Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. GEDUNG FAKULTAS LANTAI 1 - DAY
Pak Suparman dan petugas TU lainnya, YUNUS umur 30an, baru saja keluar dari ruang dosen.
SUPARMAN
Yunus, kamu ambil kunci.
YUNUS
Baik, Mas.
Yunus jalan ke ruang TU. Pak Suparman berjalan ke pintu akses utama, sebuah pintu ganda dari kaca yang cukup besar, yang dua-duanya dibuka lebar.
INT. RUANG TATA USAHA - DAY
Yunus memasuki ruang tata usaha yang agak berantakan dengan berkas-berkas yang bertumpuk di meja-meja. Di salah satu meja tersebut Bu Waluyo sedang marah-marah lewat telepon.
BU WALUYO
Iya, Pak. Saya ngerti kalau bapak nggak percaya. Sejujurnya saya juga nggak yakin sama cerita Pak Parman, tapi kan jangan sampai kita membahayakan mahasiswa cuma karena pendapat pribadi. Lebih baik cari aman. Koordinasi dengan para dosen, minta siswa agar tetap berada didalam fakultas. Paling tidak sampai benar-benar jelas situasinya.
Pak Yunus membuka laci salah satu meja, mengambil satu set kunci-kunci untuk semua pintu pada gedung fakultas.
BU WALUYO (CONT'D)
Baik. Tolong ya, Pak. Terimakasih.
Bu Waluyo menutup telepon. Melihat ke Pak Yunus.
YUNUS
Mas Parman minta kunci.
BU WALUYO
Ya sudah, Yunus, cepetan.
INT. GEDUNG FAKULTAS LANTAI 1 - DAY
Pak Yunus melihat dosen-dosen baru saja keluar dari ruang dosen dan menuju kelasnya masing-masing. Yunus bergegas menuju Suparman.
YUNUS
(Memberikan kunci)
Ini, Mas.
Suparman, mengambil kunci itu dan ketika akan menutup pintu kaca, Suparman terdiam sejenak. Menyipitkan mata.
EXT. KOMPLEKS UNIVERSITAS - CONTINUOUS
LONG SHOT
Dari kejauhan terlihat beberapa sosok orang yang sedang berdiri diam. Ada juga yang berjalan dengan pelan kesana-kemari tanpa tujuan. Mereka semua bukan lagi manusia normal.
SUPARMAN
Ya ampun, udah pada nyampe sini!
Kemudian Pak Suparman melihat ada para mahasiswa dari salah satu fakultas yang baru saja keluar dari gedung fakultasnya.
Pak Suparman bergegas ke luar.
SUPARMAN (CONT'D)
Kalian! Masuk, jangan ada yang di luar! Masuk!
Banyak mahasiswa yang menoleh kearahnya dengan wajah bingung.
Mereka semua mengalihkan perhatian mereka dari Suparman dan melanjutkan urusannya masing-masing.
INT. RUANG TATA USAHA - CONTINUOUS
Bu Waluyo sedang bicara di telepon, terhenti ketika mendengar suara ramai-ramai di luar.
BU WALUYO
Sebentar ya, Bu.
Bu Waluyo menaruh gagang telepon di meja dan bergegas ke jendela. Bu Waluyo melihat ke luar.
BU WALUYO (CONT'D)
Haduh! Udah dibilang jangan pada dikeluarin dulu!
INT. GEDUNG FAKULTAS LANTAI 1 - DAY
Pak Suparman menutup pintu kaca. Kemudian dengan rantai dan gembok yang menggantung di salah satu gagang, Pak Suparman mengunci pintu tersebut. Pak Parman memberikan kunci ke Yunus.
SUPARMAN
Kamu kunci pintu yang di samping. Cepet!
Yunus menurut dan segera berlari ke pintu akses samping. Pintu akses samping memiliki pintu kayu ganda dan pintu jeruji. Sesampainya di sana, Yunus menutup pintu jeruji dan menguncinya dengan rantai.
Tidak jauh dari seberang pintu jeruji terdapat pintu menuju fakultas lain. Yunus pun melihat beberapa mahasiswa yang keluar dari gedung itu.
Yunus hanya melihat mereka, tidak berkata-kata. Ingin memperingatkan tapi takut tidak dipedulikan. Beberapa dari mereka menatap balik sambil berlalu.
Yunus menutup pintu juga pintu kayunya dan kembali ke Pak Suparman.
SUPARMAN (CONT'D)
Sudah?
YUNUS
Sudah, Mas.
Kemudian ada teriakan dari luar.
INT. RUANG KELAS - DAY
Adidarma baru saja menyampaikan situasi saat itu kepada para mahasiswa kelasnya.
Suasana kelas ramai dengan obrolan-obrolan para mahasiswa. Ada yang panik, ada juga yang tidak percaya... Malah ada juga yang gembira. ANTON, BARA dan TUKO adalah termasuk mereka yang tidak percaya.
ANTON
Ini apaan sih, kita ceritanya lagi main di film zombie apa gimana?
BARA
Aneh banget ya. Penyakit baru tuh kayaknya!
TUKO
Rabies versi orang ya?
Mereka bertiga cekikikan.
RIN
Kok serem ya?
CANDI
Gue peluk ya biar nggak takut?
RIN
Idih, pengennya.
CANDI
Tapi bener loh, katanya kalau ada dua orang yang terlibat dalam situasi antara hidup dan mati dan mereka berhasil bertahan hidup, hubungan mereka berdua jadi jauh lebih kuat dari sebelumnya. Jadi bakal lebih menghargai kehadiran satu sama lain.
RIN
Terus?
CANDI
Ya gitu. Kan sekarang ini lo agak sebel sama gue, jadi siapa tau kalau kita selamat dari apapun ini, lo bakal lebih bersyukur atas kehadiran gue di samping lo. Hehe.
RIN
Ih, Candi. Kadang gue nggak bisa bedain lo lagi becanda atau serius. Gue anggap becanda aja deh ya. Lagipula kan ini belum tentu situasi hidup dan mati. Lebay deh.
CANDI
Dari cerita Papi Darma lo itu sih, gue ngerasa ini bukan masalah sepele.
MAYA
Kalian ngobrol kok berdua aja sih?
terdengar teriakan dari luar.
Maya yang paling dekat jendela menengok ke luar. Mahasiswa yang lain kelas beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri jendela. Adidarma juga.
EXT. KOMPLEKS UNIVERSITAS - DAY
Orang-orang yang terinfeksi, jumlahnya telah bertambah, datang dari satu arah dan menyerang para mahasiswa yang berada di luar gedung fakultas.
Seorang mahasiswa perempuan dicekik dan ketika mulutnya terbuka, parasit hitam dari mulut salah satu mahasiswa yang terjangkit meluncur masuk ke mulut perempuan itu.
Banyak yang berlari kembali masuk ke gedung fakultas masing-masing dan dikejar oleh beberapa mahasiswa yang sudah terkena wabah itu. Mereka yang telat melarikan diri pun menjadi korban baru wabah tersebut.
Keadaan kacau. Orang berlari kesana-kemari, teriakan panik mereka yang mencari tempat berlindung, teriakan putus asa mereka yang sudah tidak ada lagi kesempatan untuk hidup, dan juga lolongan para korban yang haus mencari mangsa baru.
Tidak hanya dari luar, mereka juga memasuki gedung-gedung fakultas untuk mencari korban selanjutnya. Banyak orang yang berusaha melarikan diri ke luar gedung.
Terlihat seorang mahasiswa tewas terjatuh dari jendela lantai tiga karena didorong oleh orang yang sudah menjadi korban wabah. Mahasiswa itu tewas terkapar dengan leher patah.
Kemudian korban wabah itu kembali bangun dan memuntahkan parasit ke mulut mahasiswa yang tewas.
INT. RUANG KELAS - DAY
Maya tersentak, mengatup mulut dengan kedua tangannya. Candi menempelkan wajah dan dua telapak tangannya ke kaca. Rin mundur menjauh dari kaca, kemudian lari ke luar ruangan, sambil terisak.
Hanya Candi dan Adidarma yang menyadari Rin ke luar kelas.
ADIDARMA
Eh kamu!
CANDI
Rin!
(ke Maya)
Eh, May, ayo!
Candi menarik tangan Maya. Maya tidak merespons, masih terlihat terguncang.
INT. KORIDOR LANTAI 3 - CONTINUOUS
Di koridor lantai 3, Candi melihat sekilas Rin menuruni tangga dan mengikutinya bersama Maya.
INT. GEDUNG FAKULTAS LANTAI 1 - DAY
Pak Suparman dan Pak Yunus menyaksikan kejadian di luar lewat pintu kaca. Pak Yunus ketakutan.
SUPARMAN
Tenang aja, ini kacanya kuat kok. Kita aman disini, sampe ada bantuan dateng.
Ada seorang MAHASISWA laki-laki berlari ke arah pintu kaca. Mahasiswa itu memukul-mukul pintu kaca dengan dua telapak tangannya. Wajahnya merah dan ekspresinya marah.
MAHASISWA
Buka pintunya! Tolong saya, pak! Buka pintunya!
YUNUS
(Melihat ke pak Parman)
Pak?
SUPARMAN
Jangan, Nus. Gila aja kamu. Mundur!
Pak Suparman dan Yunus mundur perlahan.
MAHASISWA
Jangan pergi, pak! PAK! BUKA PINTUNYA!!
Yunus berbisik berdoa.
INT. RUANG KELAS - DAY
Adidarma kelihatan gelisah.
Beberapa mahasiswa perempuan ada yang menangis. Sementara yang laki-laki bergumam kepada teman-temannya atau bergumam sendiri.
Anton, Bara dan Tuko menjauh dari yang lain dan kembali ke tempat duduk mereka, bergerombol.
BARA
Gila! Lo liat nggak sih yang jatoh tadi?
(Megang lehernya)
Kepalanya... Hiii~
ADIDARMA
Semuanya, mohon tenang! Guys... Coba tolong...
Tidak ada mahasiswa yang mendengar.
ADIDARMA (CONT'D)
(Teriak)
Harap tenang! Saya mohon tenang dan kembali duduk!
Adidarma diam sejenak, menunggu semua mahasiswa kembali ke tempat duduk dan memastikan keadaan tenang.
ADIDARMA (CONT'D)
Jangan khawatir. Saya sudah menyuruh Pak Suparman untuk mengamankan semua pintu akses. Saya juga sudah meminta tolong Bu Waluyo untuk menghubungi polisi. Kalian tetap di sini, jangan kemana-mana. Tunggu sampai bantuan datang. Saya mau ke bawah dulu untuk memeriksa keadaan. Tetap di kelas.
Adidarma keluar.
INT. GEDUNG FAKULTAS LANTAI 1 - DAY
Rin berjalan cepat di koridor lantai 1. Kepalanya tertunduk.
Candi dan Maya mengikuti dibelakangnya. Candi ngos-ngosan karena baru saja menuruni tangga.
CANDI
Rin!
Tanpa menoleh Rin menjawab.
RIN
(Sambil berusaha menyembunyikan isakannya)
Gue cuma mau ke toilet!
Terdengar suara orang menggedor-gedor pintu kaca
Rin mengangkat kepala. Ada Pak Suparman dan Pak Yunus berdiri di pertigaan koridor, menghadap pintu kaca. Ekspresi keduanya tampak tegang. Mereka mundur sedikit-sedikit.
Rin memperlambat langkahnya.
RIN (CONT'D)
(sambi mengusap air mata di wajah)
Ada apa sih, Pak?
Tidak ada jawaban. Pak Yunus masih berdoa.
Rin yang kebingungan tetap melangkah, walaupun mengambil setiap langkahnya dengan perlahan.
Maya berlari kecil untuk menyusul Rin.
CANDI
(Tersengal-sengal)
May, pelan pelan!
Rin dan Maya melihat ada seorang mahasiswa berdiri disana sedang mengetuk-ngetuk pintu dengan telapak tangannya dengan lemas. Kemudian mendadak ia berhenti.
Mengalir perlahan dari mulut, telinga dan matanya, adalah cairan kental hitam yang telihat seperti tinta. Mahasiswa itu mengeluarkan suara seperti orang tercekik. Kedua pupilnya mengecil hingga hanya titik.
Mahasiswa itu hanya berdiri diam di depan pintu kaca, matanya masih menatap tetapi kosong dan tidak responsif. Kedua tangannya merosot perlahan dari kaca dan jatuh menggantung dengan lemas di masing-masing sisi badan.
Suparman mendorong Yunus untuk mundur lebih jauh. Yunus berdoa dengan lebih keras.
Rin menjerit, tapi ia dengan cepat mengatup mulut dengan dua tangannya. Rin mundur hingga punggungnya menabrak dinding. Maya mendekati dan merangkul Rin.
Mahasiswa itu sudah sepenuhnya menjadi korban wabah. Dia hanya diam sambil sesekali mengerang pendek. Pak Yunus, Pak Suparman, Candi, Rin dan Maya hanya terdiam di tempatnya masing-masing. Tidak ada yang berani bergerak.
Suara pintu terbuka dan ditutup. Bu Waluyo berlari kecil menuju tempat yang lain berkumpul.
SUPARMAN
Shh!
Bu Waluyo berhenti.
BU WALUYO
Tadi saya dengar ada yang teriak!
Pak Suparman melihat ke Bu Waluyo sambil menempelkan telunjuk di bibirnya sendiri. Kemudian menyuruh bu Waluyo berhenti berjalan. Bu Waluyo menurut tapi wajahnya khawatir.
Dia mendengar isak tangis Rin yang sekarang dipeluk Maya.
Terdengar SUARA LOLONGAN korban lain dari kejauhan.
Korban tadi mulai perlahan membalik badan dan berjalan menjauh dari pintu kaca.
INT. GEDUNG FAKULTAS LANTAI 2 - DAY
Adidarma sedang menuruni tangga ketika ada yang memanggil. Bu Sofya berdiri di depan salah satu kelas yang paling dekat dengan tangga.
SOFYA
Pak Darma!
Adidarma menghentikan langkahnya. Tapi bahasa tubuhnya masih memberikan kesan terburu-buru dan tidak sabar.
ADIDARMA
Ya, Bu?
SOFYA
Bapak lihat yang terjadi di luar sana?
ADIDARMA
Jelas, mana mungkin tidak?
Bu Sofya maju mendekati Adidarma.
SOFYA
Anak-anak di kelas saya panik, pak. Untuk sementara mereka sedikit lebih tenang, tapi saya nggak tau berapa lama saya bisa bikin mereka tetap begitu.
ADIDARMA
Tolong usahakan saja ya, Bu.
SOFYA
Saya jadi nggak yakin apakah keputusan mengunci diri di gedung ini adalah keputusan yang benar.
ADIDARMA
Saya yakin kita aman. Ibu tenang saja. Lebih baik Ibu kembali ke kelas, temani para mahasiswa. Saya mau ke bawah sebentar.
Tanpa menunggu jawaban, Adidarma pergi.
Bu Sofya diam sebentar, berpikir. Kemudian kembali ke kelas.
INT. GEDUNG FAKULTAS LANTAI 1 - DAY
Adidarma menghampiri Yunus, Suparman, bu Waluyo.
ADIDARMA
Ada yang lihat mahasiswa saya, tiga orang?
SUPARMAN
Oh iya, Pak. Tadi pada ke kamar mandi.
ADIDARMA
Oh, oke. Bu, sudah hubungi polisi?
BU WALUYO
Sudah, Pak. Ternyata fakultas lain juga sudah meminta bantuan, dan kata operatornya mereka sudah mengirim polisi kesini untuk memeriksa situasi.
ADIDARMA
Memeriksa situasi bagaimana? Keadaan kita sekarang ini sudah lebih dari cukup untuk mendapat tindakan lebih dari sekadar "memeriksa situasi"!
BU WALUYO
Saya sudah menjelaskan ke mereka, Pak. Tapi, yah... Wajar kalau mereka kurang percaya.
ADIDARMA
Yasudah. Terima kasih, Bu. Pak Parman, bagaimana? Sejauh ini aman?
SUPARMAN
Tadi sempat ada mahasiswa dari luar yang memaksa ingin masuk, Pak. Tapi dia udah... nggak sehat. Udah telambat, Pak. Jadi saya biarin di luar.
Adidarma melihat Yunus yang duduk di lantai, murung.
ADIDARMA
Pak Yunus kenapa?
SUPARMAN
Kaget, Pak. Kita semua kaget. Ngeri banget.
EXT. KOMPLEKS UNIVERSITAS - DAY
Jumlah korban wabah semakin banyak. Berjalan kesana kemari tanpa tujuan, mencari mangsa.
CLOSE SHOT tubuh mahasiswa yang jatuh dari lantai 3 kejang sedikit, kemudian bangkit. Gerakannya seperti boneka tali. Kepalanya lemas dan menggantung loyo ke satu sisi.