Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dekapan Kelam
Suka
Favorit
Bagikan
3. ACT 1 SEQUENCE 2

BEGIN MONTAGE - VARIOUS LOCATION

  1. Kamar Balus - Cahaya matahari pagi menyorot wajah Balus yang masih terlelap. Balus membuka matanya. Menyelimuti Adek dengan selimut kolot tipis.
  2. Toilet lantai 1 - Balus sedang menyelam telentang di bak mandi sambil menutup matanya. Setelah beberapa detik, ia bangun dan bernapas terengah-engah.
  3. Lantai 1 - Balus turun tangga, rambutnya sedikit basah. Mendekati meja kecil samping tangga, terdapat batu sebesar genggaman tangan di ukiran lingkaran bertuliskan "Di rumah" yang diukir. Balus memindahkan batu itu ke sebelahnya "Di luar". Ia membuka dua selot kunci pintu dan melangkah keluar.
  4. Gubuk tengah hutan - Balus keluar dari gubuk dengan menyelempangkan tas selempang cokelatnya. Ia melompat memetik jambu biji di pohon yang dilewatinya dan makan sambil berjalan dengan perasaan jenuh.

END MONTAGE

CUT TO:

EXT. PERPUSTAKAAN - SIANG

Sebuah gedung perpustakaan daerah yang tidak terlalu besar. Satu lantai dengan gaya klasik bernuansa cokelat kayu.

SFX: SUARA MOBIL MUNDUR

Sebuah mobil box mundur mengarah pintu perpustakaan.

PAK DANA (L/54) bertubuh kurus, berkacamata, berpakaian rapi dengan rambut yang sebagian besar sudah putih sedang memandu mobil yang mundur agar mendekati pintu masuk.

PAK DANA

(memandu)

Terus. Terus. (jeda) Sip, cukup Pak.

Di gerbang perpustakaan yang terbuka Balus tiba, dibalik tembok ia mengancingkan lengan baju panjangnya, memasukkan baju ke celananya, dan merapikan rambutnya hingga terlihat rapi.

Balus berjalan masuk dan melihat Pak Dana sedang mengawasi dua orang petugas pengirim buku yang sedang membuka pintu belakang Mobil.

Pak Dana menyadari kedatangan Balus yang berjalan agak cepat ke arahnya.

PAK DANA

(ramah)

Balus (melambai menyuruh datang)

Balus menghampiri dengan penasaran melihat aktivitas mereka.

BALUS

(antusias)

Wahh, kali ini berapa banyak buku barunya Pak? Biasanya enggak sebanyak ini. Pengelola yang menyediakannya lagi?

PAK Dana (O.S)

Bukan, ini donasi dari organisasi pemberdaya masyarakat. Mungkin hampir 50an buku. Sepertinya ini menjadi pemberian buku donasi terbanyak yang pernah saya terima setelah 15 tahun disini.
Ayo kita mulai kerja.

Balus mengangguk, ia membantu mengangkut kotak kardus berisi berbagai buku ke dalam perpustakaan.

INT. PERPUSTAKAAN DAERAH - SIANG - BEGIN MONTAGE

  1. Balus membuka kotak di lantai dekat resepsionis, mengeluarkan buku-buku dan menaruhnya di meja resepsionis bersama beberapa susunan buku yang sudah memenuhi meja. Pak Dana sibuk membuka-buka buku dan menginput datanya di komputer tabung.
  2. Pak Dana menempelkan label di buku dan menumpuknya di atas sekitar 8 buku lain yang sudah dilabeli, terlihat ada beberapa susunan buku di meja. Kemudian buku yang menumpuk rapi itu diangkut Balus yang ekspresinya sedikit lelah, meregangkan leher dan kakinya sambil berjalan menuju bagian belakang perpustakaan.
  3. Balus berjalan melewati beberapa rak buku. Melewati 1 meja panjang tempat membaca. (Posisi meja, jendela, rak buku bisa bebas menyesuaikan tempat).
  4. Di rak buku paling belakang, Balus menaiki kursi kecil dengan lelah seperti menahan sakit, menyusun buku-buku di rak dengan memperhatikan nomor labelnya.

END MONTAGE

INT. MEJA RESEPSIONIS - SIANG

Pak Dana sedang memeriksa catatan peminjaman buku dengan fokus.

PAK DANA

Okee, aman. Balus (memanggil).

Balus datang dari balik rak dengan membawa kain lap dan semprotan. Langkahnya agak berat, berkeringat, lelah.

PAK DANA (CON'D)

(fokus menulis)

Tolong susun buku-buku ini.

Ia menaruh kain lap dan semprotan di atas meja resepsionis.

BALUS

Baik, Pak.

Pak Dana memperhatikan Balus mengangkat susunan buku dengan lesu.

PAK DANA

(khawatir)

Balus, kau baik-baik aja?

BALUS

Enggak kenapa-napa, pak. (tersenyum tipis merasa tidak enak)

PAK DANA

Kemarin kau kemana? Ketiduran lagi?

BALUS

(berbohong)

Emmm. Iya, pak.

Balus berjalan menuju rak yang tidak jauh dari Resepsionis. Pak Dana memperhatikan langkah Balus.

PAK DANA

Sudah kubilang, jangan ngerasa kesiangan buat datang ke sini. Kamu masih dapat makan walaupun enggak bantu saya. Jangan terlalu kaku lah.

Balus sedang menyusun buku, dari sudut pandang Pak Dana ia terhalang rak Buku.

PAK DANA (CONT'D)

(khawatir)

Kau kelihatan pucat sekali, Balus. Kau sedang sakit?
Kau harus menjaga kesehatan di puncak musim hujan seperti sekarang ini.

beat

Pak Dana duduk di kursi merapikan mejanya.

PAK DANA

Kau mengingatkan saya pada anak saya waktu dia seusia kau. Dia sangat sulit terbuka kepada saya. Setiap saya tanya, dia selalu berusaha menutupinya. Sampai akhirnya saya tahu, kalau ternyata dia dibully di sekolahnya. Saat itu saya sedih, marah, dan sakit hati. Saya harap tidak terjadi hal yang sama kepada kau.
Sudah bertahun-tahun kau bantu saya disini, tapi kau masih saja tertutup. Jangan malu untuk bercerita, Balus. Setiap orang butuh seseorang untuk bercerita.

beat

PAK DANA (CONT'D)

Bisa dibilang, kau itu anak misterius. Sampai sekarang saya tidak tahu dimana kau tinggal, entah punya keluarga atau tidak.
Apa sebenarnya kau itu adalah hantu? Hantu yang ingin membantu pria tua seperti saya (bercanda, terkekeh)

beat

SFX: SUARA BALUS TERJATUH.

PAK DANA

(penasaran)

Balus?!

Pak Dana panik menghampiri dan melihat Balus sudah terbaring menyamping di lantai memegangi kepalanya, beberapa buku tergeletak di dekatnya.

Pak Dana mendekati Balus.

PAK DANA

(khawatir dan panik)

Astaga! Balus, kau kenapa?

Balus menahan rasa pusing dengan memejamkan mata dan sedikit merintih.

Pak Dana tak sengaja melihat bagian baju Balus yang terangkat, bagian pinggangnya memar-memar. Pak Dana tertegun melihatnya.

Balus berusaha duduk dibantu Pak Dana yang memegangi lengan dan mendorong punggungnya.

BALUS

Aww, sshh. (kesakitan lengan dan punggung disentuh) Tidak apa-apa pak, saya bisa sendiri. Cuman agak pusing aja.

Pak Dana masih tertegun menatap kondisinya.

Balus mengambil buku-buku yang terjatuh ke lantai, masih agak kliyengan.

PAK DANA

Sudah, sudah. Kau istirahat saja sana. Kau pasti belum sarapan kan? Ayo, kita makan dulu.

BALUS

(tegar)

Tanggung, sebentar lagi pak. (berdiri dan menaiki tangga)

Balus menyusun buku lagi. Pak Dana memandanginya khawatir, penasaran, tak tega.

CUT TO:

INT. PERPUSTAKAAN - BELAKANG MEJA RESEPSIONIS - CONTINOUS

Belakang meja resepsionis dengan luas sekitar 2x2 meter. Pak Dana duduk di kursi mengais keresek berisi bekalnya. Ia agak kesulitan membukanya dengan tangan tuanya.

PAK DANA

(bercerloteh)

Tunggu sebentar. Istri saya mengikatnya terlalu keras. Susah sekali membukanya.

Balus duduk di sebuah kotak kayu setinggi 20cm yang dilapisi perca di atasnya. Menatap tak sabar tangan Pak Dana yang sedang membuka bekal, ia menelan ludah. Kedua tangannya di perutnya.

Pak Dana akhirnya bisa membuka kreseknya. Ia memandang ke dalamnya dengan kecewa sesaat.

PAK DANA

Maaf Balus, hari ini bukan nasi kuning kesukaan kau (merasa bersalah). (bercanda) Tapi, hari ini kita dapat roti lapis isi telur goreng. Ini kesukaan kau juga kan? (membuka wadah makanannya).

Mengangkat dua roti lapis dengan isian telur goreng.

PAK DANA

(tersenyum)

Ini, kita sudah bekerja keras pagi ini (memberikan satu pada Balus). Saya tahu ini yang kau tunggu-tunggu kan?! (terkekeh)

BALUS

(senang)

Akhirnya. Roti lapis, sudah lama sekali. Terima kasih, Pak.

Balus mengagumi roti itu sambil membukanya, sudah terpotong menjadi dua bagian.

PAK DANA

Makanlah dengan tenang, enggak usah buru-buru.

Balus menikmati satu bagian roti lapis itu.

Pak Dana memakan miliknya.

PAK DANA

(sambil mengunyah)

Dipikir-pikir, ternyata sudah lama kau membantu saya setiap pagi ya Balus?!
Mungkin sudah empat tahun? lebih mungkin. Tapi masih terasa seperti kemarin, kau datang meminta-minta uang.

Balus hanya menikmati rotinya.

PAK DANA (CONT'D)

(sambil menikmati rotinya)

Kalau saja saat itu saya memberi kamu uang, kita mungkin tidak akan bertemu lagi. Tapi karena saya meminta kau membantu saya dengan dibayar makanan, membuat kau masih ada disini.
Setiap pagi kau datang kesini. Dan untungnya pengelola baik, membiarkan kau membantu saya. Walaupun awalnya takut karena mempekerjakan anak dibawah umur.
Saya ingat kau sangat bersemangat membaca buku. Apalagi buku tentang bertahan hidup di hutan. Entah sudah berapa banyak buku yang saya berikan. Dan kau selalu menagih untuk diajarkan bahasa isyarat. Saya senang melihat anak yang mau belajar, apalagi kau bukan anak yang beruntung buat bisa sekolah. Mungkin pengetahuanmu bisa jadi lebih luas dari anak seumuran kau yang bersekolah.

Balus menyadari sesuatu setelah melahap lebih dari setengah roti itu. Ia menatap roti itu kelu, mencuri pandang Pak Dana yang terus berceloteh.

PAK DANA (CONT'D)

Tapi betul, keberadaan kau membuat saya tidak kesepian disini. Kau sudah saya anggap seperti anak saya sendiri.

Seseorang masuk ke perpustakaan dan menghampiri resepsionis membawa buku.

PELANGGAN #1

Permisi, Pak. Saya mau mengembalikan buku.

Pak Dana melayani orang itu dan mengetik di komputer.

Balus mengambil keresek hitam yang tersempil di sisi lemari sampingnya. Sambil sesekali melihat Pak Dana, Balus membungkus sisa roti lapisnya dengan keresek. Memasukannya ke tas selempangnya dan menyelempangkan tasnya.

Pak Dana masih mencatat pengembalian buku tersebut. Balus berdiri menggenggam tali tasnya.

BALUS

Pak, saya sudah selesai. Sudah jam 9, saya pergi dulu ya.

PAK DANA

Cepat sekali kau makannya. Ya sudah, hati-hati di jalan.

Balus keluar perpustakaan memegangi tasnya di depan dan pergi.

CUT TO:

INT. KAMAR BALUS - SIANG

Adek masih terlelap di kasurnya, meringkuk.

beat

LARAS (O.S.)

Adek! (beat) Adek! ADEEKK!

Panggilan Laras terdengar dari samar menjadi semakin jelas dan jelas di telinga Adek.

Adek membuka mata menyadari, langsung bergegas bangun keluar kamar.

INT. RUMAH BALUS - RUANG KELUARGA LANTAI 1 — SIANG

Seekor tikus di sudut sebelah kanan perapian, bersembunyi dibalik botol-botol miras kosong. Di sofanya, Laras melempari tikus itu dengan putung rokok dari asbak di meja. Meja di depannya terdapat beberapa botol miras yang telah habis dan asbak rokok yang penuh.

LARAS

(kesal)

ADEEKK!
Berisik sekali kau setiap malam. Tikus bau tengik. DIAM KAU DISITU!! Aku makan kau nanti! (melempari tikus itu dengan putung rokok)

Adek datang dari arah tangga ke samping sofa, wajahnya terus menunduk tidak berani menatap Laras.

ADEK

(takut, nurut)

Apa, bu?

LARAS

TANGKAP TIKUS ITU!

ADEK

(ragu)

Takut bu.

LARAS

(membentak marah)

TANGKAAPP!!!

Adek tersentak takut. Ia memberanikan diri menghampiri tikus itu perlahan.

Tikus itu kabur ketika Adek mencoba menangkapnya. Menaiki botol yang ada di dekat jendela dan melompat ke luar jendela yang terbuka dan berhasil kabur.

Adek pun terdiam merasa bersalah di dekat jendela.

LARAS

(meremehkan)

Bodoh!

Adek merasa rendah diri, berdiri menunduk diam di sana.

LARAS

(ketus)

Tutup jendelanya.
Taruh kayu bakarnya di perapian, terus siram. Cepat! Udaranya dingin.

Adek mengambil beberapa batang kayu bakar di samping perapian dan menaruhnya di perapian. Ia melihat botol minyak tanah di sudut, beberapa langkah sebelah kanan perapian. Adek mengambilnya.

Laras menyulut rokoknya dengan korek api.

Adek menyiram kayu bakar di perapian itu.

LARAS (CONT'D)

Minggir.

Adek bergeser selangkah dan Laras melempar korek api yang masih menyala ke perapian, sehingga kayu-kayu terbakar seketika. Adek terkejut sekaligus terpana melihat kobaran api itu. Di matanya yang polos, muncul bayangan api yang berkobar-kobar.

CUT TO:

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)