Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dekapan Kelam
Suka
Favorit
Bagikan
9. ACT 2 SEQUENCE 4 LANJUTAN

INT. STASIUN KERETA (KEBERANGKATAN) - DAY

STASIUN KERETA YANG SAMA. (Terdapat sesuatu yang menandakan stasiun itu sama)

SFX: SUARA PINTU KERETA MENUTUP

Tampak dari seberang rel kereta. Kereta mulai menutup dan berjalan perlahan mengencang. Setelah kereta pergi, muncul Balus yang berdiri di tempat naik ke pintu kereta dan menghadap ke belakang. (Juga tampak nama stasiun yang masih sama). Kedua tangannya menggenggam tali tasnya.

Tatapan Balus kosong, ia menengok ke arah kereta pergi seperti melihat harapannya pergi.

Balus menegakkan tubuh, menguatkan pundak dan genggaman tas punggungnya. Kemudian berjalan melawan arah kereta dengan berat hati dan agak cepat membelah kerumunan orang.

EXT. SISI JALAN PERKAMPUNGAN - DAY

Di sisi jalan yang cukup ramai dengan orang berlalu-lalang, Pak Dana sedang membayar belanjaannya sekeresek jeruk.

PAK DANA

Terima Kasih (sambil menerima kembaliannya)

Pak Dana lalu berjalan menenteng barang belanjaannya sambil mengupas dan memakan sebuah jeruk.

Sekitar 20 meter dikejauhan, Pak Dana memicingkan mata--melihat Balus yang berjalan cepat menjauh menggendong tas besar masuk ke dalam gang.

PAK DANA

BAL.. (Memanggil namun tercegat karena melihat Balus menampar dirinya sendiri)

INSERT:

Balus menampar-nampar dirinya beberapa kali sambil terus berjalan, tampak seperti merasa bersalah.

Pak Dana bertanya-tanya merasa aneh.

PAK DANA

(khawatir)

Balus?!

beat

Pak Dana melihat jam tangannya menunjukkan pukul 5 sore. Tanpa pikir panjang ia berjalan mengikuti Balus walau agak lambat.

EXT. PERBATASAN HUTAN DAN PERKAMPUNGAN - DAY

Pak Dana mengendap-endap mengikuti Balus, memberikan jarak antara mereka. Pak Dana berhenti sesaat mengambil napas lelah, melihat Balus menyebrangi jalan sambil mengawasi sekitar tampak mencurigakan. Dan kemudian Balus memasuki hutan dengan cepat.

PAK DANA

(curiga)

Mau ngapain dia ke hutan?

Pak Dana berjalan mengikuti.

EXT. GUBUK TENGAH HUTAN - DAY

Pak Dana memperhatikan gubuk dari balik pohon di kejauhan dengan ekspresi lelah dan agak batuk-batuk walau ditahan.

Balus keluar dari gubuk dan berjalan menjauhi gubuk sambil waspada. Ia sudah menaruh tasnya di gubuk. Pak Dana bersembunyi saat Balus seakan merasakan seseorang dan melihat ke arah Pak Dana.

EXT. DEPAN RUMAH BALUS - DAY

Balus sampai di depan rumahnya.

beat

Ibu membuka pintu dengan raut wajah marah menatap Balus. Balus berhenti sesaat, ketakutan sebelum sampai beranda rumah, ia menelan ludah.

INSERT:

Dari balik pohon di jalan setapak - Pak Dana melihat Laras yang sedang melotot marah ke arah Balus. Balus mendekati Laras, dan Laras menarik kasar Balus masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Pak Dana khawatir bertanya-tanya.

INT. RUMAH BALUS - LANTAI 1 - DAY

Balus masuk, melihat buku berserakan di bawah tangga dan melihat Adek berdiri di tangga menahan tangis sesegukkan dan pipinya merah. Tangisnya pecah sesaat melihat Balus.

BALUS

(takut dan khawatir)

Adek?

Adek turun dan memeluk Balus.

ADEK

Kakak. (merengek kecil)

Laras mengunci pintu dan mengambil tongkat pukulnya yang bersandar di sisi pintu, berdiameter 2cm dan panjang 50cm. Kemudian perlahan mendekati Balus sambil berbicara.

LARAS

Kau tahu apa yang sudah dia lakukan?

Balus semakin ketakutan dengan napas buru-buru sambil memeluk Adek. Ibu berdiri tepat di belakang Balus.

LARAS

(marah)

Dia KABUR!! (memukul Balus 1 kali dengan tongkat) Sudah kubilang kau harus melarangnya (memukul lagi). Bocah bodoh. Enggak becus (memukul lagi).

Balus kesakitan di pelukan adek, berteriak kesakitan.

EXT. DEPAN RUMAH BALUS - DAY

SFX: SUARA BALUS KESAKITAN

Pak Dana mendengar suara Balus dibalik pohon.

PAK DANA

(semakin khawatir)

Balus? Kenapa dia?

Pak Dana mulai mendekati rumah Balus, khawatir, takut, dan lelah jadi satu. Ia lihat beberapa batang kayu bakar tergeletak di samping beranda rumah.

INT. RUMAH BALUS - LANTAI 1 - DAY

Balus terpojok di lantai dekat tangga dalam posisi bertahan dipukuli Laras setiap selesai mengeluarkan kalimat.

LARAS

(marah besar)

Berani-berannya kau menyembunyikan kelinci itu di kamar.

BALUS

(merintih kesakitan)

Udah, Bu. Ampun. Maafin Balus.

LARAS

Apa lagi yang kau sembunyikan Hah?!! Bocah tidak tahu diuntung. Kau sama seperti laki-laki bajingan itu, ayahmu yang berengsek tak tahu diri. Gara-gara dia aku menderitaa. SIALAAANNNN!!!

Adek terduduk di anak tangga ke tiga menutupi kedua telinganya, sambil menutup mata dan menangis. Merapat ke dinding, ketakutan.

BALUS

(meringis)

Ampun, sakit. Sakit.

LARAS

Dia tidak tahu rasa sakit yang aku tahan selama 9 tahun dengannya. Dia pergi meninggalkan tanggung jawabnya begitu saja. Laki-laki BERENGSEEEKKKK!! Ini semua gara-gara dia. Gara-gara dia kau ada, bocah SIALAANNN!!!

SFX: SUARA KETUKAN PINTU

Laras sontak menoleh ke arah pintu.

EXT/INT. RUMAH BALUS - PINTU MASUK - DAY

Sekeresek jeruk Pak Dana berada di ujung Beranda dekat tangga. Di depan pintu Pak Dana tegang agak takut. Di punggung, tangan kirinya memegang sebatang kayu seukuran tangan orang dewasa.

INTERCUT LARAS DAN PAK DANA

LARAS

(berbisik mengancam Balus)

Siapa yang kau bawa ke sini? Kau berani melapor?

BALUS

(memohon)

Aku bersumpah tidak tahu.

Laras menatap tajam dan sinis Adek yang ketakutan di tangga. Ia ambil batu di atas meja samping pintu dan disembunyikan di belakang pinggangnya.

Sesaat mendengar suara kunci dibuka, Pak Dana bersiap, menggenggam erat kayu di punggungnya.

Laras membuka pintu sedikit, memberikan celah sebesar wajahnya.

LARAS

(curiga)

Siapa kau? (menggenggam batu di belakangnya)

PAK DANA

(agak gugup)

Euuhh, anu. Saya tersesat di hutan. Saya melihat rumah ini dan mendengar suara mbak, jadi saya kesini mau minta tolong. Punggung saya juga sakit (berlagak sakit punggung dengan tangan yang memegang kayu).

Di dekat tangga, Balus masih terduduk dan menyadari suara Pak Dana.

BALUS

(takut, terkejut, khawatir)

Pak Dana?! (berbisik)

Laras diam sesaat, memperhatikan dari bawah sampai kepala Pak Dana, berusaha menmpercayai walau masih curiga.

LARAS

(sinis)

Ikutin aja jalur itu sampai turun bukit. Setengah jam jalan, bakal sampai keluar hutan.

Laras menutup pintu, namun ditahan kaki Pak Dana hingga terdapat tertahan celah sedikit.

PAK DANA

Tunggu.

Laras semakin merasa curiga.

PAK DANA

(tersenyum tipis)

Bisa antarkan saya? Sebentar lagi gelap, saya tidak punya penerangan, mata saya sudah rabun.

Balus berdiri di belakang Laras dan bergeser, mengangkat tangannya agar terlihat Pak Dana. Ia memberikan isyarat minta tolong dengan menyelipkan jempol ke telapak, lalu ditutup empat jari lainnya, tangannya bergemetar.

Pak Dana melihat tanda dari Balus.

Laras semakin curiga mendapati Pak Dana melihat ke dalam rumah.

LARAS

(kesal, curiga)

Apa yang kau lihat?!

PAK DANA

Euh, itu. Rumahnya bagus.

Laras cepat menengok ke belakang, melihat Balus masih terduduk di lantai menunduk.

Pak Dana langsung mendorong pintu dengan semua badan dan suaranya hingga pintu terbuka. Ia masuk dan melihat Balus terkejut dengan mata sembab menatapnya, dan Adek di tangga juga menatapnya dengan mata yang sembab juga terkejut.

Laras berdiri di dekat pintu dengan ekspresi terkejut dan marah.

LARAS

Apa-apaan kau ini? (lantang)

Laras melihat Pak Dana membawa kayu di tangannya.

Pak Dana langsung dalam posisi melindungi Balus dan Adek yang berdekatan di tangga. Menodongkan kayunya ke arah Laras.

PAK DANA

(agak panik tapi nekat, waspada)

Apa yang kamu lakukan pada mereka? Sudah berapa lamu kamu menahan mereka disini? Apa kamu menculik mereka?

LARAS

(kesal)

Apa maksudmu?

PAK DANA

Kalian baik-baik aja? (tidak berpaling dari laras)

LARAS

Sialan kau orang tua. Berani-beraninya kau menerobos masuk ke sini!

PAK DANA

Lepasin mereka! Biarkan mereka pergi! Kalau tidak, saya akan lapor polisi! (melihat batu digenggaman Laras) Ayo kita pergi dari sini (berbisik)

LARAS

Siapa kau seenaknya menyuruhku. Kau kira akan selamat dari sini, hah?!!

Pak Dana takut dengan pernyataan Laras.

Laras menyerang Pak Dana dan berusaha memukul kepalanya dengan batu. Pak Dana menjatuhkan kayunya dan menahan kedua tangan Laras. Kayu itu tertendang Pak Dana ke arah ruang tamu.

PAK DANA

Kalian cepat pergi dari sini, cepat. PERGI!!!

Pak Dana mendorong Laras menuju ruang tamu yang ada di sebelah kanannya.

Balus menarik-narik Adek di tangga, resah dan panik.

BALUS

Ayo, Dek. Kita pergi sekarang!

Sambil takut dan ragu, Adek mengikuti Balus turun 2 anak tangga.

LARAS

HEII!!! KALAU KALIAN PERGI, AKAN AKU BUNUH KALIAN. (sambil berjibaku dengan Pak Dana)

Mendengar itu, Adek berhenti sesaat sebelum keluar pintu. Menggeleng-geleng kepalanya.

BALUS

(resah, agak panik)

Adek, ayo cepat. (berbisik, agak menarik-narik tangan Adek)

ADEK

(ragu, takut)

Enggak. Adek takut. (menggeleng-geleng)

RUANG TAMU - CONTINOUS

Laras dan Pak Dana masih saling dorong dan bertahan diantara jemuran baju. Beberapa baju yang menggantung sampai terjatuh.

Laras membelokan tangannya ke kiri, sehingga Pak Dana kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke kiri bersama Laras.

Laras melepaskan tangan kanannya yang dipegangi Pak Dana.

LARAS

(kesal)

LEPASIN!!!

Laras memukul paha kiri Pak Dana hingga berteriak kesakitan. Pak Dana merintih memegangi kakinya.

Laras berjalan dan kemudian berdiri diam, masih di ruang tamu, menatap tajam Balus dan Adek yang terpaku ketakutan di pintu. Laras hendak menghampiri, namun kakinya dijegal Pak Dana dengan jaket tebal hingga Laras terjatuh.

LARAS

(marah)

Orang tua sialan. (menginjak perut Pak Dana)

Pak Dana merintih kesakitan memegangi perutnya.

Laras berjalan cepat ke arah Balus dan Adek dengan tatapan marah. Adek memeluk erat Balus, membelakangi Laras ketakutan.

Laras cepat-cepat menggembok pintu. Balus melihat Pak Dana berdiri kepayahan dan berjalan menghampiri, mengambil batang kayunya. Balus menatap Laras yang masih berusaha mengunci pintu dan melihat Pak Dana dengan gelisah.

Laras berbalik dan ada Pak Dana yang berusaha memukulnya dengan kayu, namun Balus mendorong Laras, sehingga Balus yang terkena pukulan kayu itu di kepalanya. Laras tersungkur.

Pak Dana terkejut, melihat Balus terjatuh ke lantai dengan lesu.

PAK DANA

(khawatir)

BALUSS!! (berteriak merasa bersalah)

Balus merasakan telinganya berdenging, mendengar samar suara pak Dana. Posisinya tergeletak menghadap Pak Dana. Matanya melihat Pak Dana yang berjongkok berusaha menyadarkannya. Balus kliyengan seperti melihat dalam slow motion.

POV BALUS: Dari belakang Pak Dana, Laras memukul punggung dan wajah Pak Dana di hadapan Balus. Hingga pak Dana terjungkal ke dekat tangga. Laras memukuli Pak Dana berkali-kali.

BALUS

(setengah sadar)

Jangaann (lirih)

FLASHBACK:

Balus teringat momen-momen kebersamaan dengan Pak Dana.

  1. Saat Pak Dana memberinya makan di belakang meja resepsionis.
  2. Saat Pak Dana mengajarinya bahasa isyarat di belakang meja resepsionis.
  3. Saat Pak Dana memintanya segera pergi saat menahan Laras.

BACK TO SCENE:

Balus melihat Pak Dana telentang dalam posisi bertahan dipukuli Laras. Laras akan memukul kepala Pak Dana.

BALUS

(menangis)

JANGAAAAAANNN...(berteriak mengulurkan tangannya)

Kepala Pak Dana dipukul hingga lemas, dan mengalirkan darah ke lantai.

FADE OUT:

EXT/INT. RUMAH BALUS - NIGHT

MONTAGE - VARIOUS LOCATION

  1. Samping rumah balus - Balus menggali tanah untuk kuburan menggunakan cangkul diterangi lampu teplok, sudah sedalam lututnya, dengan ekspresi sedih kehilangan. Balus berdiri tegak, melihat Pak Dana yang tergeletak tak sadarkan diri di sebelah kirinya. Ia menangis lagi.
  2. Tangga rumah - Laras duduk di tengah sambil merokok dan minum minuman keras di botolnya. Ada sedikit perasaan bersalah.

END MONTAGE

CUT TO:

INT. LANTAI 2 - KAMAR KURUNG - NIGHT

Suasana kamar gelap dan terdapat beberapa barang berantakan dan rusak berdebu. Cahaya bulan dari jendela yang tidak berjeruji besi menerangi kamar. Adek duduk menunduk memeluk kakinya, menyandar di pintu sambil menyanyi sesegukkan, menyesal.

ADEK

(bernyanyi)

Adek dan Kakak selalu bersama. Tak ada yang bisa memisahkan kita. Kakak slalu saayang Adek, Adek slalu nurut Kakak. Adek yang baik, tidak akan nakal. Adek yang baik, tidak akan menangis. Adek yang baik, tidak akan sakit. Karena Kakak, selalu di samping.

FLASHBACK:

INT. KAMAR BALUS - MALAM

Lanjutan setelah Laras membanting helm Adek.

Laras mendekati Adek yang terduduk lesu ketakutan di lantai. Laras mengarahkan wajah Adek agar menatapnya.

LARAS

(mengancam, marah, membentak)

Sekali lagi kau berani kabur, atau melakukan hal bodoh, bakal kusiksa anak itu sampai dia mati di depanmu. PAHAM?!!!

Laras pun pergi keluar kamar. Adek termenung menangis hening mengambil helmnya yang hancur.

BACK TO SCENE:

Adek memeluk kakinya semakin kuat.

INT. RUMAH BALUS - MALAM

MONTAGE - VARIOUS LOCATION

  1. Lantai 1 - Balus menaiki tangga dengan lesu, sedih, melamun sambil memegangi kepalanya. Ia melihat ke arah pintu kamar kurung Adek.
  2. Kamar Balus - Balus melihat keadaan kamarnya yang hancur berantakan, perasaannya pilu. Ia mendekati jendela sisi kanan rumah, melihat kuburan Pak Dana. Ia berbaring di kasur dengan tatapan kosong sedih, kemudian menutup matanya.

beat

Beberapa saat menutup matanya, ekspresinya berubah jadi tegas dan membuka matanya berusaha tegar.

END MONTAGE

CUT TO:

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)