Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. GUDANG PERKAKAS - NIGHT
Maya membuka pintu dengan perlahan, sangat perlahan agar tidak menimbulkan suara. Ketika pintu terbuka, Maya meraba dinding untuk mencari sikring lampu.
Lampu dinyalakan.
Mereka berada dalam sebuah gudang perkakas kecil, dan gudang tersebut aman.
MAYA
Ayo masuk.
RIN
Kita yakin mau diem disini?
MAYA
Di sini aman, Rin.
Candi menutup pintu dan duduk bersandar di pintu. Maya dan Rin duduk di seberang ruangan.
RIN
Pak Darma sama yang lain baik-baik aja nggak ya, May?
MAYA
Gue yakin mereka bisa jaga diri kok, Rin.
CANDI
Kenapa perduli banget sama mereka sih, Rin?
RIN
Kok lo ngomongnya gitu?
Candi diam saja, membuang muka.
MAYA
Udah, Rin, tenang aja. Kan ada Papi Darma yang jagain mereka. Gue yakin mereka aman.
CANDI
Bisa apa dia? Pengecut.
RIN
Candi!
CANDI
Emangnya tadi dia nolongin gue? Nggak, May. Dia tau gue butuh bantuan, dan dia diem aja. Harusnya gue juga nggak usah bantuin dia.
RIN
Udahlah, Candi. Mungkin Pak Darma cuma panik aja, dia bingung harus gimana!
Candi berdiri, wajahnya penuh emosi.
CANDI
Belain si Darma aja terus!
Rin takut. Maya segera berdiri, dan mendorong Candi.
MAYA
(Menunjuk wajah Candi)
Jangan berani-berani lo kasar sama, Rin.
Candi kelihatan menyesal. Dia melihat Rin dan Maya secara bergantian.
CANDI
Sorry. Kelepasan.
(Ke Rin)
Maafin gue ya, Rin.
Rin yang hampir nangis hanya mengangguk-angguk.
Candi kembali duduk. Maya tetap berdiri, mendengarkan dengan seksama. Begitu ia yakin keadaan aman, Maya kembali duduk.
MAYA
(ke Candi)
Gue ngerti apa yang lo rasain. Tapi jangan dilampiasin ke orang yang salah.
CANDI
Kalau lo tadi nggak nolong gue, May...
MAYA
Iya, tau. Gue ngerti maksud lo.
CANDI
Lo nggak bisa ngandelin siapa-siapa di situasi kayak gini. Nggak ada yang mau ambil resiko.
MAYA
Lo bisa ngandelin gue, bisa ngandelin Rin. Kitapun bisa ngandelin lo.
CANDI
Kalian? Ngandelin gue?
MAYA
Jangan merendah. Hari ini lo udah nunjukkin keberanian waktu lo nolong Pak Darma. Lo itu ngga se-useless yang lo kira.
RIN
Iya, Candi. Bener kata Maya.
Candi melihat ke Rin. Tatapannya hangat, tidak ada amarah sedikitpun.
MAYA
Nah, kalau Rin yang ngomong aja baru lo percaya.
Mereka bertiga tertawa kecil. Sesaat kemudian mereka diam lagi.
RIN
Ngomong-ngomong, kenapa Pak Phillips ngebiarin kita di luar...
CANDI
Kayak yang gue bilang tadi, Rin, orang nggak mau ambil resiko. Kita ini bukan siapa-siapa bagi mereka. Keselamatan kita nggak penting.
MAYA
Kurang lebih begitu. Zombie-zombie itu nggak jauh di belakang kita. Kalau mereka ngebukain pintu buat kita, ada kemungkinan bukan cuma kita yang bakal masuk ke Auditorium. Mereka yang ada di dalem nggak mau ambil risiko kayak gitu.
RIN
Tapi kan keselamatan para mahasiswa ada di tangan para dosen.
CANDI
(Senyum ke Rin)
Polos banget lo ini, Rin.
RIN
(Ke Maya)
Tapi emang bener kan, May?
MAYA
Tergantung kayaknya sih.
RIN
Terus sekarang gimana? Kita harus apa? Kemana?
CANDI
Bukannya harusnya udah jelas ya?
Maya dan Rin menatap Candi dengan tatapan penasaran.
EXT. DEPAN GEDUNG AUDITORIUM - NIGHT
Tubuh-tubuh bergeletakan di sekitar gedung Auditorium. Tidak ada Adidarma. Beberapa zombie berdiri diam di sekitar gedung Auditorium.
Beberapa tubuh terlihat kejang-kejang. Lalu satu persatu mereka berdiri. Sekumpulan zombie baru.
Namun ada satu tubuh yang tetap terbaring di depan pintu Auditorium.
CLOSE ON wajah mayat. Dari mulut mayat tersebut keluar sebuah PARASIT.
Parasit tersebut maju beberapa langkah kemudian tubuhnya bergetar dan membelah diri menjadi dua. Satu parasit menjauh dari auditorium, sedangkan yang satu lagi menuju auditorium.
Parasit tersebut melata menaiki dinding. Masuk ke lubang saluran udara.
INT. SALURAN UDARA - CONTINUOUS
Parasit tersebut membelah diri menjadi dua. Mereka melata sepanjang pipa saluran udara. Salah satu parasit membelah diri lagi, menjadi tiga.
Kemudian empat.
Lalu Lima.
Enam.
Para parasit tepat berada di atas ruang utama auditorium. Tempat dimana banyak orang berkumpul dan merasa aman.
INT. GEDUNG AUDITORIUM - NIGHT
Parasit menggantung dari lubang udara, kemudian jatuh...
Parasit mendarat di kepala Sofya yang sedang duduk sendirian. Dengan gerakan sangat cepat, sebelum Sofya bisa melakukan apa-apa, parasit masuk ke mulutnya.
Sofya tersedak dan tercekik, tapi tidak ada yang menyadari apapun.
Bara, Anton dan Tuko sedang duduk mengobrol. Parasit jatuh di bahu Bara, yang segera menyadarinya.
BARA
(sambil menepis jatuh parasit)
Anjrit, apaan nih!
Mereka bertiga segera berdiri. Semua pasang mata melihat ke arah mereka.
ANTON
Bar, injek, Bar!
BARA
Ogah, lo aja!
Parasit masih menggeliat di karpet.
TUKO
Buruan!
Tuko mendorong Bara
BARA
Sialan!
Bara menginjak parasit tersebut.
Dari berbagai arah di dalam Auditorium, terdengar suara teriakan-teriakan panik dari mahasiswa lain. Parasit-parasit yang lain sudah masuk ke Auditorium dan memasuki beberapa orang.
Seorang MAHASISWI berdiri membelakangi Sofya.
Sofya menggeram keras dan Mahasiswi tersebut berbalik.
Sofya berdiri dengan posisi tubuh bungkuk yang kaku, kepalanya tertunduk.
MAHASISWI
Bu? Bu Sofya?
Mahasiswi tersebut hendak memegang pundak Sofya.
Sofya melolong keras dan menerkam mahasiswi tersebut.
Kekacauan terjadi di dalam gedung Auditorium.
Phillips yang ketakutan segera keluar dari ruangan.
INT. LOBBY AUDITORIUM - CONTINUOUS
Phillips menutup pintu menuju ruang utama.
SUPARMAN
Ada apa sih, pak ribut-ribut?
PHILLIPS
Buka pintunya, Parman!
SUPARMAN
Yakali, pak! Cari mati?!
PHILLIPS
Kita diem di sini juga bakal mati!
SUPARMAN
Tapi...
PHILLIPS
Buruan, kuncinya mana!
Suparman bimbang, tapi karena mendengar suara-suara mengerikan dari balik pintu Auditorium, dia memberikan kuncinya ke Phillips.
Phillips buru-buru membuka pintu menuju ke luar.
Begitu pintu dibuka...
CLOSE ON wajah zombie yang muncul dari balik pintu dan menerkam Phillips.