

(agak takut, gelagapan)

Tunggu. Sebentar. Baiklah. Ibu, ibu janji, tidak akan melukai kalian lagi. Matikan apinya. Ya. Matikan.

Jeda

ADEK

Tidak (menggeleng). Aku tidak butuh janji itu.

Adek melempar korek api yang menyala hingga mengenai kaki Laras yang hendak menghindar. Kaki belakang laras hingga baju di punggugnnya terbakar, ia panik berusaha memadamkan apinya berlari ke arah toilet melewati lorong tengah.

Di toilet Laras menceburkan diri ke dalam bak mandi yang penuh air.

Adek membantu Balus berdiri kepayahan.

Adek mengambilkan palu yang tergeletak di lantai, lalu Balus menghantamkan palu itu ke kunci 2 kali hingga akhirnya terbuka.

EXT. DEPAN RUMAH BALUS - CONTINUOUS

BEGIN MONTAGE:

  1. Suasana hujan sedang dengan gemuruh cukup sering. Balus dipapah Adek keluar rumah. Balus segera menutup pintu besi, melingkarkan rantai dan menyelipkannya ke batang kunci slot pagar.
  2. Balus dan Adek berjalan tanpa alas kaki dengan resah di tanah yang sudah becek. Balus memegangi perutnya dan dipapah Adek.

END MONTAGE

INT. TOILET - CONTINOUS

Laras berada dalam bak air mengerang kesakitan. Ia mengangkat kakinya dan melihat kakinya melepuh, celananya melelehi dan melukai betis hingga pahanya. Laras menoleh ke arah pintu, dan melihat pintu sedikit terbuka.

LARAS

(berteriak)

ANAK-ANAK SIALAAANNN!!! (jeda) AKAN KUBUNUH KALIAAANNN!!! AAARRGGGHHHH

EXT. JALAN SETAPAK HUTAN - DAY

Balus dan Adek masih dalam ketakutan, berjalan terburu-buru menuruni bukit yang agak landai. Balus masih dipapah Adek dan memegangi perutnya yang kesakitan, jalan dengan kakinya agak diseret.

Mereka sesekali menoleh ke belakang memastikan Laras tidak mengejar.

INTERCUT TO:

EXT. DEPAN RUMAH BALUS - CONTINOUS

Laras keluar dari rumah dengan membawa palu menuju jalan setapak dengan secepat yang dia bisa. Ekspresinya sangat marah, benci, dan kesakitan. Langkahnya pincang karena luka bakarnya.

EXT/INT. TENGAH HUTAN - GUBUK - CONTINOUS

Balus dan Adek menghampiri gubuk rahasia Balus dan memasukinya.

Mereka kelelahan juga kedinginan. Balus duduk tersungkur di lantai.

BALUS

Nyalakan lampunya (menunjuk lampu teplok di samping pintu beserta korek api di sampingnya)

Adek segera menyalakan korek dan lampunya. Sedangkan Balus merangkak menuju bagian belakang dan membuka lantai yang menjadi penutup lubang.

Adek membawa lampu menghampiri Balus.

Balus mengangkat travel bag dari dalam lubang, dan menaruhnya susah payah di lantai. Adek hanya memandang tak berkata.

Balus cepat-cepat mengeluarkan ketapel, golok, tali rapia, lakban, botol air minum, batu karbit dalam plastik dengan cara agak dilempar.

INSERT:

Bungkusan batu karbit membetur dinding Gubuk dan beberapa bongkah batu keluar plastik. Atap dekat dinding itu telah bocor dan menggenangi lantai. Batu karbit yang keluar dari plastik, sedikit lagi terkena genangan air.

EXT. JALAN SETAPAK HUTAN - CONTINOUS

Hujan cukup deras. Laras berjalan dengan ekspresi kesakitan dan marah mencari-cari.

beat

Ia menemukan jejak kaki yang menyeret dan normal, berbelok ke kanan dari jalur setapak yang tanahnya setengah lumpur. Ia memperhatikan jejak kaki yang agak besar (Balus) dan agak sedang (Adek).

beat

Ia pun melangkah ke arah sana dengan tatapan memburu.

INT/EXT. TENGAH HUTAN - GUBUK - CONTINOUS

Hujan sedang disertai gemuruh yang agak pelan masih berlangsung.

Balus menyelempangkan travel bag yang sudah agak kosong ke pundaknya.

LARAS (O.S.)

BALUUUSSS!!! ADEEEKK!!! (suara teriakan dari kejauhan masih terdengar pelan)

Balus dan Adek terkejut takut, saling menatap. Balus berpikir sambil meremas ujung lengan jaketnya.

beat

INSERT:

Batu karbit terkena genangan air, mengepulkan asap dan bunyi.

INTERCUT TO:

Laras berjarak sekitar 13 meter dari depan gubuk. Laras melihat cahaya lampu di rongga-rongga gubuk, ia semakin yakin dan perlahan mendekat. Semakin erat menggenggam palunya.

LARAS

(mengancam, marah, membentak)

KELUAR KALIAN! GUE TAHU KALIAN MASIH ADA DISINI! KALIAN ENGGAK BISA KEMANA-MANA LAGI! KELUAR!

Pintu gubuk bergerak. Laras berhenti sekitar 7 meter dari gubuk.

Pintu terbuka perlahan, menampakkan Balus yang keluar sendirian menggendong tas punggung. Ia menutup kembali pintunya.

LARAS CONTINOUS

MANA bocah itu?!

Balus tidak menjawab.

LARAS CONTINOUS

JAWAB!!!

Balus masih tidak menjawab.

LARAS

(menyepelekan)

Kau kira di luar sana bakalan ada yang peduli pada kalian? Tidak. Mereka bahkan enggak tahu kalian hidup atau mati. Mereka enggak peduli. Kalau pun ada yang baik, tujuannya satu, dia cuma memanfaatkannya. Orang-orang hanya memikirkan dirinya sendiri. Karena itu lah manusia, makhluk paling jahat. Dunia luar lebih jahat dari yang kau kira.
Dan sekarang, kesempatan buat kalian hidup, tidak ada lagi! Enggak ada yang bakal menolong kalian. Ini yang kalian mau? (menantang)

Balus turun ke tanah perlahan.

LARAS

(mengancam)

Kalian bakal berakhir di sini.

Tiba-tiba Laras berlari ke arah Balus dengan kaki pincangnya. Balus berlari ke arah kiri sambil menahan sakit perutnya, namun Laras tidak menargetnya dan malah berlari ke dalam Gubuk. Balus melihatnya khawatir dan terkejut.

BALUS

JANGAANNN!! (berteriak)

Laras masuk ke dalam gubuk. Di dalam gubuk sudah pengap berasap.

LARAS

SINI KAU BOCAH! (matanya menyipit melihat ruangan itu sepi)

Laras batuk-batuk dan menutupi hidungnya dengan lengannya. Ia hanya melihat alat-alat yang tergeletak di dekat dinding.

Pintu ditutup Balus. Laras berusaha membukanya dengan mendorong-dorongnya namun tidak bisa.

LARAS

(panik)

BUKA PINTUNYAA!!! (batuk-batuk dan memukul-mukul pintu dengan palu)

SFX: Pintu dipukul-pukul palu

Di bagian belakang gubuk, Adek merayap keluar dari kolong gubuk dan menarik travel bag dari kolong.

Di depan gubuk, Balus menahan pintu. Ia melihat Adek muncul dari samping gubuk.

ADEK

Kak (memanggil)

BALUS

LARII!!! (menahan pintu)

Adek diam bingung sesaat.

BALUS

CEPATTT!!!

Adek pun segera berlari menjauh. Sedangkan Balus masih berjibaku menahan pintu.

LARAS

(tersendat-sendat, batuk-batuk)

BU-KA (batuk-batuk). CE-PAT.

beat

Setelah melihat Adek agak jauh, Balus bersiap. Ia kemudian berlari ke arah Adek, namun setelah kurang lebih 10 meter dari gubuk Balus tersungkur karena langkahnya lemas sambil memegangi perutnya.

Adek yang menunggu di kejauhan, melihat Balus jatuh.

ADEK

KAKAKK!!!

Laras keluar dari gubuk dengan kondisi batuk-batuk, kliyengan, dan berdiri di beranda gubuk. Gerak-geriknya seperti mabuk berat dan matanya perih.

INSERT:

Dalam Gubuk - Sorot api lampu teplok yang masih menyala.

Balus melihat ke arah Laras, mereka bertatapan sesaat.

SFX: BOOM.

Tiba-tiba Gubuk meledak dari dalam, menghembuskan api, hingga Laras terlempar ke tanah. Gubuk hancur, mengobarkan api.

Balus dan Adek tertegun syok akan apa yang terjadi.

beat

Balus melihat ke arah Laras yang tergeletak telentang di tanah, sekitar 7 meter darinya.

BALUS

(khawatir, takut, ragu)

IBUU?!

Gubuk masih berkobar. Balus perlahan mulai merangkak mendekati Laras.

INSERT: Adek berlari mendekati Balus.

Balus berusaha duduk berlutut sambil memeriksa Laras.

BALUS CONTINOUS

Bu? Ibu?! (menggerak-gerakkan tangan Laras)

Laras bernapas kesulitan, masih sedikit sadar walau batuk-batuk, lemas, dan kliyengan.

LARAS

(lirih, tersendat-sendat)

Kalian tidak boleh pergi. Kalian anak-anakku. Aku tidak punya siapa-siapa lagi.

Adek yang baru menghampiri, tertegun mendengar pernyataan Laras. Laras seperti berusaha bernapas, matanya iritasi, pusing. Laras menatap Balus, bagi laras seperti bermimpi.

LARAS CONTINOUS

Maaf-kan Ibu. Ka-rena i-bu ter-lalu malu pu-lang ke o-rang tu-a i-bu. Maaf-kan i-bu. I-bu, me-nya-yangi ka-lian.

Kesadaran Laras semakin melemah, matanya perlahan menutup dan mengalirkan setetes air mata. Dan sudah tenang tidak bernapas.

BALUS

(khawatir)

Ibu (jeda). Ibu? (menggerak-gerakkan lengan Laras) Ibu?! (menekan-nekan lengan Laras) Ibu?! (menggoyang-goyangkannya) Ibuu (mulai menangis)

Balus menangisi Laras. Adek hanya tertegun, melihat Balus menangis ia ingin menangis. Balus menangis pilu.

Beat

Beat

EXT. TROTOAR - DAY

Hujan baru reda, keadaan sepi, trotoar dan jalan sudah basah terkena air hujan.

Balus dan Adek berjalan di trotoar yang samping kanannya pagar dan banyak pepohonan yang rimbun. Balus dipapah Adek menahan sakit di setiap langkahnya dan masih terus memegangi perutnya. Baju dan rambut mereka masih basah.

BALUS

(merasa bersalah)

Adek, Kakak sudah terlalu banyak berjanji sama kamu. Maafin Kakak. Sekarang kakak mau melihat kamu bersenang-senang setelah keluar dari kurungan. Dunia luar punya banyak keindahan dan harapan (batuk-batuk ditutupi tangannya)

ADEK

Benarkah?

BALUS

Iya. (jeda) Kakak mau mewujudkan salah satu keinginan kamu.

ADEK

Keinginan apa?

BALUS

Tutup mata kamu rapat-rapat. Jangan coba-coba mengintip.

Adek menutup matanya sambil terus memapah Balus, Balus mengarahkan setiap langkah. Mereka berbelok ke sebelah kanan.

EXT. AREA TAMAN - TAMAN BERMAIN - DAY

Balus dan Adek berjalan di jalan setapak, kanan-kirinya pepohonan. Balus menahan sakit di setiap langkahnya, memegangi perutnya terus, wajahnya pucat tapi berusaha tenang.

BALUS

Sebentar lagi (terus melangkah)

Setelah beberapa langkah, mereka pun berhenti.

BALUS

Kita sudah sampai. Buka mata kamu.

Adek membuka matanya dan melihat di hadapannya terdapat taman bermain yang sepi, walau tidak terlalu bagus. Ada perosotan, jungkat-jungkit, ayunan, dan lainnya. Ia sumringah dan bersemangat, menurunkan travel bag yang dibawanya.

BALUS

(tersenyum tipis)

Sana. Mainlah.

Adek langsung berlari ke arah taman bermain itu, tertawa gembira.

Sedangkan Balus berjalan perlahan agak menyeret kaki dan travel bagnya ke kursi panjang yang ada, sambil merasakan sakit diperutnya dan batuk-batuk.

Saat duduk ia kesakitan, mengatur napasnya yang berat, menyandar lemas, dan tangannya masuk ke dalam bajunya di perut sambil kesakitan.

INSERT:

Adek meluncur dari perosotan sambil berteriak girang. Ia tertawa bahagia. Senyum di wajahnya sangat lebar dan polos. Lalu menaiki ayunan.

Balus memandang Adek yang bermain dengan gembira. Suara napasnya terdengar jelas berat.

Di ayunan, Adek memandang Balus sambil bergembira.

BALUS

Kamu senang? (berbahasa isyarat)

ADEK

Sangat senang (berbahasa isyarat di ayunan)

BALUS CONTINOUS

Hiduplah.

Balus sedang menghadapi rasa sakit di perutnya, berusaha tenang dengan bernapas pelan-pelan, sampai napasnya dapat didengar.

beat

Balus tidak bergerak, matanya perlahan-lahan menutup seperti mengantuk, dan sesak napasnya memelan. Hingga akhirnya diam (meninggal).

Adek turun dari ayunan, lalu menaiki jungkat jungkit. Ia mencoba melompat 3 kali, namun merasa kurang seru. Adek pun turun dan berlari menghampiri Balus.

ADEK

Kak, ayo kita main jungkat-jungkit. Adek tidak bisa kalau sendirian (menggoyang-goyang tubuh Balus). Kak, ayoo. Jangan tidur. Adek tidak bisa memainkannya tanpa Kakak. Ayo bangun.

Karena digoyang-goyang Adek, Balus jatuh tergeletak di kursi (dalam posisi menyamping) tangan yang memegangi perutnya terjatuh lemas menggantung, sehingga membukakan baju area perutnya. Perut Balus tampak penuh memar.

ADEK (CONTINUOUS)

Kak, banguuunnn.

Beat

FADE OUT:

EXT. GUBUK TENGAH HUTAN - DAY - BEGIN MONTAGE

Suasana magrib. Gubuk hutan sudah habis terbakar dan sedikit mengepulkan asap.

  1. Beberapa polisi sedang melakukan tugas, pengecekan tkp dan melapor melalui protofon "Buronan yang kita cari sudah kita tangkap pak. Sekian laporan, terima kasih."
  2. Beberapa orang relawan sedang mencari-cari dengan senternya ke area sekitar.
  3. Jenazah Laras sedang dimasukkan ke dalam kantong jenazah, resleting ditarik hingga kemudian menutup wajah laras.

END MONTAGE

EXT. RUMAH BALUS - DAY - BEGIN MONTAGE

  1. Beberapa relawan masuk ke dalam rumah melakukan pengecekan.
  2. Di sekitar kuburan Pak Dana ada para relawan dan beberapa polisi, 2 relawan sedang menggali kuburan Pak Dana. Di samping kuburan itu ada Leni/Istri Pak Dana yang menangis menunggu, Anak #1 dan #2 berada di samping Leni berpelukan saling menguatkan.
  3. Sesaat kuburan itu tergali dan menampakkan wajah Pak Dana yang meninggal, Leni menangis histeris walaupun ia bisu dan tuli. Ia meraih kepala Pak Dana, menangis hening.
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)