Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. TOILET - DAY
Rin mencuci mukanya dua kali di wastafel dan melihat ke kaca, tapi tidak melihat dirinya sendiri, melainkan Maya yang berdiri dibelakangnya.
RIN
May, menurut lo, gue bakal bisa ketemu orang tua gue lagi nggak ya?
MAYA
Hush! Jangan ngomong gitu. Gue yakin kok kita bisa survive. Eh tapi ngomong-ngomong, kita itu termasuk beruntung banget loh.
RIN
Iya ya. Kita udah dikasih warning. Kalau aja kita nggak tau apa-apa...
Rin tertunduk. Dua tangannya memegang erat masing-masing sisi wastafel.
MAYA
Kita harus saling jaga ya, Rin. Gue, lo, Candi. Pokoknya dalam situasi kayak gini kita harus nempel terus. Kalau udah begitu gue yakin kok kita nggak bakal kenapa-napa.
Rin diam. Maya mencari cara untuk membuat Rin senyum.
MAYA (CONT'D)
(Dengan nada dibuat-buat)
Kita adalah sahabat selamanya. Kita akan menghadapi semua rintangan bersama-sama!
Rin senyum, Maya bisa melihatnya dari kaca.
RIN
Norak ih, May.
Rin berbalik menghadap Maya.
RIN (CONT'D)
Makasih loh. Gue nggak ngerti kok lo bisa keliatan tenang banget. Seolah nggak khawatir dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi sama diri lo sendiri.
MAYA
Gue takut, Rin. Gue juga khawatir. Tapi gue berusaha untuk nggak nunjukkin itu semua. Siapa tau kan, dengan masang muka tegar dan sok berani begini, nanti bakal nular ke yang lain juga! Siapa tau bisa bikin yang lain jadi nggak putus asa.
RIN
(Tersenyum)
Bisa aja lo ya. Tapi emang lumayan ngaruh sih ke gue.
MAYA
Ya udah yuk ah, kasian tuh pacar lo nungguin...
RIN
Heh!
Rin mendorong lengan Maya sedikit.
Maya cekikikan sambil lanjut bicara.
MAYA
Kelamaan berdiri depan toilet cewek, ntar dikira cabul lagi.
INT. GEDUNG FAKUKTAS LANTAI 1 - DAY
Begitu Maya dan Rin keluar, terlihat Candi sedang bersandar pada dinding. Wajahnya merengut.
CANDI
Lama banget.
MAYA
Aduh Candi maaf ya, gue minjem pacar lo kelamaan. Kangen ya? Sampe jadi ngerunyem begini.
CANDI
May, bahkan gue aja, seorang Candi, sekarang ini nggak punya mood buat becanda. Ayo buruan balik ke kelas aja.
MAYA
Yaudah ayo.
Begitu mencapai koridor Rin, Maya dan Candi mendengar suara-suara sirene mobil polisi dari kejauhan.
EXT. KOMPLEKS UNIVERSITAS - DAY
Para korban wabah yang berkeliaran di sekitar kompleks universitas menghadap dan berjalan menghampiri datangnya suara sirene polisi.
INT. RUANG KELAS - DAY
Rin, Candi dan Maya masuk ke kelas yang ricuh dan menemukan seluruh siswa dalam keadaan gembira karena mereka mengira bantuan sudah datang.
Sementara Rin kembali ke tempat duduknya. Maya mengajak Candi bicara empat mata.
MAYA
Sini dulu bentar.
CANDI
Apaan sih?
MAYA
(Dengan suara pelan)
Gue tau lo takut. Gue juga takut. Tapi sebisa mungkin lo coba jangan tunjukin itu. Kasian Rin.
Candi melihat ke Rin sejenak, kemudian kembali menatap Maya. Candi agak berbisik.
CANDI
Gue kepikiran aja, nasib gue bakal gimana.
Maya memotong Candi.
MAYA
Tenang, Can. Kita semua di sini bakal saling jaga kok. Gue yakin.
CANDI
May, ketika dalam situasi krisis, orang-orang akan lebih mentingin keselamatannya sendiri. Nggak akan mereka tengok kanan-kiri.
Maya baru saja ingin membalas ketika Rin memanggil mereka berdua.
RIN
Maya, Candi!
MAYA
Iya, sabar.
(Ke Candi)
Untuk sementara ini, inget... Jangan keliatan takut didepan Rin. Itu juga kalau lo emang perduli sama dia.
Maya menghampiri Rin, sementara Candi tetap berdiri disitu, berpikir.
INT. RUANG KELAS - EVENING
Hari semakin sore. Mahasiswa kembali kuatir karena sampai sekarang belum ada bantuan yang datang.
Candi, melihat ke luar jendela. Diluar sana sepi. Dia kemudian berbalik dan melihat Rin yang duduk di kursi, menggigit kuku ibu jarinya. Hal yang dilakukan ketika gelisah. Candi menghampiri Rin.
CANDI
(Memegang pundak Rin)
Rin.
Rin tersentak.
RIN
Eh, Candi.
Maya memperhatikan mereka berdua. Candi duduk di kursi kosong sebelah Rin.
CANDI
Hewan apa yang mirip kura-kura? Enam huruf.
Rin kebingungan.
RIN
Ih apaan sih, tiba-tiba gitu.
CANDI
Udah tebak aja, buruan.
RIN
Apa? Penyu? Eh, itu lima huruf ya?
CANDI
Ibunya...
RIN
Hah, apa?
(Mikir sejenak)
Ooooooooh!
Kemudian Rin tertawa lepas.
Candi berkontak mata dengan Maya dan Maya mengangguk memberi isyarat: Good job.
INT. RUANG KELAS - DUSK
Matahari sudah mulai terbenam. Situasi semakin ricuh.
Ada yang mengetuk pintu: Bu Waluyo.
Adidarma dan Bu Waluyo bicara berbisik di ambang pintu kelas.
ADIDARMA
Ada kabar?
BU WALUYO
Situasinya gawat, Pak. Mereka sudah mengirimkan bala bantuan yang lebih besar untuk kita. Pasukan khusus.
Adidarma melihat ke belakang pundaknya, memastikan tidak ada yang mencuri dengar.
ADIDARMA
Separah itu?
BU WALUYO
Begitu yang saya dengar. Saya cuma diberitahu bahwa mereka kehilangan kontak dengan polisi yang dikirim kesini tadi siang. Saya nggak dikasih tahu apa-apa lagi.
ADIDARMA
Baiklah, kalau begitu. Terima kasih, Bu.
Bu Waluyo pergi, Adidarma menutup pintu. Kemudian ia berjalan ke depan kelas, menghadap para siswanya.
ADIDARMA (CONT'D)
Semuanya, dengar!
(Beat)
Saya sarankan lebih baik kalian menghubungi orang tua kalian. Beri mereka kabar.
INT. RUANG KELAS - DUSK
Kebanyakan dari mereka melakukan hal tersebut, termasuk Rin. Beberapa sambil menangis, dan meminta maaf kepada orang tua mereka seolah tidak akan bertemu lagi.
Ada juga yang tidak menghubungi siapapun, seperti Maya dan Candi.
CANDI
Lo nggak hubungin nyokap lo, May?
MAYA
Gue udah chat dia, bilang bakal pulang telat.
CANDI
Gitu aja?
MAYA
Sisanya bakal gue ceritain nanti pas ketemu dia. Lo gimana?
CANDI
Ah, emangnya mereka bakal perduli? Lo tau orang tua gue gimana. Yang satu sibuk ngejilat atasan, yang satu sibuk ngepost foto arisan.
MAYA
Tapi kan tetep orang tua lo, Can. Mereka berhak tau kabar lo.
CANDI
Liat aja nanti.
Candi dan Maya diam dalam canggung. Tatapan Candi tertuju pada Rin yang sedang menelepon.
CANDI (CONT'D)
Gue nggak bakal mati disini, May.
MAYA
Iya bener. Demi Rin.
Candi menatap Maya. Wajahnya penuh kebulatan tekad.
MAYA (CONT'D)
Gue yakin kok dia juga punya perasaan yang sama ke lo.
Rin, sementara itu, sedang mendebatkan sesuatu dengan ayahnya.
RIN
Nggak usah, Daddy! Tenang aja, Rin bakal baik-baik aja. Daddy tunggu dirumah aja, Rin bakal pulang kok. Rin janji.
(Diam selagi ayahnya bicara)
Kan udah dibilang nggak usah kesini! Dad... Halo? Halo! Aduh ya ampun!
Rin berdiri, celingak-celinguk dan menemukan dua sahabatnya. Rin mengampiri mereka. Panik.
RIN (CONT'D)
Bokap gue mau kesini! Gimana dong nih!
CANDI
Lo bilang apa ke bokap?
RIN
Ya gue ceritain aja, kalau ada masalah di kampus dan semua siswa dilarang keluar dulu. Trus dia nanya-nanya masalah apa, gue jawab aja nggak tau. Ya mau gimana coba jelasinnya? Terus...
(mulai menangis)
Terus dia bilang mau jemput. Kalau dia kenapa-napa gimana?
Candi melihat Maya dengan tatapan: Gue atau lo?
MAYA
(berbisik)
Ya gue lah!
Maya memeluk Rin. Mengusap-ngusap rambutnya.
MAYA (CONT'D)
Shhh... Berdoa aja Rin semoga bokap lo nggak kenapa-kenapa. Semoga pas dia sampe sini, situasi udah aman.
Terdengar lagi SUARA SIRENE dari kejauhan. Lebih banyak dan lebih kencang dari sebelumnya. Suara tersebut bergerak, semakin mendekat. Sampai akhirnya hanya berasal dari satu titik: Gerbang Utama Universitas.
Sirene mati. Keadaan sunyi. Semua fokus mendengarkan, hanya ada suara isakan samar yang keluar dari Rin. Diapun berusaha untuk menghentikan tangisnya.
Beberapa menit kemudian, terdengar letupan-letupan keras yang tidak lain adalah suara TEMBAKAN SENJATA API yang bergemuruh di tengah kesunyian.
Semua siswa mendengarkan dengan penuh harap. Beberapa duduk di kursi dengan posisi tegang, beberapa berdiri, beberapa melihat ke luar dari jendela.
Suara tembakan senjata api tersebut belum berhenti dalam waktu yang agak lama. Raut wajah para siswa mulai kembali menunjukan harapan.
Anton melihat ke luar jendela dengan penuh semangat walaupun tidak bisa melihat apa-apa. Anton bergumam sendiri.
ANTON
Tembak semuanya. Ayo, bunuh semua!
Suara LEDAKAN demi ledakan. Siswa terkejut dan dengan refleks membawa dirinya mundur menjauhi jendela, terutama yang memang didekat jendela.
Suara tembakan semakin sedikit jumlahnya dan tidak lama kemudian...
Kembali sunyi.
Dari kejauhan, ASAP tebal berdansa tinggi di udara. Bukan pertanda baik.
Tidak terjadi apa-apa lagi.
INT. RUANG DOSEN - NIGHT
Para dosen sedang mendebatkan sesuatu. Suparman dan Yunus berdiri di pojokan.
SOFYA
Tapi kan itu bahaya!
PHILLIPS
Ya kalau Anda tetap mau di sini terus, silahkan saja.
ADIDARMA
Kalau kita cuma nunggu, nggak bakal ada solusinya. Tadi siang, polisi sudah dikirimkan ke sini. Ada yang datang membantu? Nggak. Setelah itu mereka kirim pasukan yang lebih besar. Lalu apa yang terjadi?
Adidarma merentangkan tangannya dengan maksud: Lihat, tidak ada yang berubah kan?
ADIDARMA (CONT'D)
Mau sampai kapan seperti ini?
SOFYA
Tapi kan kita bertanggung jawab atas keselamatan seluruh siswa, pak! Bagaimana jika terjadi sesuatu? Bahkan orang-orang yang bersenjata dan terlatih saja dibabat habis oleh mahluk-mahluk itu, gimana kita?
ADIDARMA
Begini. Pak Suparman baru saja memberitahu saya sesuatu. Mahluk-mahluk itu tidak bisa melihat. Mereka mencari mangsanya lewat suara. Sekarang lihat ke luar, tidak ada satu pun dari mereka yang berkeliaran. Kenapa? Karena suara sirene, tembakan dan segala macamnya tadi itu memancing mereka semua menuju ke satu tempat. Ke sumber suara. Walaupun mungkin tidak semuanya, tapi untuk sementara waktu, sudah cukup membantu. Kita bisa gunakan kesempatan ini untuk pergi ke auditorium.
SUPARMAN
Tapi akhir-akhir ini auditorium sedang tidak dipakai, jadi pasti dikunci. Tapi saya tau kuncinya disimpan dimana, bisa saya ambilkan.
SOFYA
Setelah kita sampai sana, lalu apa? Rencana anda kedengarannya seperti cuma berpindah dari satu perangkap ke perangkap yang lain. Bukan solusi namanya.
ADIDARMA
Tenang, Bu. Kita disana cuma singgah sementara.
Semua mata menatap Adidarma dengan penasaran.
INT. GEDUNG FAKULTAS LANTAI 1 - NIGHT
Adidarma, Suparman dan Yunus berdiri di depan pintu akses. Yunus sedang membuka gembok.
ADIDARMA
(Ke Suparman)
Hati-hati, Pak.
Suparman pergi ke luar dan setelah itu Yunus kembali mengunci pintunya. Yunus berdiri disitu menjaga pintu, bersiap kalau-kalau Suparman kembali.
INT. RUANG KELAS - NIGHT
Adidarma baru saja selesai menjelaskan sesuatu kepada mahasiswanya. Mereka semua terlihat fokus.
ADIDARMA
Saya akan melakukan apapun... apapun, agar kalian semua bisa keluar dari situasi ini. Saya minta kalian percaya sama saya.
Semuanya mengiyakan. Salah seorang MAHASISWI bertanya.
MAHASISWI
Pak, emang bener cuma kita-kita disini yang masih hidup?
Teman di sebelahnya menyenggol dia sambil berbisik. Dia membalas dan menyuruh diam. Adidarma diam sejenak sebelum menjawab.
ADIDARMA
Saya nggak tahu. Kita cuma bisa berharap.
EXT. KOMPLEKS UNIVERSITAS - NIGHT
Kompleks universitas sepi dan sunyi. Suparman hanya ditemani oleh suara serangga dan deru angin malam. Suparman menyorotkan senternya kesana kemari, memeriksa keadaan kalau-kalau masih ada korban wabah yang berkeliaran.
Dia berjalan perlahan, sesekali melihat kebawah untuk memastikan ia tidak akan menginjak sesuatu yang dapat menimbulkan suara berisik.
Lampu-lampu sekitar universitas padam. Senter yang digenggam Suparman hanya satu-satunya sumber cahaya yang ada.
Setelah perjalanan yang cukup jauh, Suparman akhirnya sampai di gedung auditorium.
EXT. DEPAN GEDUNG AUDITORIUM - NIGHT
Suparman berdiri di depan tangga menuju pintu auditorium, tapi tidak menaiki tangga tersebut.
SUPARMAN
Sejauh ini aman.
Suparman berjalan mengitari auditorium menuju ke pos petugas.
Pos petugas merupakan bangunan kecil yang terletak disamping auditorium. Ada sepasang jendela besar pada bangunan tersebut yang menghadap auditorium. Karena gelap, Suparman tidak bisa melihat kedalam, bahkan dengan senter sekalipun.
Suparman menghampiri pintu kaca menuju kedalam pos. Dia buka secara perlahan. Bagian bawah pintu tersebut bergesekan dengan ubin menghasilkan suara nyaring. Suparman langsung berhenti mendorong pintu sebelum menghasilkan suara lebih banyak lagi.
Suparman menahan napas. Air wajahnya tegang dan waspada. Dia melihat ke sekitar... kosong. Setelah ketegangannya mereda, Suparman melihat pintu itu sudah terbuka cukup lebar untuk dia bisa menyelip masuk, dan itulah yang dia lakukan.
INT. POS PETUGAS - NIGHT
Didalam pos petugas, Suparman menyenteri seluruh ruangan. Nampak kosong. Namun ada bagian yang terhalang sekat sehingga ia tidak bisa melihat bagian tersebut. Suparman hendak menyalakan lampu, tapi tidak jadi karena akan menimbulkan suara.
Suparman berjalan menuju sisi lain ruangan, berhati-hati agar tidak mnyandung sesuatu. Di sisi lain terdapat sebuah tempat menggantung kunci yang terpasang pada dinding. Disitu ada tiga kunci, dan Suparman mengambil satu set kunci di paling kiri, yaitu kunci-kunci untuk gedung auditorium.
Kunci-kunci tersebut menimbulkan suara gemercik ketika Suparman mencoba untuk melepaskannya dari gantungannya. Ketika sudah dapat, Suparman membalik badan hendak keluar, ketika...
Korban wabah berdiri tepat didepannya. Senter Suparman menyorot wajah korban tersebut. Wajah yang Suparman kenal baik. PRAPTO, akhir 30an, merupakan salah satu petugas security.