Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KAMAR PUSPA - MORNING
Puspa bangun dari tidurnya. Melihat tangannya, bekas goresan dahan. Puspa beranjak pelan, membuka pintu kamar.
.
EXT. RUMAH PUSPA - MORNING
Puspa perlahan membuka pintu, melongokkan kepalanya, melihat kiri kanan, celingukan. Suasana sepi, tidsak ada orang sama sekali. Lalu PUSPA keluar, berjalan. Wajahnya kusut, sembab, tidak mandi.
.
EXT. JALAN MAWAR - MORNING
Puspa berjalan gontai, frustasi. Dari ujung jalan, di tikungan satu sosok berjalan berkelebat pelan. Puspa kaget menoleh ke arah sosok yang sudah menghilang di tikungan. Puspa takut, mundur mundur lalu lari panik dan ketakutan.
.
EXT. PASAR GANG JAMBU - MORNING
Puspa berjalan gontai, frustasi. Di samping sebuah rumah di seberang jalan, satu sosok berdiri diam, mengamati Puspa.
.
EXT. JALAN KOTA - DAY
Puspa berjalan pelan, terengah-engah. Satu sosok berdiri di seberang jalan, diam, menatap Puspa tajam.
Puspa spontan menoleh cepat dan terbelalak kaget. Sosok itu adalah dirinya sendiri! Puspa!
Sosok mirtp PUSPA itu berjalan mendekat Puspa, tanganya mengacung ke depan hendak menggapai.
Puspa berteriak menjerit. Langsung berlari panik ketakutan.
.
INT. RUMAH PUSPA - DAY
Puspa berlari masuk rumah, mengunci pintu. Puspa ketakutan. Masuk kamar.
.
INT. KAMAR PUSPA - NIGHT
Gelap, puspa meringkuk di ranjang. Ketakutan, menangis. Memegangi kuping, memejamkan mata.
PUSPA
Ya Tuhan lindungi aku. Ya Tuhan lindungi aku.
Lindungi aku ya Tuhan. Ya Tuhaan,...(terisak)
FADE TO BLACK.
INT. KAMAR PUSPA - MORNING
Puspa meringkuk di ranjang, mengusap-usap perutnya. Rambut kusut, wajah sembab.
.
EXT. RUMAH PUSPA - MORNING
Puspa perlahan membuka pintu, melongokkan kepalanya, melihat kiri kanan, celingukan, suasana sepi, kosong tidak ada orang. Lalu PUSPA keluar, berjalan. Wajahnya kusut, sembab, tidak mandi.
.
EXT. PASAR GANG JAMBU - MORNING
Pupa berjalan, sesekali menoleh cepat ke kiri, kanan, was was. Menghampiri toko buah yang tutup. Membuka paksa pintunya. Mengambil buah, lalu memakannya dengan lahap karena kelaparan.
Puspa berjalan sambil makan.
.
EXT. PEREMPATAN 1 - DAY
Di tengah suasana sepi, nampak Sang Paman (L/45) berdiri di tengah perempatan sepi, mengenakan jubah, topi koboi, sambil merokok. Di dekatnya, dua kursi dan 1 meja. Puspa melihat PAMAN, kaget dengan cepat berlari, sembunyi di balik sebuah rumah. Mengintip Paman yang berdiri di tengah perempatan.
Sang Paman lalu mondar-mandir pelan, sambil merokok.
Puspa mengambil seonggok kayu, lalu bangkit, ragu-ragu melangkah pelan, berjingkat mendekati Paman, mengacungkan kayunya ke arah Paman. Paman sedang menghadap ke arah lain, memunggungi puspa. Hingga jarak Puspa sudah dekat.
SANG PAMAN
Puspa,..
Puspa berhenti, tidak bergerak. Bingung, takut, menatap Paman dengan ekpresi heran.
SANG PAMAN (CONT’D)
Kau tidak sedang bermimpi. Kau tidak berhalusinasi.
Kau tidak gila. Aku pikir kamu sudah tahu itu.
Sang Paman berbalik, menghadap Puspa. Puspa membeku, pucat, menodongkan kayu.
SANG PAMAN (CONT’D)
Kau khawatir aku berubah jadi monster jelek yang seram, mengaum,..
Menerkammu, membunuhmu. Hehehe...
Kayak gitu cuma ada di film horor klise Puspa.
Kau tahu kita kan tidak sedang di film yang seperti gituan.
Puspa ragu-ragu.
SANG PAMAN (CONT’D)
Aku manusia juga. Kau pukul aku dengan itu, aku juga kesakitan.
Kau lempar aku pisau, aku juga berdarah dan bisa mati.
PUSPA
Siapa kau? Apa yang telah kau lakukan?
Di mana orang-orang? Ada apa dengan orang-orang?
Ada apa dengan Kota ini?
SANG PAMAN
Banyak sekali pertanyaanmu.
Hmm Baiklah mulai dari mana ya,..
Hmm Aku, ehmm panggil saja aku paman.
Sang Paman. Aku sayang kamu, kalau itu bisa melegakanmu mungkin.
PUSPA
Apa yang terjadi di sini?
SANG PAMAN
Tenang Puspa,..Aku belum menjawab pertanyaanmu yang pertama,
kau mengajukan pertanyaan lain. Tenanglah, duduklah.
Puspa mulai menangis.
PUSPA
Tenang tenang gimana?! Orang-orang hilang! Ini aneh sekali tahu!?
Aku sendirian di sini! Tidak bisa kemana-mana!
Tidak bisa ngapa-ngapain. Takut setengah mati.
Kau bilang tenang?!
Apa maumu? Apa yang terjadi di sini?
Di mana orang-orang?
SANG PAMAN
Menangislah Puspa. Menangislah.
Aku menunggumu di sini.
Paman duduk. Puspa menangis, mulai menurunkan kayu yang dipegangnnya. Mulai merasa santai.
SANG PAMAN (CONT’D)
Menangis mungkin tidak akan menyelesaikan masalah.
Tapi, bisa membuatmu lega untuk sementara.
Puspa duduk, memandang Paman.
PUSPA
Siapa kau? Di mana orang-orang?
Apa yang terjadi di sini
SANG PAMAN
Aku SANG PAMAN, tadi aku sudah bilang.
PUSPA
Di mana orang-orang?
SANG PAMAN
Orang-orang? Apa pedulimu?
PUSPA
Mereka hilang! Apa kau tidak lihat?
Tuh tuh lihat sepi! Kosong!
Ini ... ini ini gila! Ini aneh!
SANG PAMAN
Apa pedulimu Puspa?
Kau tidak pernah mempedulikan mereka seumur hidupmu.
Kenapa kau sekarang tiba-tiba mempedulikan mereka?
Puspa menatap Paman tajam.
PUSPA
Apa maksudmu?
SANG PAMAN
Orang-orang. Semua orang.
Kau selama ini tidak pernah menganggap mereka ada kan?
Kini ketika mereka benar-benar tidak ada, kau menangis, teriak-teriak, protes.
PUSPA
Kau, kau,...
SANG PAMAN
Kau orang yang egois. Kau mungkin sudah tahu itu.
Kau menganggap orang lain bagaikan batu di jalanan atau pohon di kebun,
yang kau anggap seperti ornamen yang memuaskan ego matamu saja.
PUSPA
Sesuatu yang aneh sedang terjadi dan kau menceramahiku.
SANG PAMAN
Kau menganggap sesuatu menjadi aneh ketika tidak sesuai dengan keinginanmu.
Hm, sadarlah Puspa, kau bukan anak-anak lagi.
PUSPA
Ya Tuhan apa yang terjadi di sini?
Apa yang terjadi denganku?
SANG PAMAN
Kau teriak-teriak memanggil Tuhan, memohon pertolongannya, bukankah itu aneh.
Sepanjang hidupmu kau bahkan tidak pernah mendengar kata-kata Tuhan.
Tidak pernah membaca ayat-ayat-Nya.
Pedulipun tidak. Kenalpun mungkin juga tidak.
PUSPA
Berhenti menceramahiku.
Aku ingin kembali seperti semula.
SANG PAMAN
Kau ingin kembali,..?? Kenapa aku harus peduli dengan apa yang kau inginkan?
Kau tidak pernah peduli dengan apa yang orang lain inginkan.
Kau bahkan tidak peduli dengan apa yang Tuhan inginkan.
PUSPA
Sudah! Diam!
SANG PAMAN
Baiklah. Kau sepertinya ingin sendiri.
Sang Paman bangkit, melangkah pergi. Puspa bingung, lalu bergegas bangkit, mengejar Sang Paman.
PUSPA
Heh tunggu tunggu tunggu. Mau kemana?
SANG PAMAN
Apa pedulimu?
PUSPA
Aku, seorang gadis, sendirian di kota aneh ini. Kau tidak kasihan?
SANG PAMAN
Puspa, aku justru sangat kasihan kepadamu,
ketika kau sendirian sementara di sekitarmu banyak sekali orang-orang.
Sang Paman berjalan pelan, Puspa ikut berjalan di sampingnya.
SANG PAMAN (CONT’D)
Seperti yang sudah bertahun-tahun ini kau alami.
Aku sungguh kasihan padamu Puspa.
Puspa menunduk sesaat, menoleh ke Paman. Membisu sesaat.
PUSPA
Siapa kau sebenarnya? Sepertinya kau tahu banyak tentang diriku?
Kau malaikat?
(Nada tenang, lunak)
SANG PAMAN
Malaikat? Heh? Sudah kubilang tadi, aku...
PUSPA
Ya ya, kau Sang Paman.
SANG PAMAN
Hem.
PUSPA
Paman, apa yang sebenarnya sedang terjadi di sini?
SANG PAMAN
Ini Kota Senyap Puspa.
Kota yang konon mepunyai nuansa magis dan ajaib,
yang menunjukan arti cinta kepada orang-orang di sini
dengan cara yang tidak lazim.
PUSPA
Aku masih kesulitan untuk mengerti.
SANG PAMAN
Well, tidak semua hal memang harus dimengerti.
Tapi setidaknya, kau bisa belajar menerima dan memaklumi.
PUSPA
Apa yang Paman lakukan di sini?
SANG PAMAN
Aku di sini untuk membantumu Puspa.
PUSPA
Ya ya,... seperti di film-film, ada tokoh bijak misterius
yang memberi petunjuk kepada tokoh utama untuk menempuh sebuah petualangan,...
SANG PAMAN
Hehe,.. Kau kebanyakan nonton film hollywood.
PUSPA
Engng... sebenarnya apa yang paman lakukan di sini?
SANG PAMAN
Aku ingin memastikan kau bisa memahami siapa dirimu sebenarnya.
PUSPA
Paman bicara yang sederhana saja, jangan bikin aku bingung.
Sang Paman berhenti. Puspa ikut berhenti, saling berhadapan. Di samping jalan ada 2 kotak toilet umum portable.
SANG PAMAN
Aku pikir ini cukup sederhana.
"Kau Tahu Siapa Dirimu?"
PUSPA
Aku Puspa.
SANG PAMAN
Puspa, itu namamu. Siapa kamu sebenarnya?
PUSPA
Aku tidak ngerti maksud Paman.
Sang Paman mengacungkan jari telunjuk, tanda “tunggu sebentar”.
SANG PAMAN
Aku mau ke situ sebentar.
Sang Paman menunjuk Toilet. Lalu melangkah masuk ke salah satu toilet portable.
Di ujung jalan, sekitar 50 meter dari puspa berdiri, Sang Paman berjalan santai, pelan, menyeberang jalan. Puspa melihat Sang Paman, kaget, heran. Lalu menoleh ke Toilet. Memandang bergantian, toilet dan Sang Paman di ujung jalan. Puspa bergegas menghampiri toilet, dan mengetuk pintu. Pintu toilet diketuk langsung terbuka dan kosong!
Sound: Suara Sang Paman di ujung jalan berbicara sedikit sayup-sayup.
SANG PAMAN (CONT’D)
Puspa, ingatlah semua kata-kataku.
Sang Paman berjalan menjauh. Puspa berlari mengejar sang Paman.
PUSPA
Tunggu tunggu tunggu Paman! Paman!
Jangan tinggalkan aku! Paman!
Sang Paman berjalan, menghilang di balik pohon.
SANG PAMAN
Aku di sini Puspa!
Puspa kaget, menoleh ke asal suara, di perempatan 1! Di belakangnya. Sang Paman sedang duduk. Puspa heran, bingung, takut.
Sang Paman bangkit, lalu berjalan ke tikungan jalan. Puspa berlari mengejar Sang Paman.
PUSPA
Paman ! Paman ! Jangan pergi Paman!
Pamaaaaaannnn....!!
Puspa terengah-engah, sampai di tikungan, melihat sekeliling, kosong. Puspa mulai menangis, duduk di tengah jalan, selama beberapa saat.
Puspa bangkit, melangkah pelan menyusuri jalan, dengan wajah lesu, menunduk.
.
EXT. RUMAH KEBUN - AFTERNOON
Puspa berjalan pelan melewati sebuah rumah, dengan kebun di belakang dan sampingnya. Tampak 2 sosok bergerak, berjalan. Puspa kaget, sembunyi, mengintip.
2 sosok, mengenakan topeng jawa, dengan pakain seperti jubah jawa, menyeret seseorang yang bersimbah darah sepertinya orang yang sudah mati. Lalu Sosok bertopeng meletakkan si mayit di rerumputan dan mengeluarkan dompet dan melepas jam tangan si mayit, kemudian sosok bertopeng melempar si mayit ke dalam sebuah lubang. Puspa kaget, menjerit tertahan.
Sosok bertopeng menghentikan gerakanya, menoleh pelan ke arah Puspa sembunyi.
Puspa ketakutan, mengintip pelan. Sosok bertopeng membawa golok, sudah dekat, berjalan mendekati Puspa. Puspa kaget, mengendap-endap, mencari tempat sembunyi lain, di balik sebuah bak sampah. Sosok bertopeng, berjalan pelan, didepan bak sampah, berhenti, menoleh ke sekeliling.
Sosok bertopeng berjalan mendekati bak sampah. Puspa deg-degan, menutup mulut, memejamkan mata, menangis tanpa suara.
Sosok tersebut kemudian, berbalik langkah, menjauhi Puspa.
Puspa mengintip, kemudian berlari kencang, panik, takut, menuju rumahnya.
.
INT. RUMAH PUSPA - AFTERNOON
Puspa berlari masuk, mengunci pintu. Mengendap-endap pelan, mengambil pisau, melihat sekeliling.
Puspa duduk di bawah bifet, menangis, antara siaga dan berani yang dipaksain. Beberapa saat Puspa tertidur karena kecapekan.
FADE TO BLACK.