Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. FAKULTAS TEKNIK - DAY
Mereka berempat tiba di depan monumen bertuliskan "FAKULTAS TEKNIK". Suasana di sekeliling hening. Rin tampak berpikir sejenak, kemudian melangkah ke arah kanan, diikuti Maya, Candi, dan Adidarma.
Mereka melangkah pelan di koridor. Suasana masih hening mencekam. Candi melihat ke sekeliling seraya mengerutkan kening. Adidarma tampak bersiap dengan pistolnya.
Mereka melewati tempat parkir. Banyak motor yang terparkir disitu, namun hanya ada TIGA MOBIL, salah satunya berwarna BIRU, yang terparkir di tempat parkir khusus. Mereka tidak melihat satu pun manusia, ataupun zombie.
Rin menunjuk.
RIN
Kita lewat situ.
Terlihat sepasang gerbang hitam yang agak tinggi, dengan bagian atas yang runcing. Pada sisi kiri dan kanan gerbang tersebut terdapat dinding setinggi orang dewasa dan diatasnya dipasangi pagar yang juga hitam dan runcing. Di antara dua gerbang, terdapat pos satpam yang kelihatannya kosong.
Semua bicara dengan suara sepelan mungkin.
CANDI
Segampang ini?
MAYA
Gue juga ngerasa ada yang nggak beres. Daritadi gue nggak liat ada zombie sama sekali.
CANDI
Ataupun orang. Sepi banget.
ADIDARMA
Justru bagus bukan? Ayo kita cepat pergi dari sini.
Semua mengikuti Adidarma kecuali Candi yang masih memeriksa sekitar. Sepi memang. Tidak ada zombie, tidak ada orang lain, bahkan suara selain suara langkah kaki mereka pun tidak ada.
EXT. FAKULTAS TEKNIK, GERBANG BELAKANG - DAY
Ternyata gerbang tersebut tergembok.
Adidarma terlihat sangat kesal.
ADIDARMA
Sialan!
(beat)
Udah di depan mata loh ini!
Maya melihat ke belakang mereka. Sunyi.
MAYA
(Bicara pelan)
Jangan bicara terlalu keras.
CANDI
Kenapa digembok?
RIN
Soalnya orang hampir nggak pernah lewat sini.
ADIDARMA
Bilang daritadi dong. Pasti kuncinya di pos satpam.
Adidarma melihat ke pos satpam, kemudian mengampirinya dengan langkah-langkah cepat.
Pintu pos tersebut tidak terkunci. Adidarma memeriksa pos tersebut dengan sembarangan.
Selang beberapa waktu, ia keluar lagi dengan raut wajah yang semakin kesal.
ADIDARMA (CONT'D)
Persetan lah.
Adidarma menodongkan pistolnya ke arah gembok.
MAYA
Jangan! Anda gila?
ADIDARMA
Lihat sekitar kamu! Nggak ada apa-apa, kan?
MAYA
Ya justru...
Sebelum Maya sempat menyelesaikan kalimatnya, Adidarma sudah membidik gembok lagi. Maya menepis tangan Adidarma, namun tidak sebelum Adidarma menarik pelatuk.
Suara tembakan menggema di sekitar gedung-gedung dan koridor kosong. Tepisan Maya membuat peluru malah mengenai badan pagar, menghasilkan dengung.
Mereka terdiam sejenak, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Rin menutup telinga.
Adidarma tidak lagi perduli untuk bicara pelan.
ADIDARMA
Kamu itu maunya apa sih! Kamu mau hidup atau mau jadi bangke disini?!
MAYA
Anda sadar nggak kalau sekarang seluruh zombie di kampus ini bakal datang kesini? Semua berkat kecerobohan Anda!
ADIDARMA
Kalau kamu nggak ikut campur, kita udah ada di balik gerbang itu. Kita bisa tutup lagi, jadi kalaupun mereka kesini, mereka nggak akan bisa ngejar kita! Kalau kayak gini, kita mau lari ke mana?
RIN
Ngomong-ngomong soal lari ke mana...
Zombie-zombie keluar dari gedung-gedung jurusan yang kelihatannya kosong. Beberapa dari mereka juga keluar dari tempat-tempat di belakang gedung. Bukan hanya itu, yang datang dari fakultas lain pun ada. Semua seperti diundang oleh tembakan Adidarma.
CANDI
Kemana aja asal bukan disini!
Tanpa aba-aba mereka semua lari ke arah dengan jumlah zombie paling sedikit.
Mereka harus membunuh beberapa zombie untuk membuka jalan bagi mereka untuk kabur. Maya, Candi, dan Rin sudah lebih lihai dalam menggunakan senjata mereka masing-masing.
Pada satu serangan, linggis Candi tertancap dalam-dalam di kepala satu zombie, dan Candi gagal mencabutnya. Sedangkan beberapa zombbie sudah mendekat.
CANDI (CONT'D)
Ah, sialan!
Adidarma melepas beberapa tembakan ke zombie yang berada di dekat Candi, memberi celah bagi Candi untuk kabur.
Suara dari tembakan-tembakannya justru membuat para zombie mengejar mereka lebih cepat. Adidarma nampaknya tidak menyadari akan hal tersebut.
Tidak ada yang menyadari parasit yang keluar dari mulut para zombie yang tewas. Parasit tersebut melarikan diri ke segala arah, dan membelah diri.
Di hadapan mereka sekarang terdapat sebuah gedung laboratorium. Pintu kaca laboratorium tersebut tertutup.
ADIDARMA
Kita ke sana!
Ketika sampai, mereka mendapati pintu kaca tersebut terkunci.
Adidarma berusaha membuka paksa pintunya, tapi tidak berhasil.
Mereka berbalik untuk mencari jalan lain, namun terlambat. Zombie sudah mengepung mereka. Rin, dan Maya sudah bersiap dengan senjata mereka.
CANDI
Gimana, nih?!
(beat)
Pecahin aja kacanya!
RIN
Ih gimana sih? Mereka bakal masuk juga dong!
Gerombolan zombie semakin dekat.
Terdengar suara kunci pintu sedang dibuka.
Pintu kaca laboratorium dibuka oleh seorang PROFESOR tua berumur 60-an. Ia menggenggam sebuah handphone tua.
PROFESOR
Masuk!
Semua mengikuti perintahnya.
Dengan menekan sebuah tombol, handphone tersebut memainkan ringtone poliponik yang sangat nyaring.
Professor melemparkan handphone tersebut sejauh mungkin ke arah rerumputan. Para zombie mengikuti sumber suara.
Segera Profesor masuk kembali ke laboratorium dan mengunci pintunya. Maya, Rin, Candi, dan Adidarma menunggu di koridor.
INT. LABORATORIUM - DAY
PROFESOR
Ikut saya.
Professor menuntun tamunya menyusuri koridor laboratorium.
Mereka melewati ruangan-ruangan kosong. Dari kursi-kursinya yang masih tertata rapi di atas meja, terlihat ruangan-ruangan tersebut belum digunakan.
Profesor membawa mereka menaiki tangga.
INT. KANTOR KEPALA LAB - DAY
Kantor tersebut cukup luas dan mewah. Bingkai berisikan berbagai sertifikat penghargaan terpampang di mana-mana, juga foto-foto yang menunjukkan masa jaya sang Professor. Di belakang meja kayu besar, terdapat rak berisikan buku-buku tebal yang tersusun rapi dan nampaknya tidak pernah dibuka sama sekali.
Ada juga sound system yang terhubung pada vinyl player.
PROFESOR
Silakan, masuk. Duduk di mana saja. Terserah kalian.
Profesor menutup pintu.
ADIDARMA
Terima kasih, Pak.
Profesor duduk di kursi kerjanya. Tetapi Candi, Rin, Maya, dan Adidarma tetap berdiri.
PROFESOR
Saya kepala lab di sini. Dari mana kalian?
ADIDARMA
Kami dari Sastra.
PROFESOR
Lalu buat apa ke sini? Tempat ini tidak lebih aman dari tempat kalian.
Profesor melihat tamunya satu per satu. Tidak ada yang berani menatap balik Profesor, semua nampak kikuk.
PROFESOR (CONT'D)
Udah nggak ada siapa-siapa lagi selain saya di sini. Yang lain... kalian sudah bertemu mereka tadi di luar. Kalau kalian kesini berharap cari tempat perlindungan, kalian salah tempat.
RIN
Kami bukan cari perlindungan, Pak.
Maya dan Candi menatap Rin dengan tatapan kaget bercampur takjub.
RIN (CONT'D)
Kami cuma ingin pergi dari sini. Semua pintu akses di tempat kami diblokade oleh polisi. Kami pikir, ada jalan keluar lewat Fakultas Teknik ini.
PROFESOR
Tapi ternyata pintu gerbangnya terkunci?
ADIDARMA
Dan kuncinya nggak saya temukan di pos satpam.
PROFESOR
Memang tidak disimpan di pos.
ADIDARMA
Lalu?
PROFESOR
Satpam selalu membawa kuncinya kemana-mana. Jadi kalau kalian ingin, silahkan kalian cari dia. Tapi itu sama saja seperti bunuh diri, kan?
RIN
(senyum)
Kami akan berhati-hati.
PROFESOR
Pikirkan baik-baik. Kalian bicara soal mencari sebuah jarum di tumpukan jerami. Kalaupun kalian berhasil menemukan si satpam itu, terus apa? Bagaimana kalian mau ambil kuncinya?
CANDI
Itu kita pikirkan belakangan.
PROFESOR
Terlalu berbahaya. Kalau kalian buka gerbang, ada kemungkinan para mahluk itu akan ikut ke luar, setelah itu jutaan nyawa akan terancam! Kalian mau bertanggung jawab kalau itu sampai terjadi?
MAYA
Hanya berdiam di sini tanpa melakukan apa-apa pun tidak lebih baik!
PROFESOR
Ya paling tidak di luar sana keluarga kalian aman! Cukuplah kegilaan ini hanya terjadi di dalam kampus ini.
CANDI
Memang Anda yakin tidak ada satupun dari mereka yang berhasil keluar? Mengingat penyebarannya sangat cepat.
PROFESOR
Saya yakin. Fakultas ini yang terakhir kena bahaya, dan kami bergerak cepat.
ADIDARMA
Kita nggak punya banyak waktu.
Adidarma menodongkan pistolnya ke Profesor.
MAYA
(Ke Adidarma)
Hey!
Profesor dan Adidarma saling menatap tajam.
ADIDARMA
Seperti apa ciri-cirinya?
Profesor kemudian tersenyum kecut, lalu menghela napas.
PROFESOR
Terserahlah, cepat atau lambat kita semua akan mati juga. Dia kurus, tinggi, rambutnya cepak. Namanya Salim.
Profesor tertawa kecil mencemooh.
PROFESOR (CONT'D)
Ya itupun kalau kalian bisa cukup dekat untuk baca nametag-nya.
RIN
Terimakasih, Pak.
Adidarma menurunkan pistolnya.
PROFESOR
Pergi kalian.
Candi, Adidarma, Maya, dan Rin berbalik hendak keluar.
PROFESOR (CONT'D)
Tunggu!
Semuanya menghadap Profesor.
Profesor merogoh sakunya, lalu mengeluarkan sebuah KUNCI MOBIL.
Profesor melihat bergantian ke orang-orang di hadapannya. Ia melemparkan kunci tersebut ke Candi.
PROFESOR (CONT'D)
Pegang. Siapa tau perlu. Mobil sedan biru. Kalian tadi pasti lewatin.
Candi menangkap kuncinya lalu menatap Profesor penuh tanya. Profesor memberikan gerakan tangan untuk mengusir mereka.