Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Black
Suka
Favorit
Bagikan
9. PART 9

INT. KANTOR KONTAINER - MORNING

Zombie menggedor-gedor pintu dan berteriak-teriak. 

Candi menggenggam gagang pintu dan menariknya kuat-kuat sekadar untuk cari aman. 

Rin menghampiri Candi, memegang pundaknya kemudian merangkul lengannya.

RIN

Udah Candi, lepas aja. Aman.

Candi perlahan melepaskan genggamannya. 

Untuk pertama kalinya mereka memperhatikan kantor kecil tersebut. 

Kantor itu kecil dan berantakan. Beberapa sarung tangan dan helm proyek kotor berserakan di lantai. Komputer yang terletak di sudut ruangan terbalik, seolah habis dibanting. Di lantai dan dinding, terdapat cipratan-cipratan cairan hitam.

Perhatian Maya, Candi, dan Rin teralih ke meja besar di tengah ruangan. Sepertinya seharusnya merupakan meja kerja. Alih-alih, terletak kepompong besar berwarna hitam kebiruan. Di dekat meja tersebut sebuah palu tergeletak di lantai.

Kepompong hitam tersebut terbuka lebar. Bagian dalamnya berwarna biru terang.

Tidak ada apapun di dalamnya. Ia terlihat seperti laba-laba raksasa yang mati terbalik.

Candi mendekat perlahan.

RIN (CONT'D)

Can, bahaya ih!

CANDI

Santai. Ini kayaknya kosong, deh.

MAYA

Mungkin nggak sih asalnya dari sini?

Candi berjalan semakin dekat menuju kepompong tersebut. Tangannya mendekat hendak menyentuh.

MAYA (CONT'D)

Can, jangan dipegang.

CANDI

Kenapa, kan udah kosong?

MAYA

Kita nggak tau di kulitnya ada apa. Nggak usah macem-macem.

Candi mengangkat bahu, kemudian meraih sarung tangan yang tergeletak di lantai.

CANDI

Kalau ditutup sarung tangan, aman kan?

Maya dan Rin hanya geleng-geleng kepala.

Candi memeriksa kepompong tersebut. Ia menyentuh bagian cangkangnya yang keras, ia mengetuknya beberapa kali. Kemudian Candi meraba bagian dalam kepompong tersebut, lengket dan agak kenyal.

Tidak ada yang berbahaya, tidak ada yang menarik juga. Semua aman-aman saja.

CANDI (CONT'D)

Kata gue juga apa.

BUK! BUK!

Zombie menggedor-gedor kaca kantor.

Maya menempelkan telunjuknya ke mulut.

Candi dan Rin mengerti.

Mereka diam, tidak bergerak ataupun berbicara. Untuk bernapas pun mereka berhati-hati. 

RIN

(berkomat-kamit)

Gimana nih?

Maya hanya memberi gestur untuk tetap tenang.

EXT. KANTOR KONTAINER - SAME TIME

Zombie-zombie mengerumuni kantor kontainer. Menggedor, mendorong, berusaha masuk. 

Tiba-tiba terdengar suara tembakan dari kejauhan.

Zombie-zombie menengok ke arah suara, melenguh, lalu berlari menuju sumber suara.

INT. KANTOR KONTAINER - CONTINUOUS

Rin menghela napas dan terduduk lemas di lantai. Candi melihat keluar jendela. Para zombie menjauh dari mereka.  

CANDI

Mereka pada pergi.

MAYA

Siapa yang nembak?

RIN

Mungkin mereka ngirim penyelamat lagi buat kita?

Candi masih melihat ke luar jendela.

CANDI

Nggak.

RIN

Kok lo yakin?

Candi menatap Rin.

CANDI

Lo denger nggak?

Rin diam, berusaha mendengarkan.

RIN

Gue nggak denger apa-apa.

CANDI

Itu dia. 

(beat)

Kalau emang bener mereka ngirim pasukan lagi, suasananya nggak akan sesepi ini? Inget pas kemarin sore? 

MAYA

Masuk akal sih.

CANDI

Tadi itu suara orang yang lagi berusaha bertahan hidup. Sama kayak kita.  

RIN

Jadi, orang yang tadi nembak itu sekarang nasibnya gimana?

Candi mengangkat bahu. 

MAYA

Can, di luar gimana?

Candi kembali melihat ke luar jendela.

CANDI

Kosong.

MAYA

Kita keluar sekarang.

RIN

Hah? Lo yakin, May?

MAYA

Iya. Cuma sekarang waktunya. Mumpung aman.

EXT. LAHAN KONSTRUKSI - CONTINUOUS

Pintu kantor terbuka dan dari baliknya muncul Candi, Rin, dan Maya. Candi yang berada paling depan langsung merentangkan tangannya untuk mencegah dua temannya.

RIN 

Pak Darma?

Adidarma yang menodongkan pistolnya ke tiga siswanya. Terdapat beberapa luka kecil pada wajah dan tangan Adidarma. 

Adidarma menurunkan tangannya.

ADIDARMA

Kalian?

Candi, Maya, dan Rin bersikap waspada. Nampaknya Adidarma tidak menyadari itu, atau tidak perduli. Ia hanya sedikit melirik ke senjata yang dipegang para siswanya. 

ADIDARMA (CONT'D)

Kok kalian bisa ada disini?

CANDI

Kaget liat kita masih hidup?

Adidarma hanya melihat Candi, tapi sebelum sempat menjawab...

RIN

Kita niatnya mau keluar dari sini, Pak.

ADIDARMA

Percuma. Polisi memblokade akses keluar-masuk pada penyerbuan kemarin.

MAYA

Darimana anda tahu?

ADIDARMA

Saya lihat sendiri.  

CANDI

Kayaknya kita nggak bakal tahu kalau nggak liat sendiri.

ADIDARMA

(dengan nada penuh kengerian)

Percaya sama saya, kalian nggak ingin lihat keadaan di sana. 

CANDI

Nggak akan lebih parah dari apa yang kita udah alamin kan?

ADIDARMA

Silahkan kalau kalian memang ingin liat mayat-mayat hangus atau potongan tubuh bergeletakan dimana-mana. 

Rin bergidik.

ADIDARMA (CONT'D)

Jadi kita terjebak disini. Nggak ada jalan keluar buat kita.

RIN

Sebetulnya, masih ada Fakultas Teknik.

Semua melihat ke Rin.

RIN (CONT'D)

Iya, kita bisa keluar lewat sana.

MAYA

Tapi kan itu jauh banget.

RIN

Justru itu. Mereka itu misah sendiri kan, jadi punya akses keluar-masuk sendiri juga. Siapa tau kita bisa keluar lewat sana. Siapa tau juga di sana masih aman. 

CANDI

Tapi kita belum pernah ada yang ke sana sebelumnya. Kita nggak tau jalan.

RIN

Gue pernah kok.

(beat)

Pernah punya mantan anak Teknik.

CANDI

Oh?

ADIDARMA

Ya sudah kalau gitu, kita jalan sekarang. Kalian ikuti saya.

(ke Rin)

Kamu kasih tahu ya harus kemana.

Candi akan memprotes tapi Maya menahannya. 

CANDI

(berbisik ke Maya)

Kenapa kita harus ngikutin dia?

EXT. UNIVERSITAS - DAY

Mereka menyusuri area Universitas. Adidarma berjalan paling depan, sementara Rin, Candi, dan Maya mengikuti di belakang. 

MAYA

Siswa yang lain mana? Kenapa Anda sendiri?

Adidarma tidak menjawab.

CANDI

Anda nggak tahu. Anda terlalu sibuk nyelamatin diri sendiri sampai lupa nengok ke belakang.  

Adidarma berbalik menghadap Candi.

ADIDARMA

Maksud kamu apa?

CANDI

Oh, nggak ada maksud apa-apa.

Untuk beberapa waktu, Candi dan Adidarma hanya saling tatap tanpa bicara. Sampai Maya menengahi mereka.

MAYA

Bisa kita jalan lagi?

Sambil mendengus jijik, Adidarma meninggalkan Candi.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar